Malam ini Rafka dan Aira memutuskan untuk menginap di tempat orang tua dari Rafka. Di karenakan bujukan oleh Zahra yaitu mami Rafka. Kebetulan pula Rafka ingin membicarakan hal penting dengan sang ayah Haris.
Selepas magrib mereka kembali berkumpul di ruang keluarga, Zahra selalu mendominasi pertanyaan-pertanyaan kepada sang menantu. Tak lama setelah itu Haris pulang tepat di jam 7 malam.
"Assalamu'alaikum," ucap Haris ketika memasuki rumah.
Zahra menghampiri sang suami dan mengambil tas kerja serta jas hitam milik Haris. Rafka kemudian berdiri menghampiri sang ayah, sudah hampir delapan bulan ia tak bertemu dengan sang ayah karena pekerjaannya sebelumnya yang mengharuskan ia berdinas di desa terpencil di suatu daerah."Apa kabar pih," ucap Rafka kemudian mencium tangan dari sang ayah.
Rafka yang sebelumnya tak pernah perduli akan tata krama dan sopan santun kepada orang tuanya setelah tinggal di luar negeri dan kemudian menikah dengan Winda, kali ini membuat Haris begitu terharu. Anaknya telah berubah, kembali menjadi anak baik seperti sebelumnya.
"Alhamdulillah sehat, kamu Ka?" tanya Haris sembari memeluk erat anaknya
"Alhamdulillah sehat juga pih, oh ya pih Rafka mau ngenalin istri Rafka yang waktu itu pernah Rafka ceritakan." Rafka memanggil Aira untuk mendekat ke arah mereka.
"Ini Aira pih, istri Rafka yang baru," ucap Rafka sembari tangan di letakkan di pinggang Aira.
"Assalamu'alaikum pih, saya Aira." ucap Aira sopan kemudian mencium tangan mertuanya itu.
"Wa'alaikumsalam, masyaa Allah papih ga menyangka Rafka akan memperistri wanita sholehah seperti kamu Aira," ucap Haris tangannya menepuk pundak sang anak Rafka. Ia tau kalau tak mungkin ia memeluk Aira karena rasa canggungnya melihat sang menantu mengenakan hijab yang syar'i."Iya dong pih, Rafka gitu loh." ucap Rafka PD
"Pih sudah makan belum? Kalau belum Yuk kita makan bareng, tadi mami sama bu Ningsih dan Aira masak makanan kesukaan papih dan Rafka,"Ya, memang sore tadi Aira membantu sang mertua yang tengah sibuk di dapur bersama asisten rumah tangga. Mami mertuanya banyak sekali cerita mengenai masa kecilnya Rafka, sesekali bertanya mengenai keluarga Aira. Bagaimanapun memang orang tua Rafka tidak mengenal keluarga Aira seperti apa dan tinggal dimana.
"Wahh... ada gurame asam manis, cah kangkung, emping dan tahu tempe, duh papih jadi lapar nih. Ayo Rafka, Aira kita makan," ucap papih sembari menarik kursi yang ada dihadapannya.
"Rafka itu sangat suka sama tumis kangkung dan gurame, kamu sesekali harus buat di rumah Aira, nanti minta saja resepnya sama mami, mami itu jago loh masaknya," ucap papih dengan semangat mengambil nasi dan lauk pauknya.
"Iya pih, insyaa Allah nanti Aira belajar dari mami," ucap Aira sopan.Aira menuangkan segelas air kedalam gelas kedua mertuanya dan suaminya. Kemudian menyendokkan beberapa centong nasi kedalam piring sang suami, kemudian ke piringnya. Jangan tanya gimana dengan mertuanya, mereka telah khidmat menyantap makanan yang ada di piring masing-masing.
"Ngomong-ngomong Aira kamu berasal dari daerah mana?" tanya papih Haris.
"Keluarga Aira dari Bogor pih, alm. ayah punya pabrik kecil di perkebunan teh di daerah puncak dan almh. Bunda hanya ibu rumah tangga biasa," ucap Aira
"Wah berarti bisa tuh kita bekerja sama, perusahaan papih itu bergerak di bidang yang berhubungan dengan produksi teh lokal juga loh Aira,"
"Oh ya pih, tapi Aira kurang paham masalah pabrik pih, karena sekarang yang menjalankannya adalah kakak kedua dan saudara kembar Aira pih, semenjak ayah dan bunda meninggal, kami sekeluarga sepakat bahwa anak laki-laki yang berhak mengelola pabrik."
"Oh seperti itu, sudah berapa lama ayah bundamu meninggal Aira?" tanya Zahra
"Kurang lebih 3 tahun yang lalu mih,"
"Innalillahi, sakit nak?" kali ini Zahra yang bertanya.
"Kecelakaan mih," Air muka Aira berubah menjadi sendu, bayangan orang tuanya yang meninggal secara bersamaan membuatnya kembali bersedih.
