Kita Yang Dianggap Hebat

4 0 0
                                    

"Orang-orang yang berekspektasi tentang kita, itu akan menekan kita keluar dari kendali diri jika tak mampu memegang prinsip sejati kita sebagai sebenarnya kita. Sebab, hasrat ingin terlihat baik di mata mereka akan memembani isi kepala, walaupun pada akhirnya kita akan mengutuk diri dengan banyak kebohongan."

Apa adanya, adalah kiat sederhana mengukur tapak. Sederhana, adalah tubuh dari ranting-ranting ketenangan. Tak perlu terlalu jauh mengungkit diri di sosial media, memperlihatkan bahwa kita gagah nan rupawan, kaya dan mulia, terhormat dan bersahaja, memupuk diri dengan banyak kepalsuan untuk melebihi porsi sebenarnya. Yang nantinya kita akan tau bahwa semua itu melelahkan, menyakitkan pada akhirnya. Namun, karena untuk kepuasan nafsu yang ingin terus diisi, dipenuhi dengan akar pujian dari mata orang lain, kita senantiasa membuktikan diri, memaksakan untuk layak di hadapan mereka, yang sejatinya merugikan banyak orang, termasuk keluarga, kerabat dan mereka yang menyayangi kita.

Baik dengan berbagi nilai manfaat adalah yang utama. Kelak itu akan menjadi bumbu untuk perasaan, hati dan jiwa bahwa kita berhasil membuat satu hal punya rasa. di sana jejak kita memberikan pengertian tentang pahit, manis, serta kondisi-kondisi hidup yang closing statemantnya adalah bersyukur telah maksimal dengan keadaan kita, sabar dengan keterbatasan, dan masih tetap tegar dengan langkah yang kita putuskan, kita masih menemui arah. Masih tau bahwa Allah menyayangi kita dengan pilihan ini.

"Perihal hebat itu bukan kekuatan, tapi benih yang kita tanamkan dalam hati seseorang untuk tumbuh menjadi manusia yang bermanfaat terhadap orang lain."

“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri …” (QS al-Isra/ 17: 7)

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (Hadits Riwayat ath-Thabrani, Al-Mu’jam al-Ausath, juz VII, hal. 58, dari Jabir bin Abdullah r.a.. Dishahihkan Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam kitab: As-Silsilah Ash-Shahîhah)

Biarkan kata hebat itu berjalan, tapi dengan manfaat.
Banyak kepahitan dalam hidup untuk meraih derajat di sisi Allah, tapi semua tekanannya hanya sementara. Akan ada bunga yang mekar dengan harumnya, akan ada sakinah yang menetap di jiwa dengan dekapnya.

Kita yang dianggap hebat adalah perisai mengokohkan jalan hidup. Dengan sebenar-benarnya isi kepala merumuskan kekuatan untuk tumbuh dengan hal-hal positif. Meninggalkan segala beban keterpaksaan, mindset bahwa semua yang kita kerjakan harus menuai hasil dalam pandangan orang lain agar kita tampak hebat.

Pelan pelan melangkah, biarkan kepala mengatur prosedur nilai itu agar tersampaikan kepada banyak orang tanpa menyakiti perasaan mereka. Walaupun harus sekian banyak lelah di awal, banyak tragedi kesedihan yang kokoh dengan akarnya, beban itu selalu mengerti kadarnya untuk diselesaikan. Kita hanya perlu mengerti perihal itu.

Penilaian manusia itu relatif. Yang mutlak dan punya ketetapan hanya Allah, jadi mau sebaik apa pun kita menumpuk kualitas, manusia selalu bisa mencari celah kekurangan. Tapi, jadikan itu sebagai bentuk naehat dari sudut pandangan gratis pada diri orang lain, bahwa setiap dari kita memiliki kekurangan, setiap dari kita adalah hamba yang isi kepalanya punya keterbatasan berpikir dan hatinya memiliki keterbatasan merasakan keadaan. Tapi saat kita masih merasa memiliki hati, maka tanggung jawab kita adalah merealisasikan isi hati, minimal kita mengerti bahwa orang lain tidak suka disakiti.

Kita beranjak sejauh mungkin. Dari detak yang seharusnya kita berhenti di situ, melihat kondisi, mengungkap segala jejak yang telah berliku, memperbaiki kekeliruan, kepahitan. Dengan mengaku sejujurnya bahwa kita hanya seseorang dengan begitu banyak kekurangan. Dengan begitu, mungkin sebilah sesal bisa tumbuh sebagai tanda. Sebagai pola menemukan diri di masa depan dengan apa adanya, dengan sosok keyakinannya, dengan tubuh dan jiwanya yang benar-benar nyata.

Apa pun kata mereka, arah kita adalah milik kita. Tidak ada yang berhak mengambil alih jalannya. Kita hebat, sebab kita punya mereka yang mendampingi dengan tanpa tuntutan menyerah, sebab adanya jiwa yang benar-benar kokoh di dalam dada, dan itu hanya bisa dikenali oleh pemiliknya, ditentukan harus ke mana ia melabuhkan sandarannya. Kamu dan jiwamu.
Jangan takut, kita selalu punya tempat pulang, tempat berteduh jika perlu meneduh.

Yogyakarta 15 Juni 2022

Menyelami Nikmatnya Jalan Pulang, MenujuNyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang