Berlebihan Akan Membuat Kita Kekurangan

6 0 0
                                    

"Kehilangan adalah berangkatnya perihal-perihal yang ditakdirkan pergi, dan obat kita untuk lebih ikhlas melepaskan"

Gairah hati pada satu hal memang sulit dipungkiri. Kecintaan kita pada satu benda yang kita butuh adalah sebuah pengaplikasian bahwa kita ingin memilikinya. Tapi kecintaan yang berlebihan akan menjadikan kita menemui titik hebatnya, barangkali Tuhan akan mengajari kita melepaskan ketika melebihi cinta daripada-Nya. Sekadarnya saja, yang selaras dan patut untuk diberikan dan diminta ataupun diinginkan. Besok lusa maka baru kita rasakan, bahwa berlebih pada satu hal itu tidak baik, tidak memberikan ketundukan hati yang benar untuk bisa bersyukur.

Kerap kali, kerangka tubuh akan condong atas segala tujuannya, belajar memfokuskan diri agar bisa tercapai apa yang dibutuhkan. Yang salah adalah terlalu menyerahkan diri, dan lebih mengutamakan itu daripada Tuhan yang bisa kita minta segala perihal, segala yang lebih mampu kita miliki dengan bantuan-Nya. Pada yang berlebihan, itu akan menghilangkan mutiara pada sendi itu sendiri, ia akan kehilangan cahayanya, kehilangan yang telah melekat patuh di sana.

Sekadar mengingatkan, bahwa itu akan membuat kita lama-kelamaan jenuh terhadap pilihan. Allah akan menghilangkan apa yang kita ingin, jika berlebih cinta kepada titik tujuan daripadanya. Kita akan dipatahkan jika melebihi kapasitas rasa atas Tuhan.

“Ketika hatimu terlalu berharap kepada
seseorang. Maka Allah timpakan ke atas
kamu pedihnya sebuah pengharapan.
Supaya kamu mengetahui bahwa Allah
sangat mencemburui hati yang berharap
selain Dia. Maka Allah menghalangi kamu
daripada perkara tersebut. Agar kamu
kembali berharap hanya kepada-Nya.”
(Imam Syafi’i)

Berharap akan satu hal secara berlebih akan membuat Allah cemburu, maka jangan sampai kau temui kehilangan dari apa yang ingin kau tuju. Sebab, Allah akan menghalangi dari apa yang kau harapkan, jika berlebihan menyondongkan rasa pada satu sisi. Allah akan menghalangi daripada itu, agar kita kembali ke dalam harapan padanya. Semakin kita hanya tertuju atas Rabb kita, maka semakin kita diberi yang terbaik melebihi apa yang kita bayangkan untuk kita miliki.

Allah akan serahkan bentuk sesempurna mungkin pada diri kita ketika seutuhnya hanya dia yang kita tuju. Dan sisi-sisi lain yang ingin kita harapkan akan lebih mudah kita capai. Jembatan menujunya akan berada di hadapan kita, kita hanya tinggal berjalan menuju tempat di bagian sana di ujung jembatan untuk temukan arah yang selaras atas makna-makna hati yang kosong.

Tunduk pada arah langit menjadikan jiwa mencapai kuat iman yang padu dalam kinayah. Maka tujuan kita adalah seutuhnya kepada Ilahi agar harapan yang lain bisa lebih mudah kita miliki. Jangan sampai besar keinginan kita hanya kepada seseorang atau satu tujuan keduniaan, itu akan membuat Allah cemburu dan menjatuhkan kita sejatuh-jatuhnya, mematahkan kita sepatah-patahnya agar kembali berhadapan kepada-Nya.

Ketika bertuhan maka kita berjanji. Menyelaraskan rasa pada arah mata itu, sehingga tidak lagi ada beban kepada mereka yang setia, hanya pelajaran besar pada apa yang pergi dan hilang darinya Titik temu harapan akan tampak terang, di sudut jalan itu tertuang cinta Tuhan, maka syukuri apa pun bentuk sederhana
cinta, biarkan ia memuaskan kita di ruangnya, dimana kehidupan akan lebih manis untuk kita rasakan, sebab terlepasnya beban berat luka yang sempat menjamu dada bidang manusia.

Ada yang berlebih, tapi memaksimalkannya dengan memberi. Ada yang kekurangan tapi memaksimalkannya dengan syukur. Kita diuji dengan cara yang tepat, selalu seperti itu. Allah ingin melihat kita mulia dengan konsep yang ditata-Nya. Dengan, itu kita harus menyadari bahwa segala ketetapan dan ketentuan Allah adalah pilihan terbaik bagi kita.

Kepastian-kepastian itu akan berdatangan, mau tidak mau, sadar ataupun tidak sadar, sesuatu yang tidak diprediksi akan mengatasnamakan dirinya melalui perjumpaan, sama halnya dengan  kematian selalu berada di titik terdepan bagi seorang hamba. Kecintaan kita terhadap satu hal akan menyadarkan kita pada satu kehilangan dan satu titik pada akhir hidup, bahwa semuanya akan terputus.

Barangkali memang waktunya, barangkali juga bukan. Kita hanya perlu bersiap dengan kelapangan. Semua diatur pada satu konsep, semua ditetapkan pada agenda terbaik. Qodarullah, kita hanya menanti dipanggil oleh suara kepulangan.

Hari-hari akan memerah, merekah, memenangkan kita antara hidup dalam kebaikan atau hancur sejadi-jadinya. Kembalilah, sudah amat jauh.

"Batin akan segera hangat,
beban lahir terlepas arah, hanya
kita dan mimpi besar menjumpai
hangat paling nikmat, jangan
sampai ke lain arah, sebab
hilangnya satu sendi akan
membuat kita tidak lagi sempurna
dalam mencapai mimpi.
Banyak berlebih memang
mematahkan, tapi kita punya
pilihan menyederhanakan pilihan,
untuk sekadar tahu bahwa ada
yang lebih pantas untuk kita
miliki, jika Allah tempat utama
hati."

Menyelami Nikmatnya Jalan Pulang, MenujuNyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang