"Oliver!!! Cepetan deh mandinya! Aku juga mau mandi!"
"Ya, ya! Bentar lagi selesai!"
"Dari setengah jam lalu kamu bilang gitu, Oliver!"
"Sebentar lagi, Sofie! Sabar!"
Argh! Selalu gini deh setiap pagi, Oliver menguasai kamar mandi selama satu jam. Please, jangan mikir aneh-aneh, walau aku sempat sih suuzan dia melakukan aktivitas terlarang di dalam sana. Oliver itu pure mandi, berkali-kali, makanya dia lama banget di kamar mandi. Nggak masalah kalau aku lagi nggak ada janji, tapi pas aku buru-buru gini rasanya pengen teriak-teriak terus jadinya.
Awalnya aku nggak tahu kenapa Oliver selalu mandi berlama-lama, seminggu belakangan akhirnya aku mendapati sebuah fakta kalau Oliver mengidap OCD. Syok? Sudah pasti. Bayangin, selain punya suami yang suka makan makanan bayi, suamiku juga ternyata pecinta kebersihan. Mulai dari dia yang selalu pakai hand sanitizer saat masuk mobil setelah makan atau ngapain saja di luar, aku mestinya sudah curiga, ya. Tapi aku menganggap itu wajar, apalagi kemarin-kemarin sempat heboh karena sebuah virus yang menyebar dengan cepat.
Kukira Oliver cuma iseng mengatur amenities di kamar mandi. Mulai dari facial wash-ku, shampo, conditioner, scrub, itu dia atur berdasarkan tinggi. Coba deh, apa nggak buang-buang waktu? Karena berkali-kali aku lihat Oliver menyentuh barang-barangku, akhirnya aku tanyain. Dan akhirnya terungkaplah semua, kalau Oliver risih melihat benda yang nggak beraturan, kalau dia harus mandi berkali-kali dalam satu waktu demi memastikan badannya bersih dan nggak ada kuman.
Pusing nggak tuh mikirinnya? Ya pusinglah! Karena ini berdampak untuk aku. Pantas saja dia selalu cerewet kalau sore-sore aku belum mandi, selalu nyuruh aku langsung ganti baju tiap habis dari luar. Hah! Benar-benar, deh, hidup itu banyak kejutannya. Aku belum tahu sejak kapan Oliver mengidap OCD, dan sepertinya aku saat ini nggak mau juga terlalu banyak penasaran, takutnya aku makin syok saat mendengar fakta lainnya, terus ending-nya aku melambaikan tangan.
"Olv! Ini aku mau ada meeting lho!"
"Iya! Udah selesai, nih!"
Dia nggak bohong, karena pintu terbuka setelah itu. Aku memelototi Oliver. Nggak ada rasa bersalahnya banget sudah bikin aku nunggu lama, malah cengar-cengir sambil ngelap rambutnya yang basah. Dan jahatnya ... Oliver selalu topless setiap habis mandi. Dia nggak sadar apa otot-otot di perutnya itu menggoda? Astaghfirullah! Untung aku masih kuat ya dan nggak nyerang dia duluan.
"Besok-besok pakai baju. Masuk angin nanti."
"Alibi karena kamu tergoda, ya?"
Oliver mengerling disertai senyuman mematikannya. Aku melotot lagi, lalu melewati Oliver dan segera mengunci kamar mandi. Sebal! Kok dia tahu, sih? Memang kelihatan, ya? Astagaaa!
"Sofie."
"Apa, sih?!"
"Ada telpon."
"Biarin ajalah! Nanti kutelpon balik!"
"Dari Mbak Yuni, nih."
Klien yang mau aku temui pagi ini.
"Nelpon lagi, nih."
"Biarin."
"Penting kayaknya."
Duh!
"Ya udah, kamu aja yang jawab."
"Boleh?"
Aku yang akan menyalakan shower tiba-tiba berhenti bergerak. Sederhana banget pertanyaan Oliver, tapi hatiku tersentuh. Kami memang suami-istri, tapi ada batasan yang nggak mau Oliver lewati, entah karena kami yang belum benar-benar menjadi pasangan atau memang begitu caranya menghargai urusan pribadiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Full of Betony
RomanceDi usianya yang menginjak 28 tahun, Sofie dijodohkan oleh orang tuanya. Gadis itu tak percaya mengalami pemaksaan dalam keluarganya sendiri. Padahal dia sudah punya pacar. Dan yang paling Sofie benci, jodoh pilihan orang tuanya adalah laki-laki yang...