.・。.・゜✭・.・✫・゜・。.
Gojo memukul tembok UKS sampai hancur total. Semua murid, staf, beserta asisten yang berada di sekolah ketakutan, bahkan bernafas pun mereka sampai tidak berani. Tubuh milik Kanemoto terbujur kaku di atas bangkar kasur UKS dengan kondisi yang mengenaskan. Tubuhnya sedingin es, luka-luka memar ditemukan dimana-mana, jari-jarinya membusuk, bahkan jantungnya tidak berdetak sama sekali.
"Kau membiarkan dia mati?" Kugisaki mencengkram kerah seragam Okkotsu. Siapa lagi yang bisa disalahkan selain Okkotsu di sini? Fushiguro dan Itadori langsung menahan Kugisaki, jika dibiarkan maka gadis itu tidak segan-segan membunuh Okkotsu sungguhan.
"Siapa yang mengizinkan (Y/n) melakukan ritual penyegelan roh tanpa seizinku?" Gojo benar-benar marah, dia melepas penutup matanya dan membantingnya ke tanah, "Ritual itu sudah dipastikan akan mengambil jiwa penggunanya."
"Bohong!" Pekik Kugisaki masih menolak fakta sahabatnya telah tak bernyawa, "Kanemoto tidak mati!"
"Kugisaki sudahlah, kita harus merelakannya. Jantungnya tidak berdetak dan tubuhnya membeku. Sampai seluruh jarinya hitam semua, mana mungkin dia masih hidup," ucap Itadori sok tegar walau sesungguhnya dia ikut terpukul.
"Kanemoto masih hidup!" Kugisaki menangis dan memukuli Itadori yang berusaha memeluknya. Ia mengeluarkan boneka voodo yang sudah diikat oleh rambut Kanemoto tadi pagi, "Jika dia mati, jerami nya akan layu dan berubah warna tapi jerami ini masih seperti sebelumnya."
Ieiri berpikir sebentar. Ia mengangkat tangan Kanemoto lalu menggerakkan ujung jarinya yang menghitam, "Sepertinya ini bukan frostbite. Frostbite adalah kerusakan sel akibat terpapar suhu dingin yang menyebabkan otot dan sendi kaku seperti batu tapi ini masih bisa digerakkan. Jika memang betul ini gejala frostbite, harusnya Yuta mengalaminya juga."
(Frostbite tuh kek gini)
"Lalu bagaimana bisa tangannya menghitam seperti itu?" Tanya Gojo bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tacenda
Fanfiction"Aku harus bicara pakai bahasa apa supaya kak Yuta paham? Sudah kukatakan berulang kali pergilah sendiri," aku menginggit bibir bawahku supaya tidak mengatakan lebih dari ini. Perasaanku terlanjur sudah membesar, "Aku bisa bicara sama panda atau mem...