20

5.5K 460 19
                                    

15 menit setelah berbalas pesan dengan Jordan, kini pemuda berbulu mata lentik itu sudah tiba di rumahnya dengan selamat, walaupun suasana hatinya sedang kacau dan pikirannya yang melayang kemana-mana saat berkendara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

15 menit setelah berbalas pesan dengan Jordan, kini pemuda berbulu mata lentik itu sudah tiba di rumahnya dengan selamat, walaupun suasana hatinya sedang kacau dan pikirannya yang melayang kemana-mana saat berkendara.

Dilihatnya sudah ada motor biru tua kesayangan Jordan yang terparkir di garasi rumahnya. Buru-buru Javiar masuk ke dalamnya.

"Kacau banget ya?" Satu pertanyaan itu dibalas anggukan lemah oleh Javiar.

"Bunda dimana?" Tanyanya lirih.

"Ke toko, ada karyawannya yang pingsan katanya."

"Yaudah, ayo naik."

Ajakan Javiar itu tak lagi dibantah oleh Jordan. Ia mengikuti langkah Javiar yang terlihat begitu lemah, seakan tak ada tenaga untuknya melangkah seperti biasa.

Setelah sampai di dalam kamar tidur Javiar, tanpa persetujuan, Jordan langsung menarik tubuh sang kekasih untuk didekapnya dengan penuh kehangatan.

Javiar tak berontak, ia justru langsung menangis dan menumpahkan segala rasa yang bercampur menjadi satu didalam hatinya.

Nyeri yang Jordan rasa saat mendengar tangisan pilu dari sang terkasih, sampai-sampai ia ingin ikut menangis. Namun ia tahan, ikut menangis saat ini bukanlah pilihan yang tepat.

Kekasihnya itu hanya butuh sebuah pelukan sebagai tempatnya bersandar dan meluapkan rasa sakitnya, bukan untuk merasa dikasihani.

Maka dari itu Jordan biarkan Javiar menangis sepuasnya untuk saat ini.

Tanpa terasa satu jam sudah berlalu. Perlahan tangisan Javiar mulai reda, walaupun nafasnya yang masih tersengal-sengal karena tangisannya yang cukup memakan banyak tenaga.

Tangan Jordan sedari tadi tak berhenti untuk memberi usapan halus serta tepukan pelan pada Javiar, guna memberi kehangatan pada kekasihnya itu.

"Jo~" Lirih Javiar dengan suaranya yang begitu serak, tenggorokannya terlalu kering akibat terlalu banyak menangis.

"Iya sayang." Jawab Jordan sembari memperhatikan wajah yang terkasih saat ia mulai melepaskan pelukannya.

Sungguh, saat ini Javiar terlihat sangat kacau. Rambutnya yang berantakan, matanya yang begitu sembab dan memerah akibat air mata yang terus-menerus memaksa untuk keluar, hidungnya pun turut memerah dan mengeluarkan cairan lendirnya.

Tapi Jordan tak merasakan jijik sedikitpun, ia justru menghapus sisa-sisa air mata yang masih ada di pelupuk mata Javiar, serta di pipinya yang masih basah. Lalu ia mengecup setiap inci wajah kekasihnya.

"Jangan diciumin, Jo. Gua lagi jelek~" Rengek Javiar yang menenggelamkan wajahnya di dada bidang Jordan, ia juga dengan jahilnya menggesek hidungnya di sana agar ingusnya menempel pada kaos yang tengah Jordan pakai.

"Udah jelek, jorok lagi pake di lap ke baju gue." Gurau Jordan yang diakhiri dengan kekehan kecilnya.

Sontak hal itu langsung membuat Javiar memukul punggung Jordan, karena tangannya masih setia memeluk tubuh kekar pemuda dengan mata sabitnya.

✓Secret Love | Nomin-AU |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang