Sudah satu bulan berlalu sejak kedatangan Jordan di sekolah mereka, seluruh siswa-siswi selalu disuguhkan dengan pemandangan dua pemuda yang terus bertengkar, bahkan hingga berani bermain fisik.
Entah ada dendam apa dan apa penyebab awalnya, Jordan dan Javiar tak pernah absen untuk saling memaki satu sama lain. Melayangkan pukulan ke wajah tampan mereka, tanpa ada rasa takut. Seperti saat ini, mereka tengah berada di ruangan konseling, setelah beberapa saat yang lalu saling meninju di lapangan sekolah. Javiar yang menatap sinis pada Jordan yang hanya diam saja seraya memegangi sudut bibirnya yang sedikit robek akibat pukulan Javiar.
"Sekarang apalagi yang jadi permasalahan kalian?" Tanya Pak Dikta, selaku guru konseling kedua anak adam itu. Tak ada yang menjawab, kedua insan itu hanya saling melempar pandangan, tanpa berniat menjawab pertanyaan guru itu.
"Nggak ada yang mau jawab saya?", keheningan masih menjadi jawaban dari mereka berdua. "Ya sudah, langsung saja hukuman untuk kalian kali ini adalah membersihkan seluruh toilet sekolah, termasuk dengan toilet yang berada di ruangan guru."
"Pak, toilet di sekolah kita bukan cuma sebiji dua biji. Tiap gedung ada 5 toilet tiap lantainya, kalo dikaliin satu gedung aja udah ada 20 bilik toilet. Dikaliin lagi disini ada 5 gedung, Pak. Belum lagi toilet di ruang guru. Meninggal duluan saya, Pak." Protes Javiar yang justru mengundang tawa Jordan karena ekspresi Javiar yang terlihat shock dengan hukuman yang diberikan.
"Kenapa lu ketawa? Dikira gua bercanda kali ya ngomongin toilet di sekolah ini ada sebanyak itu." Sewot Javiar yang hanya dibalas gelengan oleh Jordan. "Sudah, lakukan hukuman ini untuk tiga hari ke depan. Kalau selama tiga hari ini kalian tidak bisa menyelesaikan hukuman dan terjadi pertengkaran lagi, saya gak akan segan-segan untuk menambah hukuman yang lebih berat lagi, paham?"
Kedua pemuda itu hanya bisa mengangguk lemah. "Bagus, sekarang kalian bisa keluar dan cepat kerjakan hukumannya. Semakin lama kalian di sini, semakin lama juga hukumannya akan selesai." Tanpa berkata apa-apa lagi, Jordan dan Javiar langsung melangkah pergi meninggalkan Pak Dikta dan ruangan konseling yang begitu terasa dingin.
"Lo jangan main hp terus dong, ini hukuman kan buat berdua, bukan gue doang." Jordan akhirnya membuka suara, setelah 15 menit berlalu Javiar hanya fokus dengan ponselnya dan duduk di atas washtaple. Sedangkan dirinya sudah hampir membersihkan seluruh toilet di lantai 2 gedung A.
"Napa? Iri? Kalo iri ikutin aja kali, gak usah banyak bacot." Balas Javiar dengan gaya tengilnya. Tanpa Javiar ketahui, kini Jordan menaruh banyak sabun di bawah Javiar, yang secara otomatis akan membuat Javiar terpeleset jika ia turun dari atas washtaple.
"ANJING!!" Benar saja, tak selang lama setelah Jordan menaruh sabun itu, Javiar turun dari atas washtaple dan langsung terpeleset. Namun beruntungnya Javiar, karena ia tak langsung jatuh ke lantai, melainkan ia menindih tubuh kekar Jordan yang menjadi penopang tubuhnya.
Dengan jarak yang sudah tak ada lagi, karena kedua hidung mancung itu kini sudah saling bersentuhan. Sehingga deru nafas dapat mereka rasakan masing-masing, bahkan jika saja Javiar turun barang satu sentimeter saja, bibir ranumnya akan dengan mudah bersentuhan dengan bibir Jordan.
Cukup lama mereka bertahan dengan posisi seperti itu, saling menatap satu sama lain tapi berbeda dari biasanya. Tatapan mata mereka kali ini sungguh jauh berbeda, tak ada tatapan benci, marah, kesal, dan yang lainnya. Kali ini justru keduanya saling terpana dengan jarak yang sedekat ini. Hingga ...
"ASTAGA, KALIAN MESUM JANGAN DI SINI JUGA." Teriakan seseorang yang baru saja masuk ke dalam toilet menyadarkan keduanya. Javiar terburu-buru untuk bangkit dan langsung pergi meninggalkan Jordan dengan seorang lelaki yang ia kenal sebagai kakak kelas dan juga kekasih dari sahabatnya.
"Gak nyangka gua, ternyata lu senekat itu. Gak tahan banget, bro?" Ucap Farleon atau yang akrab dengan sebutan Leon itu. "Enggak anjir, lo salah paham. Tadi dia jatoh terus niban gue, sakit banget nih punggung gue kalo lo mau tau." Balas Jordan yang sudah akrab dengan Leon karena mereka satu tim di ekstrakurikuler basket.
"Ah masa? Yakin gak kegoda sama Javiar? Mukanya manis-manis galak lucu gitu loh." Jordan mengangkat satu alisnya. "Gue aduin lakik lo kalo sebenernya lo kegoda sama sahabatnya." Ancam Jordan yang langsung membuat air muka Leon berubah. "Gua kagak ngomong gitu, setan!", "Oh iya, asal lo tau, gue sama Javiar aja berantem mulu, mana mungkin gue berbuat mesum sama dia." Ucap Jordan sebelum melangkah meninggalkan Leon. "Hati-hati aja sih brother, benci bisa jadi cinta."
TBC
Tenang karena update sekarang lumayan banyak jadi dibikin dua part. Jadi sekarang scroll sekali lagi masih ada satu part.
KAMU SEDANG MEMBACA
✓Secret Love | Nomin-AU |
Fanfiction❝Tentang dua anak muda yang menyembunyikan rasa cinta dibalik sebuah sandiwara permusuhan❞ BxB Nomin AU Contain harsh words 17+ 🎖️Highest rank #1 - jaemin [17-08-2022] #1 - au [17-08-2022] #1 - jeno [18-08-2022] #1 - twitter [14-10-2022] #1 - tweet...