BAB 4 canggung

16 9 0
                                    

pagi ini aku kaget sekali melihat kondisi sean yang sedang tidur karena dia memeluk aku seperti gulingnya, dikala itu aku pengen menepi kaki dan tangannya namun tiba - tiba saja sean memeluk eratku sambil berkata kalau dia sangat mencintaiku katanya sambil ngorok, hatiku ini meronta - ronta berharap kalau semua perkataan sean ini bisa nyata, setelah beberapa saat kemudian akhirnya alaram berbunyi dan itu membuat sean terbangun dan langsung kaget melihat aku, dia meminta maaf terus kepada aku kalau dia sudah memeluk aku seperti ini kata sean, mendengar hal itu berkata kalau hal itu biasa saja kan namanya juga tidur mana kita tau apa yang terjadi, kan tidur itu ibaratkan separuh mati kataku.

akhirnya pagi itu kami berdua lanjut bersiap - siap buat pergi ketempat latihan namun aku lebih banyak peking karena nanti seminggu mau nginap atau tidur di kosnya sean, kami sarapan dulu sebelum pergi karena kalau nggak makan dulu sebelum pergi pasti mama bakal cerewet dan apalagi dengan papa yang sering marah jika kalau nggak sarapan sebelum pergi, setelah bersiap - siap kami pun berpamitan kepada mama dan papa buat latihan, sesampainya kami dikos sean aku kaget sekali karena keadaan kosnya yang sangat memprihatinkan, melihat wajahku yang kaget seperti itu sean bertanya kepada aku "kenapa kamu kaget apakah kos aku nggak sebagus kamar mu" tanya sean murung.

aku langsung minta maaf kepada sean bukannya maksudnya aku seperti itu aku menjelaskan kalau semua barang - barang yang dia letakang, setelahnya sean sedih dan meminta maaf kepada aku kalau dia hanya bisa mengasih tempat tidur cuma seperti ini kata sean sedih, tanpa membuat suasana menjadi larut - larut aku langsung meminta kepada sean dimana aku akan meletakan tasku, mendengar hal tersebut langsung sean menunjukan tempat meletakan semua barang - barang, sesaat setelah meletakan semua barang kami langsung pergi kelapangan masing - masing, aku sangat nervous sekali baru kali ini aku mencoba dan berlatih di tim ini, pertama aku mencoba buat latihan nembak tapi entah kenapa bola nggak kena aku pukul.

melihat aku yang kurang fokus pelatih bertanya kepada aku kenapa aku nggak fokus tanya pelatih bingung, aku menjawab kalau ini baru pemanasan jadi agak kurang fokus, selanjutnya aku mencoba lagi dan kali ini sama lagi dengan percobaan pertama dan aku juga nggak bisa mengenai bola tersebut, tanpa menyerah aku terus mencoba dan mencoba, melihat aku yang seperti ini pelatih menyuruh aku buat istirahat dulu, aku stres sekali kenapa aku nggak bisa melakukannya dengan benar padahal biasanya aku nggak pernah seperti ini, beberapa saat diwaktu semuanya istirahat aku merenungi permainan aku tadi kenapa permainanku tadi sangat payah.

disaat aku sedang merenungi kepayahanku hari ini tiba - tiba pipiku sebelah kiri, dengan refleks akupun terkejut, sean langsung menepuk bahu dan menawarkan air minum dan bertanya " kenapa kamu murung seperti padahal hari sangat cerah sekali, tapi kok nggak seperti biasa.." tanya sean bingung, " huh.... entah kenapa aku nggak bisa fokus tadi latihan membuat semua bola yang akan aku pukul nggak kena - kena...." kataku dengan murung, sean memelukku mengatakan " udah jangan fikirkan nanti coba lagi pasti kamu bisa... semangat" kata sean menatapku sambil menyemangatiku.

aku memeluk erat sean menjelaskan" entah kenapa dari tadi aku nggak bisa fokus, padahal biasanya aku nggak seperti ini" kataku, dikala itu aku memeluk sean sampai hatiku puas dan tenang, aku setelah hatiku mulai tenang dan nggak marah lagi akupun bertanya suatu hal kepada sean apakah gapapa aku memeluk dia seperti ini tanyaku, sean menjawab mengapa tidak kata sean tersenyum kepadaku, akhirnya setelah itu kamipun lanjut makan dan minum serta istirahat sebentar, tak lama kemudian pluit ditim basket sekolah berbunyi dan ini menandakan kalau sean harus segera latihan, dan akupun juga harus bersiap - siap latihan juga, aku menarik nafas panjang dan bekata dalam hati kalau aku harus bisa dan membanggakan sekolahku.

diawal latihan pelatih menyuruh aku duluan buat menembak bola, dengan tekat yang kuat aku memukul dengan keras dan membuat semua orang terdiam, aku deg - degan sekali karena semua orang nggak ada yang berkata sedikit pun, dan setelah pukulan pertama yang berhasil tersebut akupun mulai percaya diri dan melanjutkan latihan dengan sempurna bahkan membuat pelatih dan teman satu tim dengan kembalinya aku yg sebelumnya,     siang itu aku latihan dengan semangat sampai selesai, sepulangnya aku hendak memberi sean kejutan dengan mengejutkannya, sesampainya aku di lapangan basket aku melihat sean lagi ngumpul dengan teman satu timnya seperti lagi ngomongin strategi.

disaat itu aku nggak menghiraukan aku
pun melompat kepunggung sean sampai sean mau nggak mau harus menggendong aku, melihat itu semua teman - teman sean juga ikut tertawa melihat kelakuanku kepada sean dan kamipun menuju ke kos sean, diperjalanan menuju kos akupun melihat bakso keliling, tanpa tunggu lama aku langsung menarik sean untuk membeli bakso dulu sebelum ke kos, awalnya sean menolak dan melihat itu aku langsung mengatakan kalau kali ini biar aku yang traktir kataku ke sean, akhirnya setelah lama membujuk dan seanpun mau untuk makan sebentar.

aku memesan ke abang tukang bakso buat membuatkan bakso dua porsi untuk kami berdua, disaat menunggu aku melotot ke sean sambil berkata " kamu tau nggak... mama dan papaku terlalu sayang ke kamu bahkan kadang aku suka cemburu sambil berfikir sebenarnya anak mereka aku apa kamu fikirku " kataku sambil tertawa, sean malah melotot balik sambil mengatakan " itu tandanya mereka lebih sayang aku dari pada kamu hahahaa... " tawa sean terbahak - bahak, melihat wajahnya ingin rasanya aku buat mencubitnya, tanpa berfikir panjang aku langsung mencubit kedua belah pipinya, aku begitu kaget sekali karena pipinya begitu lembut kayak pipi anak kecil.

" iiiiiih... gemesss " kataku sambil mencubit kedua pipinya, " aaaah... sakit liam..." kata sean sambil terus meminta aku buat menghentikannya, karena saat itu nggak menghiraukan sean aku terus mencubit sampai hatiku puas, namun momen itu tidak begitu berjalan lama abang tukang baksonya langsung mengantarkan dua porsi bakso dimeja kami yang membuat aku harus berhenti mencubit pipi sean yang lembut, waktu itu karena aku lupa kalau aku nggak boleh ngeliatin rasa suka aku ke sean malahan aku memberi suapan pertama ke sean tanpa ada fikiran.

melihat itu sean langsung memakan suapan itu sambil mengatakan kalau ini enak katanya sambil tersenyum, akhirnya aku baru ingat dengan janjiku sendiri, dan setelah itu aku nggak mau menunjukan rasa sukaku kepada sean lagi kataku dalam hati.

EMPTY OF HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang