34. Torture

554 77 13
                                    

Seorang gadis kini telah terbangun dari tidurnya. Rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya, terutama kepalanya, membuatnya mengerutkan kening dan merintih pelan.

Begitu kesadarannya sudah kembali, ia tetap menutup matanya dan menghadapkan wajahnya ke depan.

Disinilah ia, duduk di sebuah kursi kayu dengan kakinya yang diborgol, dan kedua tangannya yang diborgol pada dinding dengan saling berjauhan.

"Oh, kau sudah sadar" ujar seseorang yang sedari tadi berjaga di ruangan tersebut.

Azumi menoleh ke samping dan mendapati Kakucho duduk di dekat pintu ruangan.

Azumi langsung melengos kesal dan memalingkan wajahnya kala melihat lelaki berambut aneh tersebut.

"Hoi, atas semua usahaku dan ini yang kau berikan padaku?" protes Kakucho tak terima.

"Hah? Usaha apa? Usaha dalam menculikku?" sahut Azumi tak mempercayai pendengarannya.

"Kalau bukan karena aku, saat ini kesucianmu sudah dirampas oleh Hanma. Kau berhutang padaku" ujar Kakucho yang membuat Azumi berjengkit kaget. Seketika ia diselimuti perasaan bersalah karena salah paham pada lelaki itu. Apalagi sepertinya lelaki itu stand by di ruangan ini untuk menjaganya.

Woah, mungkin ini karma karena ia pernah membiarkan Armin dipegang-pegang oleh om-om pedo.

"Maaf..." ujar Azumi pelan namun masih dapat didengar oleh Kakucho. Lelaki itu tertegun mendengar kata itu dari mulut seorang gadis yang terlihat memiliki harga diri yang tinggi.

Kedua sudut bibir Kakucho sedikit terangkat. "Akan kuanggap impas jika luka di telingaku sembuh."

Azumi melihat ke arah daun telinga kanan lelaki itu dan mendapati plester kecil yang menempel disana.

"Tidak. Anggap saja luka itu balasan dari kau yang hampir menghancurkan pergelangan tanganku. Aku akan membayar hutangku lain kali" ujar Azumi. Padahal ia kira Kakucho belum mengobati luka di telinganya. Kalau belum kan ia bisa mengobatinya dan menjadikan itu sebagai bayaran hutangnya.

"Yah, terserah kau saja" sahut Kakucho mendengar itu.

"Ngomong-ngomong, dimana ini? Kenapa kalian menculikku? Apa yang Tenjiku inginkan dariku? Aku ini bukan anggota Toman lho" ujar Azumi menuntut penjelasan.

"Ini markas Tenjiku, hanya itu yang bisa ku katakan" ujar Kakucho.

"Hah?"

Cklek

Pintu ruangan tersebut terbuka dan menampakkan sosok lelaki pendek berkulit tan dan berkacamata. Di belakang lelaki itu ada seseorang yang sangat tinggi seperti Titan. Begitu melihat keduanya Azumi langsung mendecakkan lidahnya kesal.

"Wow~ sungguh sambutan yang tidak ramah. Bintang satu" ujar Kisaki dengan seringai lebar yang licik.

Kakucho beranjak dari kursinya dan menarik kerah Hanma yang langsung dibalas dengan delikan tajam oleh lelaki itu. "Apa maksudnya ini?"

"Maksudnya kau akan ikut denganku" ujar Kakucho dan menarik Hanma pergi. Ia khawatir jika lelaki mesum itu harus satu ruangan dengan Azumi yang sedang sakit.

"Ah~ membosankan. Dadah, baby♡~" ujar Hanma sebelum hilang dari pandangan Azumi.

Memuakkan. Bisa-bisa Azumi mengeluarkan semua isi perutnya saat mendengar kata itu dari mulut Hanma.

"Aku yang mengusulkan untuk menculikmu" ujar Kisaki. Padahal Azumi tidak bertanya apapun padanya.

Kisaki menutup pintu ruangan. Ia mengambil kursi yang awalnya diduduki oleh Kakucho dan membawanya tepat di hadapan Azumi, lalu ia mendaratkan pantatnya disana.

Red Eyes [SnK x OC x Tokrev]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang