11

171 16 1
                                    

Pagi ini Rafka pergi membawa Aira ke suatu tempat rahasia yang ia bicarakan semalam, setelah sebelumnya mereka sarapan di kediaman mami dan papinya, kemudian ia segera melajukan motor Ninjanya.

Aira yang terus berpegangan di pinggang sang suami tak henti-hentinya mengucapkan Masyaa Allah karena begitu takjub dengan pemandangan yang ia lihat saat ini.

Setelah 4 jam perjalanan yang melelahkan mereka akhirnya sampai di sebuah pantai yang sangat indah, rasa lelah seketika menghilang mana kala motor yang mereka kendarai telah berhenti. Aira segera turun dari motor sang suami. Berlari ke arah pasir pantai yang begitu putih dan air yang jernih. Ia melihat ke sekeliling tak begitu banyak orang yang berkunjung ke pantai ini.

Aira merasa heran mengapa suaminya bisa tahu tempat ini? Bahkan tempat ini sepertinya belum terjamah oleh begitu banyak orang.

Rafka menghampiri istrinya, merengkuh pinggang sang istri yang tengah memejamkan mata sembari menikmati angin yang berhembus dan suara deburan ombak yang hinggap di telinga.

"Kamu suka?" tanya Rafka
Aira hanya mengangguk, matanya masih terus terpejam. Ahh rasanya beban sedikit menghilang dari dalam dirinya.
"Mas ko bisa si tau tempat ini? Tau dari mana?" tanya Aira yang kali ini telah membuka mata dan menatap sang suami yang terus menatap wajah Aira.
"Ini salah satu resort milik mas, dulu mas sering kesini. Tapi setelah bercerai dengan mantan istri mas, mas sudah malas kesini. Tapi kenapa mas bawa kamu kesini? Karena mas yakin disini kamu bisa sedikit demi sedikit melupakan kejadian itu. Karena rasa tenang dan nyaman akan membantumu untuk menghilangkan rasa traumamu itu." ucap Rafka.
"Terima kasih banyak mas, kamu sudah banyak bersabar terhadapku. Maaf karena terlalu menyusahkanmu." Aira memeluk Rafka. Seketika tangisnya pecah dalam pelukan itu. Rafka mengencangkan pelukannya, memberikan energi kekuatan untuk sang istri

"Sudah sayang kamu ga usah nangis. Kamu harus kuat melawan ini semua, kamu bisa sembuh kalau kamu kuat. Mas ga bisa melakukan apapun kecuali mensupport kamu. Hanya diri kamu sendiri yang bisa membuat trauma itu menghilang, yakinlah kalau kamu bisa melalui ini semua. Jangan pernah khawatir karena mas akan selalu menggenggam tanganmu untuk melalui ini semua."

"Terima kasih banyak mas, aku ngerasa sangat beruntung dan Allah begitu baik padaku karena sudah mengirimkan kamu kepadaku."

"Sama-sama sayang, kita berjuang bersama ya." ucapan Rafka hanya di balas anggukan dan pelukan Aira semakin menguat.

Hari semakin beranjak. Terik matahari mulai menusuk menembus pakaian yang mereka kenakan dan terasa langsung membakar kulit.
"Panas mas," ucap Aira sembari tangannya menutupi kepala.
"Kita masuk aja yuk, sekalian istirahat." Rafka menggandeng tangan istrinya dan segera menaiki motornya kembali membawa ia kesebuah resort mewah tak jauh dari pantai yang mereka kunjungi.

Seseorang tergesah-gesah berlari ketika mereka sampai di sebuah lahan parkir yang sangat luas itu.
"Selamat siang pak Rafka," ucap seorang lelaki berpakaian serba hitam tersebut.
"Siang pak Singgih, apa kabar?" tanya Rafka
"Alhamdulillah sehat pak, bapak bagaimana? Kenapa jarang kesini pak akhir-akhir ini?"
"Iya pak saya baru pulang dinas." ucap Rafka, "oh ya pak kenalin ini istri saya, Aira." sambungnya.

"Loh baru lagi toh pak?" tanya pak Singgih heran.
"Sudah lama pisah pak dengan yang dulu, dan sekarang alhamdulillah sudah ketemu dengan yang lebih dari yang dulu," ucap Rafka, tangannya dengan sigap merengkuh pinggang sang istri
"Hoalahhh, saya tidak tau pak. Maaf ya bu, perkenalkan saya Singgih security disini." pak Singgih memperkenalkan dirinya, menjulurkan tangannya untuk bersalaman namun Aira hanya membalas dengan menangkupkan kedua tangannya di depan dada.
"Saya Aira pak," ucap Aira tersenyum ramah. Pak Singgih menarik tangannya dan menggaruk-garukkan kepalanya yang tidak gatal tersebut. Ia begitu malu karena telah sembrono menjulurkan tangannya untuk berkenalan dengan istri sang bos. Dulu waktu dengan Ayu mantan istri bosnya itu dia tak segan-segan bersalaman bahkan menggusap punggung tangan Ayupun ia berani. Karena pada dasarnya Ayu orang yang gampangan dan mau di pegang oleh siapa saja. Tidak seperti Aira.

Aira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang