10. RUMAH POHON

281 8 0
                                    

1 Minggu sudah berlalu. Lusa, Cahya dan juga keluarganya sudah harus kembali ke Jakarta. Cahya dan Altezza yang sudah harus kembali bersekolah, dan kedua orang tuanya yang harus kembali bekerja.

"Cahya, bisa ikut aku sebentar?"

Cahya yang sedang asik mewarnai dengan Adik-nya itu mengalihkan atensinya pada Adam yang berdiri di sampingnya.

"Mau ke mana?" Tanya Cahya.

"Ikut aja." Dengan tak sabarannya Adam menarik tangan Cahya untuk berdiri.

"Dek, Kakak pergi dulu!" Teriaknya sebelum benar-benar naik ke motor Adam.

Altezza yang melihat itu pun bingung. Ia hanya mengangguk untuk merespon Kakak-nya. "Hati-hati, Kak!"

Selama di perjalanan, Cahya memeluk Adam dari belakang dengan erat. Sesekali tangan nakal Cahya mengelus perut sixpack Adam dari dalam baju, membuat sang empu menggeram kuat.

"Tangan kamu diam, Cahya." Desisnya.

Cahya menurut. Ia mengamati pemandangan dari samping kanan dan kiri. Pemandangan yang tidak akan pernah ia temukan ketika berada di kota.

Tak lama, keduanya sampai di tempat tujuan. Entah Adam membawa dirinya ke mana, Cahya pun tidak tahu.

"Kita di mana?" Tanya Cahya.

Cahya menatap asing tempat dirinya berada. Begitu sepi, dan juga banyak pepohonan yang menjulang tinggi.
Ini lebih terlihat seperti hutan!

"Tutup mata kamu dulu." Titah Adam dengan mengeluarkan sebuah kain berwarna hitam dari saku celananya.

"Kamu nggak bakalan buang aku ke hutan, kan?" Curiga Cahya.

Adam terkekeh geli. Mana mungkin ia membuang orang yang sangat ia cintai? Ada-ada saja.

"Enggak. Tutup matanya dulu." Adam mulai memasangkan kain itu di kelopak mata Cahya, menutup mata Cahya dengan kain itu.

"Kamu jangan ninggalin aku!" Takut Cahya.

Suaranya bergetar. Apa gadis ini akan menangis?

Adam memeluk Cahya dari belakang untuk menenangkan gadisnya.
"Stt! Aku nggak bakalan ninggalin kamu. Cuma sebentar aja kok! Ayo ikut aku." Adam mulai menggenggam tangan Cahya, menuntun gadis itu untuk mengikuti dirinya.

Cahya mengikuti pergerakan Adam dengan tenang.

Adam berhenti ketika mereka sudah sampai di tempat tujuan.

"Adam? Kainnya aku buka, ya?"

"Hm, sini aku bukain." Adam mulai membukakan kain itu dengan perlahan.

Cahya membuka matanya perlahan. Samar-samar, ia dapat melihat pemandangan yang begitu indah. Langsung saja Cahya membuka matanya dengan cepat.

Cahya terpaku sejenak, menatap pemandangan yang ada di depannya dengan tatapan takjub. Sangat indah sekali. Cahya tidak pernah melihat ini sebelumnya.

"Suka nggak?" Tanya Adam yang melihat keterdiaman Cahya.

Cahya masih belum menjawab. Ia masih terpaku dengan pemandangan yang ada di depannya ini.

CAHYA & ADAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang