O4.

31 8 1
                                    

Sangat disayangkan bila pagi hari itu menjadi pagi yang kelam bagi Raga. Ia menaiki lift lalu turun kembali ke lobby dengan perasaan bingung ditambah dengan takut dengan kejadian yang baru saja ia alami dilantai 3.

"Jangan percayai siapapun yang ada disini, sekalipun itu orang yang kamu kenal", Suara wanita itu kembali, memberi peringatan pada Raga.

Raga melihat ke sekitar nya, lobby terlihat masih sepi dan begitu-begitu saja, tapi kali ini, lobby terlihat lebih redup dari beberapa waktu sebelumnya. Namun ada seseorang yang menarik perhatian nya, seorang wanita muda duduk sembari memperhatikan ponsel nya, ia memakai dress simple berwarna coklat terang yang terlihat sangat anggun, itu adalah Sephia.

Raga rasanya ingin menghampiri sosok Sephia itu, namun otak nya berkata jangan, mengingat suara perempuan yang baru saja ia dengar.

Ia mengurungkan niatnya untuk menghampiri Sephia dan berjalan keluar dari lobby.

"Karaga", itu suara Sephia.

Langkah Raga berhenti, jantung nya berdegub kencang, kaki nya terasa mati rasa. Ia hanya dapat menunduk sambil mengucapkan seluruh doa yang ia hafalkan, bahkan doa makan pun ia sebut untuk mengusir sosok Sephia yang sudah jelas bukan Sephia yang ia ketahui.

"Raga? Ngapain disini?" Suara seorang wanita memecahkan lafalan doa Raga, itu adalah Tante Eilys.

"E-ehh, gapapa Tante. Omong-omong, di lantai tiga itu ada apa ya?" Tanya Raga.

"Di lantai tiga cuma ada kamar-kamar biasa kok, kamu udah tau kan kamar bunda mu yang mana? Atau mau Tante anterin?" Tawar Tante Eilys dengan senyum yang agak mencurigakan.

Terkejut dengan senyuman yang diberi Tante Eilys, Raga sontak menolak tawaran nya dan bergegas keluar dari lobby, ia ingin memesan kopi di kantin untuk menenangkan diri.

•••

"Lo tau ga sih? Gue bingung banget sama hidup gue" Ucap Harka pada teman seperjuangan nya dari zaman sekolah dasar hingga kuliah, Segara.

"Kenapa lagi lo? Masalah cewe fakultas sebelah?" Ejek Sega.

"Ga gitu, anjing. Gue bingung mau nyeritain darimana" Balas Harka kesal sambil memijat pelipis nya.

"Ya ceritain aja yang lu inget, atau ga gitu ya ceritain inti-intinya aja" Jawab Sega.

"Gue kemarin malem dapet kabar bunda gue kecelakaan, terus di rumah sakit, pala gue ditambah sakit gara-gara setan gatau diri nampakin wujud nya mulu. Dikira gue nafsu ama setan kali ya" Keluh Harka.

"Real kah? Waduh bro, yang sabar aja lo ama setan-setan caper begitu, lo sering-sering lah baca doa" Balas Sega sembari mengelus punggung Harka.

"Sabar sabar mulu gue di suruh"

•••

Sepia alay

Woi sapi|

|idih, sokab

Ga usah sok seleb lo|
Btw, tadi lo ada ke RS ga?|

|ke RS gimana? Gw aja baru bangun
|yakali gw baru bangun langsung ke RS
|halu mulu, narkoba lo?

Feses|
Read

Raga memandang langit mendung di siang hari, berharap akan ada rintik-rintik hujan yang turun hari itu. Ia sekarang berada di kantin dan sedang menikmati kopi hitam panas.

"Ini ayah kemana sih? Udah berapa hari dia ga pulang? Ngabarin aja ga ada" Gumam Raga.

Tingg....

Ayah

|Raga, nanti suruh abang mu itu ambil kunci mobil di rumah, suruh dia bawa aja mobil ayah.
|beberapa uang udah ayah transfer ke rekening kalian berdua, gunain baik-baik.
|pengobatan bunda udah ayah tanggung.

Melihat pesan dari ayah nya, ia langsung tersedak kopi hitam yang ia seruput. Raga dilanda kebingungan yang amat amat memusingkan.

Saking kaget nya Raga, ia hanya dapat membaca pesan ayah nya tanpa memberi satu pun tanggapan.

Harka gblog

|ini lo salah transfer duit atau gimana?

Itu ayah yg transfer|
Tadi ayah chat gw|
Td ayah jg blg, lu disuruh ambil kunci|
mobil dirumah, bawa aja katanya

|nice ingfo gan
Read

Pukul 15:07 WIB

Sephia menepati janji nya untuk menemui Raga di rumah sakit tempat ibu nya di rawat.

"Karaga!" Teriak seseorang dari arah parkiran, menghancurkan lamunan Raga.

Raga tersentak melihat Sephia, dress yang ia pakai, gaya rambut, sepatu putih yang wanita itu pakai, bahkan aksesoris kecil seperti jepit rambut pun sama persis seperti sosok Sephia yang ia lihat di lobby.

"Kebiasaan banget lo teriak-teriak gitu" Tegur Raga yang segera menarik satu kursi plastik sebagai tempat duduk Sephia.

Sephia hanya menyengir lalu menaruh tas nya di atas meja. Sephia terlihat cukup pucat hari itu.

"Lo kenapa pucet gitu? Sakit? Kalo sakit ya ga usah dipaksain kesini" Tanya Raga sambil memperhatikan wajah Sephia yang terlihat pucat sambil menahan ekspresi takut.

"Gue gapapa, aman. Omong-omong, gimana keadaan bunda lo?" Ucap Sephia mengalihkan perhatian.

"Sephia, jangan alihkan pembicaraan nya kalo satu topik belum selesai kita bicarain" Ucap Raga tegas, membuat wajah Sephia semakin terlihat takut.

•••

Gue ga nyangka kalo gue bakal ke tempat ini lagi, menemui orang terdekat gue yang perlu bantuan, Raga.

Gue ga nyiapin apa-apa, cuma modal bawa diri doang. Ga gue sangka, suasana nya bakal lebih parah dari terakhir kali gue kesini.

Semua nya kelihatan lebih parah dari sebelum nya, gue gatau kenapa Raga betah ada disini.

Ketakutan gue memuncak melihat keadaan rumah sakit itu yang diselimutin aura yang ga enak, tapi mau gimana pun gue harus tahan sama itu, semua untuk Raga.

Rasa nya gue pengen bawa kabur Raga dari tempat itu, tapi hati gue nolak. Hati gue ngerasa kalo Raga masih ada keperluan di rumah sakit ini, siapa lagi kalau bukan bunda nya?

Mata gue ga berhenti ngelihat ke salah satu ruangan di rumah sakit itu.

Argghhh!! Ruangan itu, gue benci banget sama salah satu ruangan di lantai tiga!

•••
Jangan lupa vote, ya!




Long Night (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang