13. SULIT DITEBAK

188 7 0
                                    

Sudah dua Minggu mereka lewati. Dengan Adam yang menjaga Nara dengan diawasi oleh Cahya, sang kekasih.

Bukan menjaga seperti memberi perhatian pada umumnya. Hanya saja menjaga dari orang jahat yang ingin menyakiti Nara.

Namun begitu, Nara menganggap Adam berperilaku seperti itu karena Adam diam-diam menyukainya, hanya saja tidak diketahui oleh Cahya.

Nara terlalu memiliki harapan lebih kepada Adam. Ia bahkan menganggap Adam adalah kekasih dirinya sendiri.

Sangat gila bukan? Info ngantemi Nara.

"Adam... Aku kesel deh kamu harus ketemu sama Nara terus setiap di sekolah." Ucapnya dengan bergelayut manja di lengan Adam.

Adam tersenyum simpul. Ia mengecup kening Cahya dengan sayang.
"Maaf ya, udah bikin kamu kesel."

"Kalau nanti kamu jadi suka sama Nara gimana? Terus aku gimana? Kamu pasti bakalan ninggalin aku, kan?" Tanya Cahya dengan raut sedih.

Adam menyentil pelan kening Cahya. "Nggak bakalan! Ngaco aja kamu ngomongnya."

Cahya memeluk Adam dengan erat. "Ayo nikah!"

Adam mengangkat dan mendudukkan tubuh Cahya di atas pantry. Ia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher gadis itu. "Tunggu aku punya penghasilan yang banyak, ya? Kan nanti jadinya malu kalau aku nikahin kamu dengan uang yang pas-pasan. Gimana mau nafkahin kamu coba nantinya?"

Cahya menghela nafas berat.
"Ih, nggak usah mikirin uang! Aku 'kan juga ngga minta mahar yang gede. Aku cuma mau kamu!"

Adam mengecup lembut bibir mungil Cahya. "Tunggu lulus, ya? Aku janji bakalan nikahin kamu setelah kita lulus!" Ucapnya dengan sungguh-sungguh.

Gadis itu mengulas senyum manisnya. "Nggak boleh ingkar, ya?"

Adam mengangguk yakin. "Iya. Aku nggak bakalan ingkar."

Setelah itu Adam melumat bibir mungil Cahya dengan lembut. Ia menarik tengkuk Cahya untuk memperdalam ciumannya.

Cahya juga membalas dengan lumatan yang tak kalah lembut dari Adam. Ia melingkarkan tangannya di leher Adam, dan tangan Adam yang mengelus pinggang ramping Cahya dengan sensual.

Ciuman itu semakin menuntut dan juga semakin memanas, membuat keduanya kehabisan pasokan udara.

Adam melepaskan pangutan mereka berdua. "Enak nggak?"

Pertanyaan tiba-tiba Adam membuat Cahya mengerutkan keningnya bingung. "Enak apanya?"

Adam menampilkan senyuman smirknya membuat Cahya seketika bergidik ngeri. "Ciumannya. Mau lagi nggak?" Tawar Adam.

"Mauu!!" Ucap Cahya semangat.

"Eh!" Cahya menutup mulutnya dengan satu tangannya ketika sadar apa yang barusan ia ucapkan.

Adam meledakkan tawanya. Lucu sekali gadis yang ada di depannya ini.

Cahya terdiam mengamati wajah tampan Adam yang sedang tertawa. Ia terpesona entah untuk keberapa kalinya dengan ketampanan yang Adam miliki. Wajah Adam terlihat lebih cerah ketika sedang tertawa. Senyum manis terbit di bibir mungil Cahya.

CAHYA & ADAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang