15

7 1 0
                                    

Aku hanya sebuah manusia biasa tanpa kelebihan apapun,lalu kenapa harus di paksa untuk sesuatu yang tidak ku ketahui? Ajarlah aku dengan lembut. Tuntutlah aku dengan tangan halus mu.

Aku keras kepala,aku egois makanya teteskan aku kasih sayangmu maka aku akan melemah. Senyum yang ku perlihatkan hanya ingin menyampaikan bahwa aku baik baik saja, padahal tidak!

Semua pertanyaan terus menerus berenang di kepala ini,tapi tak ada sstupun jawaban kamu berikan! Lalu kepada siapa aku harus bertanya lagi?!

Semoga lama hidupmu disini,agar kamu bisa melihat seberapa kuat aku berjuang. Kamu mengajarkan aku berdiri di kaki sendiri padahal untuk berdiri saja aku belum mampu. Apa aku harus segitu mandiri-Nya?

***
Dhiya kembali ke kampus berjalan menuju kelas dengan santai. "Woiii." Dhiya melihat ke samping dan ternyata roni

"Ngapa lo?"

"Lo baik baik kan Dya?" tanya Roni

"Tumben lo nanya kek gitu,kenapa?"

"Gak papa gw nanya aja." ucap Roni

Dhiya tidak membalas itu dan tetap berjalan menuju kelas bersama Roni dan sesampai di kelas Dhiya langsung mengambil tempat paling belakang.

***
Dhiya menuju kantin sendiri sesampai di kantin tiba-tiba ada cewe yang mendekat "Lo siapaanya  Virendra?"

"Apa penting buat lo?" tanya balik Dya dengan santai.

"Kalo gw ngomong tuh liat!" bentaknya.

"Siapa lo?"

"Gak sopan banget lo!" ucapnya hendak menampar

"Lo berani sentuh pipi gw,gw bikin mulut lo robek." balas Dhiya langsung menyentakkan tangan itu.

"Awas lo."

"Gw tunggu."balas Dhiya lalu pergi.

Dhiya langsung menuju taman belakang kampus dan mengeluarkan rokoknya,kejadian tadi membuat nafasnya tidak beraturan.

Dhiya terus menghempaskan gumpalan asap itu terus menerus. "Asap lo ganggu."ucap seseorang.

Dhiya menoleh dan menumakan seseorang yang sedang berbaring dengan buku yang menutup wajahnya. Dhiya terus menhembuskan asap itu tanpa memperdulikan cowo itu.

"Gw Arka,jurusan Teknik." ucapnya

"Gak nanya." balas Dhiya.

"Loh bisa gak berhenti,asap lo bikin gw sesak napas." ucap Arka.

Dhiya langsung mematikan rokok tersebut lalu pergi meninggalkan Arka tanpa sepata kata apapun, Arka hanya melihat kepergian Dhiya.

Dhiya berjalan menuju kelas untuk melanjutkan mata kuliah selanjutnya Roni mendekati Dya lalu mengendus-endus. "Lo apa-apasih kek gitu,gak sopan banget!" kesal Dhiya.

"Lu ngerokok?" tanya Roni

"Lo kalo udah tau diem aja,ngapain lo pake ngendus kek gitu!"

"Gw cuman mau mastiin." balas Roni

Dhiya tidak membalas ucapan Roni karna dosen sudah masuk,setelah selesai Dhiya langsung membereskan barangnya lalu keluar dengan cepat dari kelas.

Sesampai di mobil Dhiya langsung melajukan mobilnya,Dhiya hanya ingin cepat pulang saat ini.

"Assalamualaikum." ucap Dhiya

"Wa'alaikumsalam." balas Santi

"Dya ke kamar bund." ucap Dhiya menuju kamarnya.

Sesampai di kamar Dhiya langsung melepas semua yang menempel di badannya. Setelah itu langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Dhiya keluar sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk,menuju balkon kamar melihat langit yang tidak mendung dan tidak panas juga membuat nya sejuk.

Dhiya menatap langit itu dengan sendu entah kenapa perasaanya begitu sakit,sesak yang Dhiya rasakan membuatnya sedikit kesulitan bernapas. Entah apalagi yang akan terjadi setelahnya tapi yang Dhiya harapkan hanyalah hal yang baik.

"Kenapa lagi ini Tuhan?"

"Apalagi ini Tuhan?"

"Tidak kah cukup bagimu ujian ini? tidak cukupkah sakit ku ini Tuhan?"

Dhiya ingin menangis tapi matanya tak ingin mengeluarkan air mata dan pada akhirnya semuanya terpendam kembali membuatnya begitu sakit.

"Dhiya ayo makan" teriak Santi

Dhiya langung menyimpan handuk itu dan turun makan bersama di meja makan hanya ada dentingan sendok dan garpu. "Dya kamu kuliah yang baik-baik yaa" ucap Ayahnya

Dhiya melihat Ayahnya dan melihat Bundanya lalu mengangguk.

Setelah selesai Dhiya langsung membersihkan piringnya lalu menuju kamar, seperti itulah hidupnya terlalu flat bahkan sangat membosakan. Dhiya mengambil novel dan mulai membaca tertawa,berbicara sendiri,marah bahkan kesal sendiri dirinya lakukan tanpa sadar karna novel itu.

"Aku suka semua hal tentang langit,karena dia yang paling mirip dengan ku, dengan pemikiran ku. Kamu perna melihat langit yang begitu mendung tapi ternyata tidak menurunkan hujan,begitu pula aku dengan amarah yang menggebu-gebu tapi tidak selalu bisa menujukan-Nya. Langit juga mengatakan bahwa tidak selalu ada pelangi setelah hujan,sesederhana itu aku memahami bahwa tidak semua upaya mendapatkan balasan setimpal,jadi berhenti menaruh harap tinggi pada apa-apa saja,cukup jalani saja. Kemudian langit jingga mengajarkan bahwa sesuatu yang indah tidak bertahan selamannya, karena itu kita perlu menghargai setiap kehadiran orang-orang baik sebelum benar-benar kehilangan. Dan langit malam, dia indah meski terlihat gelap,menghentikan segala aktivitas, memberi waktu rehat untuk diri yang kewalahan sepanjang hari."

"Berdamailah dengan hal yang gabisa kita ubah,karna ikhlas selalu menjadi ending terbaik."

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DHIYA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang