2. Istana Kwangya

119 17 0
                                    

Pangeran Minhyung dan pengawalnya yang merupakan bagian dari keluarga Lee tiba di depan gerbang istana utama. Ia menyuruh pengawalnya untuk berhenti, penjaga di depan gerbang langsung membuknya, lalu pangeran Minhyung membuka penutup kepalanya.

"Aku akan menyerahkan seorang budak padamu, pangeran. Setelah ritual selesai, jangan lama-lama dan kembalilah ke Shinju. Kau itu diadopsi di keluarga Lee, jadi jangan lupa itu. Tolong tegakkan nama keluarga kita di hadapan Raja." ujar kepala pengawal yang juga merupakan dari keluarga Lee.

"Adopsi? Kupikir aku dijadikan sandera olehmu selama ini." sindir pangeran Minhyung dengan tawa sinisnya, kemudian memacu kudanya masuk kedalam istana dan gerbang pun ditutup.

Sesampainya didalam, pangeran Minhyung turun dari dari kudanya. Tapi setelah turun ia menarik pedangnya, mengangkatnya tinggi-tinggi lalu menghunuskannya dan menebaskannya kepada kudanya tadi.

Keluarga Lee yang belum beranjak dari luar kaget mendengar suara kuda yang merintih. Darah membekas di pedang dan sebagian wajah pangeran Minhyung. Pengawal yang melihatnya tentu saja kaget.

Kim Heechul, ahli perbintangan berdiri diatas gerbang melihat pangeran Minhyung dan kuda yang sudah terbaring didepan gerbang.

"Anda tidak boleh mengayunkan pedang dalam istana." ucap kepala pengawal dalam istana dengan gugup, pangeran Minhyung tanpa suara dan dengan santainya menyerahkan pedangnya kepada kepala pengawal.

"Haruskah saya siapkan kudanya agar anda bisa pulang nanti?" kata pengawal itu dengan gugup.

"Aku takkan pulang ke Shinju." ucap pangeran Minhyung.

Pangeran Minhyung berjalan masuk sambil menghapus darah yang menempel dipipinya. Ia berdiri tepat didepan istana dan membatin, 'Aku takkan kembali kesana. Aku takkan kembali ke Shinju sebagai sandera.'

♡♡♡

Di tempat lain, Donghyuck terbangun mendapati dirinya sudah berada didalam ruangan asing yang terlihat kuno. Terdengar suara wanita yang terbatuk-batuk, suara itu terdengar dari wanita didepannya yang terlihat sakit-sakitan duduk menunggunya. Tapi yang membingungkan wanita itu memakai pakain kuno. Saat akan beranjak Donghyuck memekik tertahan merasakan sakit di kepalanya dan membuat wanita itu mengalihkan atensinya ke Donghyuck.

"Haechan-ah!"

Jeongra, orang yang memanggil Donghyuck saat di pemandian pangeran terlihat senang, kemudian ia mengalihkan pandangannya ke wanita yang dituntun Jeongra. Donghyuck menatap pakaian yang mereka pakai seperti pakaian zaman dulu, tapi tiba-tiba kepalanya terasa sakit kembali.

"Haechan-ah, apa masih sakit?" tanya wanita tadi-Seo Injoon-dengan khawatir.

"Memang aku terluka parah ya?" tanya Donghyuck, Jeongra menceritakan sudah pasti parah karena terbentur keras dan berpikir jika kepala Donghyuck pecah.

"Kau tahu betapa khawatirnya Nyonya Joon?"

"Haechan-"

"Maaf...tapi kenapa kalian selalu memanggilku 'Haechan' atau 'Agassi'? Namaku Lee Donghyuck. Aku tidak mengerti kenapa kalian memanggilku seperti itu." kata Donghyuck dengan bingung, Nyonya Joon dan Jeongra yang mendengarnya juga menatap bingung. Kemudian Donghyuck teringat ketika ia tenggelam dan mengira sudah mati.

"Ah, iya aku sudah mati."

"Kau tidak mati, tapi kau hampir mati." ucap Jeongra.

Kaget, Donghyuck mencoba mencubit lengannya, tapi terasa sakit. Dia bukan mati ataupun bermimpi. Lalu Donghyuck berlari keluar kamar untuk memastikan apa yang terjadi, dan semakin shok mendapati rumah kuno dan banyak pelayan yang berlalu lalang, bahkan ada yang membungkuk kepadanya.

Longue durée, 1523 (Markhyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang