Belajar dari Penantian

1 0 0
                                    

"Tidak ada kesia-sia'an dari hasil penantian kita, dan walaupun tidak berjumpa dengan apa yang kita tunggu dalam waktu yang lama, setidaknya kita pernah belajar kesabaran dalam menanti. "

Maka di balik perjalanan mencari yang dilakukan setiap manusia dalam kesendiriannya adalah merupakan proses kedewasaan pola pikir. Di mana ia tumbuh secara mandiri untuk bisa menemukan kecocokan atas seseorang hidup bersama dirinya, meraih pusat bahagia dengan berjuang dalam esensi yang sama, dan merupakan satu nikmat besar ketika berhasil hidup dengan seseorang yang Allah ridhai kita menajalani kisah dengannya.

Jika seorang laki-laki dan perempuan dipertemukan karena cinta, maka mereka tentu akan selalu mencari jalan untuk besama. Lalu, bagaimana jika mereka dipertemukan karena takdir Allah namun hati mereka tidak ada rasa? Tentu mereka berkewajiban membangun cinta, meski belum ada yang tumbuh di dalam jiwa.

Setiap keresahan yang tenggelam dalam dada akan terbit menjadi tanda tanya dan jawaban. Entah hadir dalam bentuk bahagia atau hadir mendatangkan luka, kita harus punya kesiapan menerima seluruh ketetapan Allah.

Maka sungguh setiap dari apa yang Allah tetapkan bagi seorang hamba, itu merupakan takdir terbaik baginya.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَجِبْتُ لِلْمُؤْمِنِ، إِنَّ اللهَ لاَ يَقْضِي لِلْمُؤْمِنِ قَضَاءً إِلَّا كَانَ خَيْرًا لَهُ

“Aku begitu takjub pada seorang mukmin. Sesungguhnya Allah tidaklah menakdirkan sesuatu untuk seorang mukmin melainkan pasti itulah yang terbaik untuknya.” (HR. Ahmad, 3:117. Syaikh Syuaib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini sahih).

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Takdir itu tidak ada yang buruk. Yang buruk hanya pada yang ditakdirkan (al–maqdur, artinya manusia atau makhluk yang merasakan jelek). Takdir jika dilihat dari perbuatan Allah, semua takdir itu baik. Sebagaimana disebutkan dalam hadits, ‘Kejelekan tidak disandarkan kepada-Mu.’ Jadi, takdir Allah itu selamanya tidak ada yang jelek. Karena ketetapan takdir itu ada karena rahmat dan hikmah. Kejelekan murni itu hanya muncul dari pelaku kejelekan. Sedangkan Allah itu hanya berbuat baik saja selama-lamanya.” (Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah, hlm. 88)¹

Maka apa yang datang kepada diri kita sesuai dengan bentuk dari apa yang kita lakukan. Dan terkadang kita harus bersiap dalam penantian itu berbuah kekihlasan, sebab yang Allah hadiahkan untuk kita adalah sebuah kesabaran, bukan wujud dari apa yang dipinta, disebabkan harapan kita bukanlah sesuatu yang ditakdirkan berdampingan dalam jalan hidup yang kita tapaki, namun itulah takdir bagi hamba, semuanya adalah bentuk cinta.

Penantian adalah persiapan. Jika ingin meraih hasil yang terbaik, maka prosesnya adalah perbaikan. Sebaliknya, jika ingin hasik yang buruk, maka jejak atas proses diri diisi dengan langkah-langkah yang cacat pula, yakni dengan kemaksiatan, tentu semua menimbulkan sebab akibat dari perbuatan seseorang. Begitulah rumus dari hidup dan hasil dari apa yang dilakukan setiap dari kita. Sebab akibat itu timbul dan berefek pada diri sendiri, ia akan datang saat paling tepat tanpa jeda waktu penangguhan. Jodoh, rezeki dan kematian akan punya satu waktu bertemu dengan siapapun, dan seseorang yang menanti tentu akan dijumpai.

Seringkali apa yang diharapkan hati berlainan dengan hakikat yang ditetapkan. Bagi mereka yang jauh dari Allah kemudian didekatkan dengan limpahan nikmat dunia, maka itu adalah ujian yang Allah titipkan sebagai bentuk siksa. Bagi mereka yang beriman dan mukmin, jika Allah memberikan nikmat maka itu bentuk cinta yang Allah luaskan bagi dirinya, jika itu ujian dan keterbatasan maka itu juga bentuk kasih sayang dari Allah untuknya. Sebab terkadang sesuatu yang berlebih adalah mudharat bagi seorang hamba, yang dengannya ia jauh dari ketaatan kepada Allah, itulah sebabnya ia dibatasi dari sesuatu yang berlebih agar hati yang dekat dengan Allah tetap pada jalannya.

Sebagaimana ungkapan  Ibnu Taimiyah,

"Orang yang bertakwa tidak akan
dihalangi mendapat rezeki yang
dibutuhkan. Namun, dia akan dijaga dari
nikmat dunia yang berlebih sebagai
bentuk kasih sayang dan kebaikan
Allah kepadanya Sebab, rezeki yang berlimpah adakalanya membahayakan
pemiliknya. Sebaliknya, rezeki yang
dibatasi terkadang menjadi rahmat
bagi pemiliknya.²

"Jika seseorang lapang, tentu ia akan tenang. Maka cara paling ampuh dalam meraih cinta ketika menjalani takdir Allah adalah menerima apapun dari apa yang ditakdirkan, sebab itu merupakan cara terbaik menenangkan diri dalam proses menanti."

Seorang wanita dalam penantian akan selalu berharap kedatangan seorang laki-laki yang akal dan hatinya sudah menetapkan standar yang cocok. Seorang laki-laki dalam pencariannya sudah menetapkan kritetia perempuan yang layak bersanding ataa dirinya. Namun, tidak sedikit dari mereka menjadikan dunia sebagai standar jodoh. Sehingga penyebabnya adalah jika dunia itu lepas dari genggaman mereka, maka tidak ada yang bisa dipertahankan untuk tetap bersama, karena Allah bukanlah tujuan dan agama Allah bukanlah standar dalam pencarian. Itulah sebabnya seringkali kecewa mendatangi mereka dalam proses mencari dan menanti.

Maka sungguh beruntung mereka yang dalam detik-detik kehidupannya tidak terlepas kecuali dengan pahala yang mengairi tapak perjalanan langkahnya. Yang dengan menantinya menjadi pahala dan proses pencariannya juga pahala, dan semua itu diisi dengan memperbaiki diri untuk pertemuan terbaik dari proses masing-masing. Maka akan indah jadinya.

Kita tidak pernah menyangkan bahwa daun-daun kering akan lepas dari satu batang ranting kemudian berjumpa dengan tanah. Jika daun ditakdirkan jatuh maka itu adalah ketetapan Allah, atas izin Allah. Pertemuan daun dan tanah salah satunya untuk menguji pohon hidup di musim kemarau, begitalah jejak manusia untuk tetap kuat dalam kondisi dirinya, apapun ujiannya, ia selalu punya Allah sebagai kekuatan terbesarnya. Walaupun suatu hari ia akan kehilangan atau mungkin akan hilang, maka itulah permulaan bagi dirinya menemukan hal-hal yang sudah ia tanam sejak di dunia dan sejak awal ia memulai langkah, akhir dari semuanya adalah apa yang ia mulai dan apa yang ia jalani. Maka sungguh semua yang ada pada perjalanan kita adalah perjuangan yang dikuatkan oleh Allah, jangan sekali-kali berpikir bahwa semua itu merupakan wujud dari usaha kita.

Semoga Allah merahmati kita dengan perbaikan diri, dan Allah ridha atas proses itu.

"Banyak perihal akan datang menawarkan diri, maka jadikan Agama ini (Islam) sebagai dasar menerima semua yang ditawarkan, agar hasil dari akad seorang hamba adalah Surga bukan kececewaan sebab memilih dunia."

___________________

1. Rumaysho.com
2. Majmu' Fatawa (16/53)

Menyelami Nikmatnya Jalan Pulang, MenujuNyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang