05. IDUL ADHA

234 9 0
                                    

'Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar. Allahu Akbar walillaahil hamdu.'

Suara takbir terdengar keras memenuhi area perkampungan.

Idul adha sudah tiba. Kini banyak orang yang berkurban, dan juga pastinya banyak bocil-bocil yang sangat senang melihat pemotongan sapi atau kambing. Apalagi jika hewan kurbannya kabur dan mengamuk, menjadi tontonan seru untuk para bocil-bocil.

Keluarga besar Reina dan Zarfan sudah melakukan shalat Id berjamaah di Musholla tadi.

Kalian tahu tidak siapa imamnya? Yap! Dia adalah Adam. Kali ini Adam lah yang ditugaskan oleh Ustadz Derry untuk mengimami shalat berjamaah pada pagi hari ini.

Di shaf belakang, khususnya untuk para perempuan. Cahya tak ada henti-hentinya untuk tersenyum. Suara Adam begitu merdu dan menjadi candu, apalagi suara seraknya yang masih ketara ketika sedang membacakan surat-surat dan doa.

Akh! Cahya jadi hilang fokus 'kan jadinya! Biarkan saja, ini adalah salah Adam!

"Bunda, ayo buruan! Al sama aku mau lihat sapinya, tahu!" Ucap Cahya tak sabaran.

Reina mengelus dadanya sabar. Kenapa Anak gadisnya ini sangat mirip dengan suaminya yang selalu tidak sabaran sih? Rasanya ingin emosi saja bawaannya.

"Sabar, sayang. Bunda make up an dulu bentar!" Ujar Reina lalu kembali melanjutkan acara make up nya.

"Bunda tanpa make up juga udah cantik tahu! Ntar kalau sapinya keburu dipotong gimana?" Ujar Altezza.

"Nggak, lah! Kan nanti didoain dulu baru dipotong. Harus ada yang wakilin nanti."

Setelah beberapa menit berdandan, kini Reina dan juga kedua Anaknya sudah berada di depan Musholla. Yang tepat di belakangnya terdapat satu sapi berwarna putih yang cukup besar.

Zarfan dan juga yang lainnya sudah berada di sini duluan. Setelah pulang ke rumah untuk menaruh sajadah dan mukena, Zarfan dan yang lainnya langsung pergi ke Musholla. Berbeda dengan Reina yang masih sibuk berdandan dengan ditemani oleh kedua Anaknya.

Cahya dan Altezza tidak akan mau menemani Bunda-nya jika tidak disogok dengan cokelat dan yupi.

Gampang untuk membujuk mereka berdua. Kasih cokelat, susu, atau yupi saja sudah bisa membuat suasana hati mereka membaik. Kalau bisa sih dikasih uang juga, lah, ya.

"Sapinya gede banget, Bunda!!" Altezza memekik kegirangan.

"Iya, sayang. Jangan deket-deket banget ya Kak, Dek! Nanti diseruduk sama sapinya!" Ujar Reina yang diangguki oleh kedua Anaknya.

Cahya dan Altezza mendekati sapi besar berwarna putih itu. "Kamu jangan deket-deket banget, Dek!"

"Kak, gendong!" Pinta Altezza merentangkan kedua tangannya.

Cahya menggendong Adik kesayangannya itu. Membiarkan Adik-nya yang kini tengah tertawa geli karena memegang rambut keriting milik sapi putih itu.

"Seneng, hm?" Tanya Cahya yang diangguki oleh Altezza.

"Kak, udahan, ih! Sapinya udah mau dipotong!" Teriak Reina dari belakang.

CAHYA & ADAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang