Kisah Arab Badui

0 0 0
                                    

"Jika engkau meniatkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan mempermudah jalanmu menemukan harapan yang engkau minta."

Di antaranya disebutkan dalam satu hadits, ada seorang Arab badui datang menemui Nabi Shallallahu ’Alaihi wa Sallam kemudian dia beriman kepada Nabi dan mengikuti Nabi. Kemudian dia berkata:

"Ya Rasulullah, aku ingin ikut berhijrah denganmu."

Maka Nabi berwasiat kepada para sahabat untuk memperhatikan Arab Badui tersebut.

Tatkala terjadi peperangan pada perang Khaibar, dalam beberapa riwayat disebutkan ketika perang Hunain, Nabi memenangkan peperangan dan mendapatkan ghanimah atau keuntungan dari hasil perang.

“Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membagikan ghanimah tersebut kepada para mujahidin dan Arab Badui juga mendapatkan bagian.”

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan kepada para sahabat bagian Arab Badui ini dari harta ghanimah. Kebetulan Arab Badui berjaga paling belakang sehingga ia terlambat datang disebabkan menjaga pasukan paling belakang.

Tatkala dia datang, maka para sahabat memberikan jatah ghanimahnya kepada Arab Badui ini karena dia ikut perang. Maka dia berkata: “Apa ini?”

Para sahabat berkata:

“Ini bagianmu yang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sudah memberikan jatah keuntungan untukmu.”

“Maka dia pun mengambil jatah ghanimahnya lantas dia datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”

Dan dia berkata, "apa ini ya Rasulullah?"

Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Aku membagikannya untukmu, itu jatah ghanimahmu.”

“Aku ikut engkau Ya Rasulullah, bukan untuk mendapatkan ghanimah ini.”

وَلَكِنِّي اتَّبَعْتُكَ عَلَى أَنْ أُرْمَى إِلَى هَا هُنَا – وَأَشَارَ إِلَى حَلْقِهِ بِسَهْمٍ –

“Tapi aku ikut engkau Ya Rasulullah, agar aku dipanah lewat sini -Yaitu dia memberi isyarat kepada lehernya-”
Yaitu maksudnya: “Aku ingin dipanah oleh anak panah dan masuk di kerongkonganku.
Lalu aku mati syahid, dan aku masuk Surga.”

Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata mengomentari perkataan Arab Badui ini:

إِنْ تَصْدُقِ اللَّهَ يَصْدُقْكَ

“Kalau kau tulus, kalau kau ikhlas di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah akan mewujudkan cita-citamu.”

“Kemudian para sahabat terdiam sebentar, kemudian mereka bangkit lagi untuk berperang melawan musuh.” Kemudian ternyata orang ini meninggal dalam peperangan, mati syahid. Orang ini diangkat oleh para sahabat, dibawa ke hadapan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ternyata benar lehernya terkena anak panah sebagaimana yang diisyaratkan ke arah lehernya.

Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya kepada para sahabat,
“Ini tadi Arab Badui yang tadi?”

Kata para sahabat:

“Iya benar, Ya Rasulullah.”
Maka Nabi berkata:

صَدَقَ اللَّهَ فَصَدَقَهُ

“Dia telah tulus kepada Allah, dia ikhlas kepada Allah, dia benar di hadapan Allah, maka Allah pun membenarkan keinginannya.”

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun mengkafankan orang ini dengan jubah Nabi Shallallahu’Alaihi wa Sallam. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun menyalatkannya.
Inilah orang yang berniat tulus, maka niatnya dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hadits ini hadits riwayat Imam An-Nasa’i dan dishahihkan oleh Syaikh Albani Rahimahullaahu Ta’ala dalam Shahih At-Targhib wat Tarhib nomor 1336.

Faedah:

Ketulusan niat untuk mencapai harapan kita adalah langkah awal meraih jalan untuk bahagia. Siapapun yang meniatkan sesuatu hanya untuk Allah, maka akan dengan mudah Allah ijabah inginnya, harapannya, dan cita-citanya.

Hati yang senantiasa berwujud ikhlas dalam berharap perjumpaan yang mulia, akan selalu diberikan jalan untuk meraihnya. Dan Allah yang akan membimbing langkah-langkahnya, hatinya dan semua yang ditakdirkan baginya akan dipermudah.

Cinta akan bertemu bagi para pencari cinta, tapi sesuatu yang mulia dalam cinta belum tentu dapat dimiliki oleh setiap manusia, sebab sejatinya cinta yang tidak diridhai akan berakhir pada kecewa dan pengorbanan, akan bermuara pada luka dan banyak kepedihan. Namun, jika ia meniatkan untuk Allah, maka akan ditetapkan baginya seseorang yang layak mendampingi hatinya, menjaga kecemasannya, kegelisahannya untuk tetap berapa pada jalur ketaatan, dan inilah tujuan hidup berdampingan bersama seseorang.

Begitu juga dengan sebuah harta, jabatan dan keduniaan yang lain, apabila kita memprioritaskannya dibanding ridha Allah, maka sejatinya kita akan menjadi seorang hamba yang rugi dalam hidup, meski memiliki segalanya.

Semoga Allah mewujudkan cita-cita terbaik dalam hati kita, dengan penuh keikhlasan, agar akhirnya menjadi syukur yang indah dan bahagia menjumpai kesudahan.

Menyelami Nikmatnya Jalan Pulang, MenujuNyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang