.・。.・゜✭・.・✫・゜・。.
"Ka-chan ada paket!"
Aku segera membuka pintu kamar asramaku dan berlari menuju ruang tamu dimana biasa para murid berkumpul. Mereka berkumpul untuk menonton TV bersama. Ketika tatapanku tak sengaja bertemu dengan Okkotsu, aku reflek membuang muka karena takut.
"Dari Kanemoto Yoshinori..." Kugisaki memberikan kotak paket seukuran genggaman tangan padaku, "Jadi iri, keluargamu sampai mengirimkan hal sesepele ini."
"Aku juga tidak tahu isinya apa, Aku mau buka di kamar dulu."
Aku kembali ke kamar untuk membukanya dengan alat berupa gunting. Isinya ternyata ada kotak beludru bewarna hitam. Aneh, biasanya kotak perhiasaan kan bewarna merah. Di dalamnya lagi masih ada cincin beserta surat kecil.
"Ini jimat milik ibu dulu, pakailah untuk melindungimu. "
Begitu yang tertulis dalam surat. Kakak mengirim jimat setelah aku cerita tanganku tidak sengaja termutilasi.
Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar membuatku terburu-buru membukanya sampai cincinku jatuh, "Kugi---senpai?"
Okkotsu memungut cincin milikku, "Apa ini semacam jimat? Aku bisa merasakan energi yang sangat besar."
"Ah iya.. itu milik keluargaku."
Sebagai orang yang trauma aku berniat masuk lagi ke kamar tapi Okkotsu menahan tanganku kemudian memberikan cincinku, "Apa kamu masih takut padaku? Aku jadi merasa bersalah sekali."
Aku segera menarik tanganku sendiri dan menggeleng. Sebenarnya aku masih takut tapi aku tidak ingin menunjukkannya.
"Aku mau beli makan malam untuk semuanya, mau ikut? Aku akan membelikan makanan apapun yang kamu suka sebagai gantinya."
Haduh...
Aku benar-benar ingin jalan-jalan di Tokyo tapi kenapa harus sama Okkotsu. Kalau saja bukan dia yang mengajak pasti aku langsung mengiyakan. Aku mengepalkan tanganku, kuharap tidak akan terjadi hal seburuk tempo hari. Kakak sudah repot-repot mengirimkan jimat dan aku bisa menelepon Gojo-sensei jika terjadi hal darurat.
"Baiklah, aku akan ganti baju sebentar. Tunggu ya!" Aku menutup kamar asrama ku kemudian buru-buru mengganti pakaian untuk jalan-jalan. Tidak perlu waktu lama, aku membuka pintu kembali karena tidak mau membuat Okkotsu menunggu.
Dia menatapku dari atas sampai ke bawah membuatku agak aneh, seakan ada yang salah dari penampilanku. Aku jadi menutup wajahku sendiri padahal tidak perlu malu harusnya, "Apa pakaianku terlalu terbuka?"
"Kamu bisa memakai apapun yang kamu suka, aku bisa berkelahi jika ada orang yang main mata denganmu."
Jantungku berdebar tidak normal. Mana ketika bilang begitu senyumnya menawan sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tacenda
Fanfiction"Aku harus bicara pakai bahasa apa supaya kak Yuta paham? Sudah kukatakan berulang kali pergilah sendiri," aku menginggit bibir bawahku supaya tidak mengatakan lebih dari ini. Perasaanku terlanjur sudah membesar, "Aku bisa bicara sama panda atau mem...