Keriuhan terlihat di sebuah ruang tunggu depan ruangan dimana seorang gadis tengah terbaring lemah, beberapa orang menyaksikan Ijab Qobul yang di ucapkan seorang lelaki, yang di walikan oleh lelaki muda yang usianya tak jauh berbeda dengan si calon pengantin laki-laki.
Beberapa security pun menjaga disekitar agar tidak menimbulkan kegaduhan di dalam rumah sakit. Orang-orang berkerumun menjadi saksi atas pernikahan mendadak itu
"Baik saudara Rafka apakah sudah siap?" ucap seorang ustadz yang sebelumnya telah di antarkan oleh Hana sahabat dari pengantin wanita.
"Insyaa Allah siap ustadz," ucapnya setelah melihat ke arah pintu ruang ICU yang masih tertutup, ya ia tak melangsungkan acara di dalam ruangan karena itu tidaklah mungkin. Ruang ICU berbeda dengan ruangan lain yang kapanpun dan siapapun bisa memasukinya begitu saja. Ruangan itu begitu ketat penjagaannya karena didalam ruangan itu ada beberapa pasien yang memang mengalami kondisi yang begitu buruk.
"Bagaimana saudara Wali? Sudah siap?" tanya pak ustadz kepada Hammas yang saat ini bertugas sebagai wali dari Aira. Semenjak ayah mereka meninggal Hammas lah yang menggantikan posisi sang ayah karena dia adalah anak laki-laki tertua di keluarga itu.
Hammas mengangguk dengan tegas, kemudian ustadz menanyakan juga kepada saksi-saksi dari pihak perempuan yaitu Azka dan pihak laki-laki yaitu teman sejawat Rafka, Aira dan Hana saat praktek di desa itu.
"Baik kita mulai ya, Bismillahirrohmannirrahim, Innal hamdalillah Nahmaduhu wanasta'inuhu wa nastaghfiruhu, Wana'udzubillahi min syururi anfusinaa, Wamin sayyi-ati a'malinaa, Man yahdihillahu falaa mudhillalah, Waman yudhlil falaa haadiyalah, Wa asyhadu alla ilaha illallah, Wahdahulaa syariikalah, Wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa rasuluh"
Artinya:
"Segala puji hanya bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya".
"Wa qallalahu ta'ala fii kitaabihil kariim, A'udzu billahi minas syaitanir rajim, Bismillahi rahmanir rahim
Ya ayyuhallazina amanuttaqullaha aaqqa tuqatihi wa lā tamutunna illa wa antum muslimun" sambung pak ustadzArtinya:
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam."Setelah membaca doa pak ustadz memberikan selembar kertas kepada Hammas untuk di baca saat menjadi wali. "Silakan pak, di jabat tangan mempelai prianya," ucap pak ustadz sembari menyentuh punggung tangan Hammas
Hammas pun menjabat tangan Rafka yang duduk berhadapan dengannya
"Ikuti saya ya pak, ini simulasi dulu," sambung pak ustadz
"Bismillahirohmanirrohim, Ankaḫtuka wa zawwajtuka makhthûbataka..." ucap pak ustadz
"Bismillahirohmanirrohim, Ankaḫtuka wa zawwajtuka makhthûbataka..." sambung Hammas
"Sebutkan nama pengantin perempuannya dan bintinya pak," lanjut pak ustadz
"Aira Khairunnisa binti bapak Irwansyah," lanjut Hammas
"bi mahri ...... hâlan" sambung ustadz
"bi mahri Rp1.000.000 hâlan"
Sang ustadz menuntun Hammas untuk menghentakan tangannya agar Rafka segera menjawabقَبِلْتُ نِكَاحَهَا وَتَزْوِيْجَهَا بِالْمَهْرِ المذْكُوْرِ
"Qabiltu nikâḫahâ wa tazwîjahâ bil mahril madzkûr" ucap Rafka setelah membaca secarik kertas
Artinya: "Saya terima nikah dan kawinnya dengan mas kawin tersebut."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aira
RomanceNamaku Aira Khairunnisa, aku anak terakhir dari lima bersaudara. Sejak kecil aku hidup dengan bergelimang harta, tapi orang tuaku selalu menanamkan pada kami agar tidak menjadi manusia yang sombong. Orang tua kami telah meninggal dunia semenjak ter...