Suara ayam berkokok mulai terdengar. Matahari pun sudah mulai sedikit demi sedikit menampakkan wujudnya.
Laki-laki yang masih memakai pakaian tadi malamnya itu mulai mengerjapkan matanya.
Tangannya terasa kram dan pegal. Ia melihat ke arah sampingnya. Sedetik kemudian ia melebarkan matanya, kala mendapatkan gadisnya sedang tertidur pulas dengan berbantalan lengannya.
"Astagfirullah, Cahya..." Adam mengusap wajahnya kasar.
Cahya sama sekali tak terganggu dengan pergerakan Adam yang menarik lengannya.
"Kenapa gadis ini bisa tidur di sini?" Tanya Adam heran.
Laki-laki itu menggendong Cahya ala bridal style. Ia membawa Cahya ke kamar gadis itu, merebahkannya di ranjang kesayangan gadis itu.
"Saking nggak mau pisahnya sama aku sampai milih tidur di sofa, hm?" Adam terkekeh geli memandangi wajah cantik Cahya.
Adam mengecup kening Cahya singkat. "Dalam waktu dekat, aku bakalan nikahin kamu. Sabar ya sayang, semuanya lagi aku siapin." Gumam Adam. Setelah itu ia keluar dari kamar Cahya.
•••••
Seorang laki-laki yang telah berumur memandangi putranya dengan raut wajah yang serius.
"Kapan kamu bakalan nikahin Cahya, Adam? Jangan terus menunda-nunda. Kasihan Anak itu kalau nggak dikasih kepastian sama kamu." Ucap Dani kepada Anaknya.
"Kalau Minggu depan, kecepetan tidak, Yah?"
Dani membulatkan matanya, kemudian ia tersenyum senang.
"Itu adalah keputusan yang bagus! Cahya juga nggak bakalan nuntut buat nyiapin pesta pernikahan yang mewah. Dia cuma mau menjadi suami dan istri yang sah sama kamu."Adam menganggukkan kepalanya paham. "Adam akan siapkan semuanya, Yah."
"Nggak perlu. Biar Ayah sama Om Zarfan aja yang ngurus semuanya. Kamu cuma perlu jaga Cahya aja."
"Untuk baju dan gaunnya, nanti bakalan Ayah bicarain sama keluarga Cahya. Kamu sama Cahya cuma tinggal terima beres aja."
"Terima kasih, Yah. Ayah selalu mendukung keputusan Adam."
"Selagi keputusan kamu nggak merugikan seseorang, maka Ayah bakalan dukung."
•••••
"Kak, bangun dong! Anterin aku sekolah." Ucap Anak kecil yang sudah rapih dengan pakaian sekolahnya.
"Eungh... Jam berapa sih sekarang?" Cahya mengerjapkan matanya. Mulai menormalkan penglihatannya yang sedikit buram.
"Sekarang udah jam setengah sembilan, Kak. Ayo anterin aku! Nanti aku telat." Altezza menarik-narik lengan Cahya, membuat sang empu merasa kesal.
"Yailah anjir baru jam setengah sembilan juga. Kamu 'kan masuknya jam setengah sepuluh." Cahya menatap Adik-nya kesal.
"Aduh, Kak! Nanti tuh kita harus mampir ke fotocopy dulu buat beli kertas origami sama spidol warna. Aku lupa bilang Bunda kemarin."
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHYA & ADAM [END]
Teen Fiction[ SUDAH END DAN PART LENGKAP✅ ] [15+] ----- Berawal dari seorang gadis yang pulang ke kampung halamannya, dan bertemu dengan seorang laki-laki yang mampu memikat hatinya pada pandangan pertama. Begitu pun juga sebaliknya. Laki-laki itu menyukai seor...