"Maafkan mami sayang, mami ga bermaksud," ucap Zahra mengambil tangan Aira
"Ga apa-apa mih, Aira hanya kadang masih kangen sama mereka,"
"Kamu ga usah khawatir Aira, sekarang sudah ada mami dan papi yang ada di samping kamu sekarang, jangan lupa Rafka juga pasti akan setia dengan kamu."
"Terima kasih mi,""Sudah ayo makan lagi, nanti kita sambung bicara lagi," ucap Haris.
Mereka mulai kembali berbincang setelah menyelesaikan makan malam. Tak terasa malam mulai semakin larut mereka berbincang hingga Pukul 22.45. Rafka membawa Aira ke kamarnya ketika masih bujangan dahulu, kamarnya begitu luas dan juga rapih.
"Sayang minum obatnya dulu," ucap Rafka sembari menyodorkan beberapa butir obat dan segelas air pada Aira
"Terima kasih mas," Aira mengambil air dari tangan Rafka setelah menenggak butiran obat tersebut."Kita tidur ya sayang, pasti kamu lelah hari ini,"
"Iya mas,"
Mereka pun merebahkan diri ke peraduan paling nyaman ketika rasa lelah tiba. Aira membalikkan wajahnya menghadap sang suami yang matanya sudah terpejam, Rafka begitu baik dan sabar padanya, tapi entah mengapa hatinya masih sulit untuk berdamai dengan masalalunya.
"Maafkan aku mas yang belum bisa jd istri yang sempurna untuk kamu," ucap Aira, tangannya ingin menyentuh anak rambut yang terjatuh di wajah sang suami.
"A..aku masih takut, maaf mas, maaf," kali ini Aira terisak, ada sedikit rasa penyesalan dalam dadanya karena tidak bisa melayani suaminya padahal itu sudah menjadi kewajibannya."Kenapa kamu nangis sayang?" ucap Rafka setelah membuka matanya, ia mendengar semua ucapan sang istri namun ia tak ingin membuka matanya lebih awal karena hanya ingin Aira mengutarakan hatinya. "Sudah jangan menangis, aku ga masalah. Yang terpenting adalah kamu sembuh itu udah membuatku senang," sambung Rafka dan menarik Aira ke dalam pelukannya.
"Maafkan aku mas, aku hanya ingin jadi istri yang seutuhnya untukmu, memberimu keturunan seperti yang orang tuamu inginkan, tapi aku belum bisa. Ini begitu menyakitkan untukku mas," isak tangis Aira semakin membesar dalam pelukan Rafka
"Ga apa-apa sayang, aku akan menunggu kapanpun kamu siap. Aku ga mau ada paksaan karena itu bisa menyakitimu lebih dalam lagi,"
"Mas janji ya tunggu aku sampe aku siap," Aira menatap wajah Rafka, wajahnya sudah sembab dengan air mata.
"Iya sayang, aku janji," Rafka mencium kening istrinya itu, kemudian mulai mengeratkan pelukannya.Bohong jika Rafka tidak terangsang ketika berduaan dengan Aira seperti ini. Ia juga hanya manusia, yang menginginkan kebutuhan biologisnya terpenuhi. Tapi ia tak mau egois hanya karena keinginannya ia akan menghancurkan hati istrinya itu. Rafka akan menunggu sampe Aira siap menerimanya sepenuh hati dan siap melakukan hal itu.
"Sudah sekarang kita tidur, besok pagi aku ingin mengajak kamu ke suatu tempat yang aku yakin kamu akan suka,"
"Emang kita mau kemana mas?" tanya Aira melepaskan pelukannya.
"Pokonya rahasia," ucap Rafka yang kembali memeluk Aira
"Kasih tau dong mas," rajuk Aira
"Kalau di kasih tau bukan kejutan dong namanya,"
"Ihh pelit,"
"Sudah yuk kita tidur, tapi boleh kan mas tidur sambil berpelukan seperti ini?" tanya Rafka.
Aira hanya mengangguk mengiyakan keinginan suaminya. Mungkin dengan lebih sering kontak fisik seperti ini traumanya terhadap lelaki bisa menghilang sedikit demi sedikit, pikir Aira.Tbc.
Nah nah nah
Kira-kira mereka mau kemana ya?
Mau tau kelanjutan kisahnya seperti apa?Jangan lupa support cerita ini dengan cara vote dan commen biar author lebih semangat lagi.
Terima kasih banyak 🥰
See you in the next part
Bye bye 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Aira
RomanceNamaku Aira Khairunnisa, aku anak terakhir dari lima bersaudara. Sejak kecil aku hidup dengan bergelimang harta, tapi orang tuaku selalu menanamkan pada kami agar tidak menjadi manusia yang sombong. Orang tua kami telah meninggal dunia semenjak ter...