14

543 38 2
                                    

Chaeyoung yang berdiri di pinggir halaman sekolah menggelengkan kepalanya pelan.

Matanya memandang ke bawah. Ke lapangan basket bawah yang udah jarang dipakai.

Chaeyoung menatap adegan tidak senonoh yang dilakukan Jungkook dan Lisa dibawah sana dengan raut datar.

Pantas, Lisa sempat meminjam make up-nya di jam pulang sekolah.

Ternyata.

"Boom"

Chaeyoung menoleh saat pinggangnya di colek seseorang. Itu Park Jimin.

"Ngga kaget?"

"Wow, kaget"

Ohh oke.

Jimin yang ngga niat ngagetinnya dan Chaeyoung yang menghargai usaha Jimin.

"Ngeliatin ap- Astaga" komentar Jimin ketika melihat objek yang dilihat Chaeyoung.

Chaeyoung kemudian menarik lengan Jimin, "Jangan diliat. Manusia ngga beradab" kata Chaeyoung.

Sarkas.

Jimin ngga memilih menjawab. Takut kena sarkas juga.

"Jadi konsul?" tanya Chaeyoung dengan memasukkan ponselnya ke tas.

Hari ini adalah jadwal Jimin konsul ke psikiater. Jimin emang udah pakai psikiater ngga begitu lama setelah kematian orangtuanya. Itu pun karena Yoongi merasa aneh Jimin terus-terusan mimpi buruk saat itu.

Dan berakhirlah Yoongi memaksa Jimin untuk ke psikiater.

"Jadi. Kalo kamu sibuk, aku bisa sendiri" kata Jimin dengan memasukkan tangannya ke saku celana. Keduanya berjalan kearah parkiran.

"Yaudah. Ngga jadi nginep apartement kamu berarti"

"Eh, ehh mainnya jangan gitu dong. Ayo temenin aku" balas Jimin dengan manis.

Chaeyoung memutar bola matanya malas kemudian berjalan lebih cepat. Meninggalkan Jimin dibelakang.

.

.

.

Malamnya.

Chaeyoung tersenyum saat memasuki kamar Jimin. Bertepatan dengan Jimin yang berganti pakaian.

"Kenapa senyum mulu?" tanya Jimin. Sedang mencari kaos di lemari.

Chaeyoung mendekat kemudian memeluk Jimin dari belakang.

"Kenapa? Hm?" Jimin membalikkan badannya dan balas memeluk Chaeyoung.

Chaeyoung masih dengan senyum manisnya, "Aku seneng karena dokter bilang kamu semakin baik dari hari ke hari"

"Kamu ngga sering insomnia lagi. Ngga mimpi buruk lagi. Bisa makan teratur. Pokoknya kamu udah lebih baik" kata Chaeyoung.

Jimin ikut tersenyum, tangannya bergerak mengusap sisi wajah Chaeyoung.

"Dan kamu ada sebagai alasan aku buat sembuh. Makasih, sayang" kata Jimin.

"Aku? No. Kita. Kita berusaha bareng"

Jimin mengangguk.

Tangannya turun memeluk pinggang Chaeyoung lebih erat, "So, apa ada hadiah buat aku hari ini?"

Chaeyoung melipat kedua tangannya didepan dada. Alisnya bertaut. Berpikir.

"Apa ya hadiah yang cocok buat kamu?"

"Makan malam romantis?"

Jimin menggeleng.

"Liburan?"

Crazy in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang