Setelah beberapa hari berada di rumah sakit,Dhiya kembali kerumah dengan Doni dan Vi membantu dirinya selama dirumah pun Dhiya hanya diam.
"Dya,you Okay?" tanya Vi sambil melihat sekekeling kamar Dhiya
"Apa gw terlihat seperti orang baik Vi?" tanya Dhiya.
Vi terdiam mendengar pertanyaan Dhiya yang tak nyambung. "Apa gw seperti orang jahat Vi? Gw gak perna minta ada Vi.. Gw ada karna sebuah kesalahan. Lalu apa itu salah ku?" lirih Dhiya.
Vi langsung memeluk Dhiya,begitu sedih melihat keadaan Dhiya sekarang. "Lo bukan kesalahan Dya,Lo ada karna lo spesial Dya." ucap Vi
"Tapi kenapa harus seperti ini Vi,kenapa harus seperti ini yang gw rasain." ucap Dhiya.
"Dyaa di luar sana masih banyak yang lebih buruk dari lo,Lo harus bisa bersyukur dengan keadaan lo sekarang." balas Vi
"Gw bukan Nabi Vi gw gak sesabar Rasulullah,gw hanya orang biasa Vi."
"Gw punya rasa cape,gw punya rasa marah." lanjutnya.
"Lu hanya perlu menerima ini semua Dya,berdamai dengan masa lalu bukan hal buruk." jelas Vi
"Gw udah berusaha berdamai Vi,gw selalu Berusaha untuk membuat semua ini baik baik saja. Tapi gw gak bisa!"
"Lu istirahat ya." ucap Vi sambil membaringkan Dhiya dan menarik selimut sampai ke dada lalu mencium kening Dhiya dan keluar dari kamar.
Vi menghela nafasnya pelan mencoba menetralkan perasaan sesaknya. Kenapa harus dirinya melihat kejadian seperti ini.
"Virendra." Panggil Santi.
"Iyaa tante." balas Vi sambil menghampiri Santi
"Dhiya mana?" tanya Santi
"Oh Dhiya udah tidur tante." balas Vi lalu Santi membalas dengan sebuah senyuman.
"Vi makasih banyak ya nak,maaf tante ngerepotin kamu." ucap Santi.
"Sama sama tante." balas Vi "Tapi tante maaf kalo saya lancang tapi boleh saya bertanya kenapa Dhiya seperti itu?" lanjut Vi
Santi menghela nafas pelan. "Dulu waktu Mama Dhiya masih muda itu cowo nya banyak banget sampai akhirnya mereka melakukan sesuatu di luar batas yang membuat Dhiya ada,karna tante gak bisa punya anak makanya suami tante mengambil Dhiya." jelas Santi.
"Tapi untuk urusan kenapa Dhiya bisa sampai kayak gini,tante gak tau tante terlalu sibuk sama om kemarin,sampai mengabaikan Dhiya." lanjut Santi.
Vi diam mencerna apa yang di ucapkan Santi. "Oh iyaa tante kalo gitu saya pamit pulang ya." pamit Vi
"Iyaa nak,maaf ya tante ngerepotin."
"Gak papa tante Assalamualaikum." ucap Vi
"Wa'alaikumsalam.hati hati yaa." balas Santi.
Selama di perjalanan Vi hanya diam,melamun membayangkan keadaan Dhiya seperti itu. "Kok bisa yaa ada orang kek lo Dya."ucap Vi
Sesampai dirumah,Vi langsung masuk kekamarnya membersihkan dirinya lalu mengambil laptop nya mulai mengerjakan skripsi nya yang membuat dirinya pusing bukan main.
***
Dhiya terbangun dengan keadaaan kepala yang hampir pecah,kepalanya sakit Dhiya memukul mukul kepalanya guna menghilangkan sakitnya. "Duh ini kok gak hilang hilang sih." ucap Dhiya.Dengan keadaan yang sedikit oleng Dhiya menuju kamar mandi, melihat dirinya di depan kaca Sunggh pucat wajahnya. Dhiya bingung melihat dirinya,kasian yaa kok ada ya orang seperti dirinya.
Dhiya mengambil hp nya dan melihat jam ternyata sudah jam 2 pagi,Dhiya turun ke bawa menuju dapur mengambil makanan untuk dirinya panasi.
"Dya." panggil Santi.
"Iyaa bund? Kok bunda bangun?" tanya Dhiya
"Iyaa dengar suara grasak grusuk,bunda pikir maling." balas Santi.
Dhiya hanya diam,Santi menghampiri Dhiya. "Sini biar bunda aja."
"Gak usah bund,Dhiya udah biasa kayak gini kalo bunda sama ayah gak ada." jelas Santi.
Santi diam,melihat putrinya terlihat dingin pada nya. "Dya bunda minta maaf ya." ucap Santi.
"Untuk apa bund?"
"Karna sudah selalu mengabaikan mu."
"Dya udah biasa di gituin bund,udah dari kecil, di rumah, di sekolah,di lingkungan luar pun kayak gitu jadi bunda gak perlu minta maaf,itu yang buat aku juga belajar kalo kita gak bisa terus bergantung sama orang lain bahkan sama orang tua sendiri." ucap Dhiya menuju meja makan.
Dhiya makan sambil menatap kosong ke depan,sedangkan Santi memperhatikan Dhiya, begitu sedih melihat anak nya seperti ini.
Dhiya selesai dan langsung mencuci piringnya. "Dya ke atas bund,bunda lanjut istirahat ya." ucap Dhiya meninggalkan Santi. Santi melihat itu sakit.
Sesampai Dhiya di atas,Dhiya menuju balkon kamar,melihat langit yang masih gelap dengan bintang yang secara bergantian berkelap kelip. Dhiya tersenyum melihat bintang itu ingin sekali rasanya berada di antara mereka.
Dhiya menghela napas pelan lalu kembali menuju kasur dan mulai memasuki kembali ke alam mimpinya yang sempat tertunda.
***
Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri,karna yang merasakan semua itu kamu sakitnya,senangnya,sukanya, dukanya maupun tangisnya. Tubuh tak bergerak sendiri dia mengikuti apa yang kamu pikirkan.Tataplah mata teduhmu yang indah, disana kamu bisa melihat bahwa kamu adalah manusia paling istimewa dan indah yang perna Tuhan ciptakan...
Jangan sakitin dirimu lagimu,kulit mu terlalu indah buat kamu lukis dengan pisau itu,suara ringisan mu terlalu berharga untuk kamu keluarkan. Simpanlah air mata mu untuk sesuatu yang bahagia nanti...
Kamu manusia yang sedikit bicara,bolehkan aku saja yang berbicara. Kirimkan suara hati mu melalui sebuah tulisan dan akan ku sampaikan pada semestas nanti...
Mata mu indah,siapapun yang melihat akan jatuh cinta,jadi tolong cukup simpan air mata mu. Matamu akan jelek jika bengkak.
Aku yakin,tawa dan senyum mu adalah candu bagi seseorang,pelukan mu adalah obat bagi seseorang, usapan kecil di kepalanya adalah sebuah penenang untuk tidur.
Dhiya Dhezelianti Putri
KAMU SEDANG MEMBACA
DHIYA (ON GOING)
Ficção AdolescenteFOLLOW DULU KARNA ADA BEBERAPA PART YANG TERKUNCI❗❗ Cerita di awal Bab emang gak beralur tapi lama kelamaan bakalan nanti beralur kok,jadi harus tetap baca dan tungguin yaah♥♥ Jangan lupa follow dan vote❤ WARNING❗❗ TYPO BERTEBARAN DI MANA MANA❗ Set...