08. RESMI JADIAN

287 11 2
                                    

Cahya mengurung dirinya di dalam kamar. Ia menatap jendela. Cuaca saat ini sedang dingin karena tiba-tiba saja hujan turun dengan sangat deras. Petir juga beberapa kali memunculkan dirinya diselingi dengan bunyi yang sedikit keras.

Cahya memang sangat takut dengan petir. Namun kali ini rasanya berbeda. Tatapannya saat ini benar-benar kosong, pikirannya pun sama.

Keluarga Cahya dan yang lainnya sedang pergi ke rumah saudara, entah saudara yang mana Cahya pun tidak tahu. Begitu pun dengan Steven, Cellyn, dan juga Altezza.

Jadilah Cahya sendirian di rumah. Pintunya juga sudah dikunci semua, jadi tidak ada yang harus Cahya takuti.

Tak terasa air mata Cahya lolos begitu saja, membasahi pipi mulusnya.

Kalian tahu kenapa Cahya begini? Yap! Karena kejadian lusa yang membuat Cahya terus menerus berfikir.

Setelah kejadian di pantai tersebut. Cahya dan Adam sama sekali tidak bertemu. Adam memang sering berkunjung ke sini. Namun Cahya selalu tidak keluar kamar jika Adam datang. Cahya ingin sekali menghindar dari laki-laki itu. Rasa sakitnya masih sangat terasa ketika melihat wajah laki-laki itu.

Cahya tahu dia tidak memiliki hak untuk melarang ini itu pada Adam. Ia juga tidak memiliki hak untuk cemburu pada Adam, karena ia bukan siapa-siapanya Adam. Tapi, apa boleh buat? Cahya tidak bisa menyingkirkan perasaan itu pada Adam.

Cahya terus menerus melamun. Sampai tidak menyadari bahwa ada seorang laki-laki yang membuka pintu kamarnya.

Dia Adam. Laki-laki itu lah yang datang ke sini.

Jika Reina tidak menyuruh Adam untuk menjaga Cahya, maka Adam tidak akan datang ke sini. Reina paham jika Anaknya sedang bersedih. Makanya Reina menyuruh Adam untuk menghampiri Cahya, menghibur Cahya agar Anak gadisnya tidak sedih lagi.

Flashback On.

"Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam." Balas seorang laki-laki dari dalam.

"Nak Adam!"

Adam menyalimi tangan Reina.
"Ada apa ya, Tante?" Tanya Adam.

"Sebelumnya Tante minta maaf karena tiba-tiba dateng ke sini. Tapi Tante mau minta tolong sama kamu, Nak." 

"Minta tolong? Minta tolong apa ya, Tante?"

Reina menghela nafasnya sebentar sebelum melanjutkan ucapannya.
"Tante rasa Cahya saat ini sedang sedih. Dia pun makan dari kemarin sangat susah. Tante juga nggak tau penyebab Cahya seperti itu karena apa. Setiap Tante tanya, pasti dia selalu bilang 'nggak papa'. Kehadiran Tante ke sini itu mau minta tolong sama kamu, buat jagain dan hibur Cahya biar dia nggak sedih lagi. Tante rasa, dengan kehadiran kamu, Cahya bakalan membaik nantinya. Tante minta tolong ke kamu karena Tante tau kalau Anak Tante itu suka sama kamu." Jelas Reina.

Adam tersenyum getir. Andai saja Reina tahu kalau penyebab Cahya seperti itu adalah karena dirinya sendiri. Apa Reina masih akan tetap meminta tolong kepada Adam? 

"Memangnya boleh, Tante?"

"Boleh dong!" Reina mengeluarkan kunci dari saku bajunya. "Ini kunci rumah, nanti kamu samperin Cahya, ya? Buat dia tenang." 

CAHYA & ADAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang