13.

27 5 1
                                    

Suara langkah kaki, terdengar seperti mengejar mereka. Mereka bertiga sontak panik dan melihat sekeliling, tidak ada siapapun, hanya mereka bertiga.

Mereka semua kebingungan. Suara itu tidak memiliki wujud nyata. Suara itu seakan-akan datang dari segala penjuru, membuat mereka hanya dapat berjalan mundur.

"Ini kita harus kemana?" Bisik Sephia.

"Gue juga gatau, ini suaranya darimana?"  Jawab Harka.

"Gue liat sesuatu, arah jam 9" Bisik Raga pada teman-temannya.

"Pala lo ada sesuatu, disana tembok doang!" Pekik Sephia.

"Kaga lah! Disana ada benda mengkilap gitu!" Seru Raga balik membenarkan dirinya.

"Buktiin sama gue" Ucap Sephia.

Raga mengeluarkan jurus jempol nya dan berjalan menuju tempat yang ia maksud.

Mata Sephia terbuka sangat lebar, Raga menembus tembok tersebut tanpa halangan. Sephia dan Harka yang melihat itu sontak panik.

"Raga! Raga!" Teriak Harka sambil memukul-mukul tembok itu.

"Karaga!" Teriak Sephia.

'''

Raga sudah berada didalam tempat yang ia lihat sebagai lorong itu. Ia berjalan mendekati benda mengkilap itu lalu mengambilnya.

Dari ekor matanya ia dapat melihat Sephia dan Harka yang memukul-mukul kehampaan didepan sana. Raga pun bingung, mengapa mereka tidak melalui nya saja.

Raga mengambil benda itu yang berbentuk seperti koin emas, namun berisi sebuah permata hijau kecil di tengahnya, segera barang itu dikantongi oleh Raga.

Raga dengan santai nya berjalan dalam lorong itu, karena dalam pandangannya, tempat itu sangat terang dan cukup bersih dari lorong-lorong lain. Ia berjalan sedikit lebih cepat setelah melalui 5 pintu yang sama terus-menerus.

Drap...drap...

Disana sangat sunyi. Hanya langkah Raga yang terus menggema di sana. Sampai lah ia pada sebuah pintu yang memiliki warna berbeda dari yang lainnya. Pintu itu memiliki warna kehijau-an dengan corak hitam.

Raga segera memasuki ruangan tidak terkunci itu, disana ia menemukan sebuah kalung emas dengan hiasan yang tidak lengkap. Ia mengambil koin yang ia temukan tadi lalu memasang nya.

Tiba-tiba semua lampu mati, kali ini Raga benar-benar merasakan apa yang sebenarnya terjadi pada lorong tersebut. Semuanya berubah 180°, lorong yang tadi nya terang benderang, sekarang gelap gulita dan dipenuhi noda-noda, baik tanah ataupun darah.

Raga melihat ke kanan, ke kiri, tidak ada siapapun. Raga berjalan keluar dari ruangan tadi dan berjalan dengan pelan menyusuri jalan kembali menuju kawan-kawannya. Semakin jauh ia melangkah, terasa semakin jauh juga jalan keluarnya.

Pakai..

Suara wanita itu kembali memberi bisikan pada Raga. Raga yang mendengarnya segera memasang kalung tadi di lehernya. Hanya sesaat setelah Raga memasang kalung itu, dia melihat sangat banyak sosok yang berada di sekitar nya.

"Ini pundak gue berat banget, anjir" Gumam Raga.

Raga menengadahkan kepalanya, disana ia melihat seorang anak kecil dengan wajah terbalik sedang duduk dibahunya. Dengan senyum lebar dan mata melotot, bocah itu tertawa cekikikan yang membuat Raga seakan-akan tuli.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Long Night (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang