12. Calon Istri ke-30

54 9 2
                                    

Di sebuah padang rumput yang luas, terlihat sebuah papan yang bertuliskan,

[Ritual Pemakaman Istri Pangeran Jeno, Nyonya Seo Injoon]

Semua orang mengenakan pakaian putih sebagai tanda berkabungnya atas kematian Nyonya Injoon.

Haechan dan para Pangeran membungkuk memberikan hormat.

Pangeran Jeno membawa obor dengan menahan rasa sedihnya karena ia yang memimpin upacara kematian Nyonya Injoon, dan Pangeran Jeno mulai membakar peti mati Nyonya Injoon.

Haechan mulai menangis tersedu-sedu melihat peti mati Nyonya Injoon dibakar didepan matanya.

---

Pangeran Kwanhyung memilih untuk tidak menghadiri upacara kematian Nyonya Injoon. Pangeran Kwanhyung duduk sendirian dengan melihat gambar wajah Nyonya Injoon di bukunya, tangannya meraba gambar wajah Nyonya Injoon dan itu membuat air matanya mengalir.

---

Haechan terus menangis tanpa bisa berhenti melihat orang yang sangat disayanginya telah pergi untuk selamanya. Api telah melalap peti mati Nyonya Injoon.

Pangeran Minhyung hanya bisa menatap Haechan yang tidak berhenti menangis.

Pangeran Jeno terus menahan rasa sedihnya.

♡♡♡

Haechan duduk dengan Pangeran Kwanhyung yang sedang duduk tidak jauh darinya.

"Unni. Apa aku bisa melihatnya lagi. Aku merindukan nya" kata Haechan.

"Aku harus bagaimana sekarang?" kata Haechan dalam tangisnya.

"Kau hanya perlu mengenangnya" kata Pangeran Kwanhyung.

"Aku juga, aku yang akan menjagamu" kata Pangeran Kwanhyung menatap Haechan dan Haechan balas menatapnya.

"Aku suka... punya teman seperti dirimu" kata Haechan tersenyum ditengah kesedihannya.

Keduanya kembali tenggelam dalam kesedihan mengingat Nyonya Injoon sekarang sudah pergi untuk selama-lamanya.

♡♡♡

Malam harinya, Haechan masuk ke perpustakaan dengan membawa penerangan dan melihat Pangeran Jeno duduk meringkuk di pojokan sendirian dalam kegelapan. Pangeran Jeno sangat terpukul dengan kematian Nyonya Injoon.

"Letakkan saja disitu" perintah Pangeran Jeno pada Haechan yang membawa untuknya.

Haechan menuruti perintah Pangeran Jeno dan menghampiri Pangeran Jeno yang terlihat masih sangat terpukul.

"Kenapa aku tidak bisa mengatakannya. Aku tahu dia ingin sekali mendengarnya. Aku tidak bisa berkata aku mencintainya. Aku belum mengatakannya. Tapi Haechan, perasaan itu perasaan cinta. Aku pikir aku hanya bersyukur punya istri seperti dia. Tapi ternyata itu cinta." Kata Pangeran Jeno menahan air matanya.

"Kupikir ia hanya membuatku merasa nyaman. Tapi ternyata aku mencintainya." kata Pangeran Jeno yang tidak bisa menahan air matanya lagi.

"Apa yang harus aku lakukan? Aku harus bagaimana, Haechan? Aku seharusnya sudah mengatakannya. Dia sudah lama menungguku mengatakannya" kata Pangeran Jeno menangis sambil meremas ujung baju Haechan. Pangeran Jeno sungguh menyesal. Haechan menyeka air matanya.

"Aku yakin Myung Hee sudah tahu. Dia pasti sudah tahu. Kau bisa berhenti menangis sekarang." Kata Haechan menenangkan Pangeran Jeno dengan memegang pundak Pangeran Jeno.

Perkataan Haechan masih belum bisa menenangkan Pangeran Jeno. Pangeran Jeno semakin menangis menyesali semuanya.

"Kenapa harus sekarang? Kenapa harus sekarang? Aku sudah mendapatkan semua cintanya. Kenapa? Kenapa? Kenapa? Kenapa? Kenapa aku baru menyadarinya sekarang?" kata Pangeran Jeno sambil melepaskan tangan Haechan dari pundaknya.

Longue durée, 1523 (Markhyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang