11. How Much I miss ya

783 108 22
                                    

・。

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.・。.・゜✭・.・✫・゜・。.

  Tentu aku dikagetkan yang awalnya berniat membuang sampah di luar malah menemukan Okkotsu sedang keramas pakai keran taman. Ia berjongkok sambil mengucurkan air pakai selang di atas kepalanya, "Senpai apa yang kau lakukan!"

  "Air di kamar mandi mati, dan rambutku lengket banget kena jus," jawab Okkotsu, air berbusa mengalir di tanah setelah ia membilas kepala nya. Ada-ada saja.

  Aku membuang sampah di tong terlebih dahulu kemudian duduk di bangku taman selagi memperhatikan Okkotsu sedang membasuh rambut hitam legamnya. Kasihan banget, mana dingin lagi di luar. Lagipula siapa suruh berantem sama induk singa.

  Okkotsu mematikan keran lalu ikut duduk bersamaku. Ia mengeringkan rambutnya asal-asalan pakai handuk leher. Karena gemas, aku merebut handuk tersebut lalu berdiri untuk mengeringkan kepalanya dengan benar. Wangi sampo nya unik dan tercium sangat manly dan mahal.

Apapun yang berhubungan dengan Okkotsu selalu maskulin walaupun ia kelihatan lugu dan goofy di luar. Pesonanya yang satu itu jarang ia tunjukkan ke orang lain. Aku senang bisa melihat sisi itu.

  "Bagaimana kabarmu selama seminggu," tanyaku seraya memijit kepalanya perlahan. Pasti dia stress banget, baru aja pulang langsung ribut.

  "Kalau misi sih aman."

  "Gak ada yang seru buat diceritain? Pasti seru mendengarkan cerita si penyihir tingkat spesial."

  Okkotsu terkekeh kemudian menarik tanganku yang berada di kepalanya supaya melingkar ke lehernya. Seolah-olah seperti memeluk dari belakang, "Aku sok kuat aja, padahal aslinya aku hanya menyembunyikannya. Betapa kangennya aku, kamu ga bakal tahu. Walaupun aku gak ngomong tapi tiap hari aku tuh kangen sama kamu."

  Jantung ku rasanya seperti turun ke perut lalu naik kembali. Debarannya benar benar gila sampai aku berharap Okkotsu tidak mendengarnya. Kakiku bahkan rasanya lemas seperti jeli, kumohon kaki bertahanlah!

  Tuh kan-tuh kan! Belum saja aku mencekiknya pakai handuk. Aku tahu Okkotsu tidak pernah berbohong tapi kejujuran yang seperti itu lebih baik disimpan saja demi keamanan jantung.

  "Ciuman pertamamu Maki?" Tanyanya tiba-tiba.

  "Iya," jawabku pelan, aku hendak menarik tanganku tapi dia malah mengenggamnya supaya makin erat.

  "Padahal aku sudah start duluan tapi dia yang menang, kurang ajar." rajuknya seperti anak kecil habis berebut sesuatu tapi dia yang kalah. Apa yang dia maksud adalah malam seminggu yang lalu. Aku ingin mengubur diriku hidup-hidup saja sekarang saking malu nya.

  "Kamu cemburu dengan Maki-senpai? Dia perempuan."

  "Apa itu penting? Bahkan perempuan yang naksir Maki juga banyak."

Tacenda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang