9

512 38 3
                                    

Sabtu sore kegiatan Jimin adalah bermain gitar di balkon apartementnya.

Suasana menjelang senja bukankah yang terbaik?

Dengan semilir angin yang terus mengiringi petikan gitar Jimin. Membuat Jimin terhanyut dalam dunia.

Bahkan sampai seseorang duduk diseberang depannya Jimin tidak sadar.

Suara tepukan tangan diakhir lagunya membuat Jimin ngebuka matanya yang selama beberapa menit ini tertutup.

Bibir Jimin tersenyum manis.

"Lagu apa itu?" tanya Chaeyoung. Lagu yang dimainkan Jimin terdengar asing.

Chaeyoung emang bukan penggemar musik layaknya Jimin. Tapi Chaeyoung selalu tau lagu terbaru yang ada.

Karena Jimin.

"Serendipity" kata Jimin dengan memainkan gitarnya lagi.

Chaeyoung kira Jimin akan kembali bernyanyi. Nyatanya tidak.

Jimin hanya memainkan instrumentalnya.

"Serendipity adalah ketidaksengajaan yang menyenangkan" lanjut Jimin.

Chaeyoung menekuk kakinya. Memeluknya sembari menatap lurus kearah Jimin yang duduk didepannya.

Jimin tersenyum melihat jemarinya yang menari diatas senar gitar, "Bertemu kamu adalah takdir Tuhan. Tapi waktunya adalah ketidaksengajaan"

"Hujan mengantarkan kamu dan aku untuk singgah ditempat yang sama" kata Jimin dengan menerawang beberapa tahun lalu. Saat ia dan Chaeyoung pertama kali bertemu.

"Dengan tangan bergetar memegang payung kamu mendekat. 'Apa kamu mau berbagi payung denganku?' suaranya sangat lembut memasuki telingaku"

"Aku menoleh, kemudian waktu seperti melambat. Mataku terfokus padamu. Hatiku bertanya, apa yang sedang Tuhan coba tunjukan padaku? Paras cantiknya? Ataukah kelembutan dimatanya?"

Jimin menghentikan jemarinya. Kemudian menaikan pandangannya. Menatap Chaeyoung yang memang masih setia menatapnya.

"3 detik kemudian aku memutuskan dan meminta agar Tuhan membuat ketidaksengajaan ini menjadi takdir"

Jimin tersenyum, "Tuhan, ketidaksengajaanmu sangat indah. Ijinkan dia menjadi milikku"

Mata Chaeyoung memanas.

Hatinya bergetar.

Jimin memanglah pendiam dan terkesan dingin. Tapi Jimin tau bagaimana cara menyentuh titik terdalam hati Chaeyoung.

Membuatnya hangat dan dicintai.

Jimin meletakkan gitarnya dan merentangkan tangannya.

Chaeyoung mengusap sudut matanya yang berair kemudian bangkit dan berhambur ke pelukan Jimin.

Jimin terkekeh pelan saat Chaeyoung menangis dipelukannya.

"Kok nangis sih?"

"Ngga tau" balas Chaeyoung makin mempereratkan pelukannya.

Jimin mempereratkan pelukannya dan beberapa kali mengecup puncak kepala Chaeyoung.

Ahhh Chaeyoung-nya sangat manis.

.

.

.

Malamnya.

Jimin masih aja sesekali ketawa kalau inget gimana Chaeyoung yang tiba-tiba nangis tadi sore.

Ketawanya itu ngeledek.

Crazy in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang