07

17 3 0
                                    

Hai dunia, apa kabar hari ini. Ada berita apa hari ini? Ada kejadian apa lagi hari ini? Kayaknya aku tak ingin banyak berharap untuk hari ini.

Aku tau semua yang aku inginkan tidak harus selalu berjalan sesuai yang aku mau. Aku tak ingin menaruh ekspetasi tinggi tentang mu hari ini. Aku cukup mensyukuri apa yang terjadi sekarang saja.

Tentang apa yang terjadi nanti, entah itu sakit,sedih senang bahkan duka sekali pun aku tak bermenghakim siapapun termasuk dirimu Tuhan.

Aku cukup mensyukuri apa saja yang terjadi itu dan menerima dengan lapang dada,mau terkadang aku sangat ingin murka bahkan memaki dirimu atas apa yang kamu berikan terhadapku. Namun lagi dan lagi yang harus ku lakukan hanya bisa bersyukur dan berlapang dada.

Luka,air mata,senang bahkan bahagia kemarin akan selalu menjadi sebuah kenangan yang akan terus berulang dengan kejadian yang berbeda.

Terima kasih untuk semua hal yang baik dan buruknya hidup mu Dhiya. Tak banyak tau tentang dirimu namun kamu hanya perlu tau banyak yang sayang padamu.

Dhiya Dhezelianti Putri

Dhiya menutup lalu menatap langit yang cukup indah hari ini cukup sejuk dan Dya tersenyum sejak mengingat bagaimana dirinya dulu. Bagaimana Dya yang ingin mengakhir hidup nya,menyiksa dirinya sendiri apakah orang lain akan mau tau tentang itu?

Siapa yang akan menerima dirinya dengan Dya seperti sekarang, seperti tak mungkin bagi dirinya menemukan seseorang. Bagaimana dirinya di perlakukan dengan sangat tak baik dengan orang orang yang berarti dalam hidupnya.

"Siapa lagi kah yang harus ku percaya Tuhan selain dirimu?" Tanya Dya pada dirinya sendiri.

"Bahkan orang yang kamu pertemukan dengan ku pun menyakiti aku, aku percaya bahwa kau selalu ada Tuhan tapi tak munafik jika aku membutuhkan sosok yang nyata." sambungnya.

Dhiya terus memperhatikan langit melihat beberapa kali burung yang lewat, sambil sesekali Menghela nafas pelan guna menghilangkan sesak di dada nya. Kejadian itu terlintas lagi di dalam pikirannya membuat hati nya sakit bahkan nafasnya menjadi sesak. 

"Tuhan,segitu kau anggap kuat nya aku hingga sakit yang kau begitu bertubi tubi." ucap Dya sambil menahan sesaknya.

Setetes air tanpa Dya sadari sudah jatuh membahasi pipi cantiknya. Dhiya memukul dada nya berharap bisa menghilang sesak di dada nya, yang nyata mala bertambah sesak.

"Gw kenapa sih,kok jadi gini padahal niat gak kayak gini." ucap Dya sambil memukul dada nya.

Dhiya menangis,mengeluarkan kembali rasa sakit nya padahal kejadian itu sudah bertahun tahun yang lalu namun sakit nya masih terasa sampai sekarang, Dhiya benci ketika dirinya sudah berada di posisi seperti ini. Yang dirinya lakukan hanya menangis,mengurung diri bahkan sampai melupakan makannya.

"Tuhan, aku tau semua yang terjadi sudah menjadi garis yang sudah kamu takdir buat aku, luka yang kamu ciptakan sakit yang kamu kasih membuat aku terlihat kuat di mata orang yang melihat ku." ucap Dya

"Ternyata aku hanya manusia yang jauh dari kata itu Tuhan, bukan aku tak bersyukur dengan apa yang terjadi sekarang,jujur saja aku tak mengenali siapa aku,siapa diriku!"

"Aku merindukan diriku yang dulu yang Tuhan." ucap Dhiya dengan sesegukan.

"Aku membenci diriku Sekarang Tuhan,aku tak mengenali siapa diriku sekarang aku bahkan tak bisa mengendalikan apapun yang aku rasakan Tuhan."

Dhiya berdiri dan langsung lari kekamar mandi,melihat dirinya yang begitu berantakan mata merah,rambut berantakan,Dya lalu menyalakan shower membiarkan diri basah dan kejadian dimana dirinya melukai dirinya kembali teringat.

Segitu hancurnya Dya pada saat itu,tak ada peduli pada dirinya saat itu. Dya sakit dirinya pula yang menyembuhkan segitu kuat dan mandiri sekali bukan?

Dhiya menjambak rambutnya dengan keras membuat beberapa helai rambutnya putus,membenturkan kepalanya ke tembok,memukul kembali dirinya seperti saat itu.

Segitu hancur Dya kemarin,namun tak ada satupun yang peduli. Apa yang dirinya harapkan dari semua sakit nya? Dya hanya ingin kembali dengan tenang tanpa harus mikirkan mereka.

Tapi apa bisa Tuhan memberikan itu?

"Sakit Tuhan,sakit banget. Harus sampe kapan aku seperti ini?." ucap Dhiya mengigau.

Dhiya membuka mata nya pelan dengan sakit di kepala yang begitu sakit,Dhiya memperhatikan dirinya di cermin begitu berantakan Dya tersenyum sejenak.

"Kejadian yang gw harap gak bakalan perna terjadi,akhirnya terjadi lagi." ucap Dya.

"Ini gw yang bodoh atau gimana sih,suka banget nyiksa diri tapi tetep aja ke gitu, apa perlu gw ke psikiater untuk tau kejiwaan gw kali ya." lanjut Dhiya.

Dhiya keluar dari kamar mandi,lalu mengambil baju ganti yang cukup nyaman untuknya lalu keluar dari kamar mendapati Bunda dan Ayahnya sedang berada di ruang tamu dengan kegiatannya masing masing.

"Kamu kenapa Dya?" tanya Santi membuat Ayahnya spontan melihat ke arah Dhiya.

"Habis nonton film bund." balas Dhiya. Dan keduanya hanya diam.

Dhiya menuju kulkas mengambil beberapa makanan dan minuman untuk dirinya bawa ke atas. "Bund Dya ke kamar ya." ucap ucap Dya lalu naik tanpa menunggu jawaban dari Santi.

Sesampai dikamar Dya langsung meletakan itu semua di karpet bulu nya lalu mengambil laptopnya dan mulai mencari film.

***




DHIYA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang