BM -9-

4.4K 681 79
                                    

Dulu di rumah lama mereka setiap weekend akan diadakan kerja bakti dengan bunda sebagai mandornya. Tentu karena tidak ada sosok asisten rumah tangga membuat mereka harus melakukan segala sesuatunya sendiri.

Tapi sekarang tinggal di rumah milik Jemian dengan seorang asisten rumah tangga yang siap siaga membersihkan rumah membuat kegiatan mingguan Jani dan Mahen tak lagi ada.

Bunda agaknya tidak enak hati akan hal itu. Sehingga bunda meminta mbak Yani— asisten rumah tangga Jemian— untuk tidak datang hari ini.

Bunda memutuskan untuk mengadakan kegiatan rutinitas mereka di rumah ini. Dia berdehem menatap pada keempat laki-laki yang sudah berjejer rapi.

Keempat laki-laki itu berdiri seolah mereka adalah tentara yang siap menerima perintah atasan.

"Hari ini kita akan bersih-bersih rumah!"

"Mahen!! Bagian kamu bersihin lantai atas!!"

Mahen menggaruk kepalanya.

"Tapi bunda nanti temanku mau datang"

"Ya bagus!! Berarti pas mereka datang lantai atas udah bersih!"

Mahen mendesah.

"Jani!! Kamu yang bersihin ruang keluarga sama bagian tenggara rumah ya!!"

"Siap kanjeng bunda!!"

Bunda mengangguk puas.

"Iyan!! Kamu bersihin dapur sama bunda!!!"

Jemian mengangguk terpaksa.

"Ekhem"

Bunda berdehem sejenak.

"Mas Galih kalau bersihin teras depan sama halaman gak apa-apa??"

"Dih kalau ngomong sama Papa nadanya beda" cibir Jemian.

"Stttt gak boleh iri" kata Papa Jemian memukul bokong putranya.

"Of course. Gak masalah"

Papa Jemian tersenyum lebar yang dibalas senyum malu-malu dari bunda. Mahen mengernyit, Jani bergidik, Jemian hampir muntah.

"Udah tau tugas masing-masing kan?? Bubar!!"

🦄🦄🦄

Jani bergerak merapikan ruang keluarga. Dan menepuk-nepuk sofa beserta bantal-bantalnya. Kemudian mengelap meja di tengah ruangan.

Jani bersiul dengan alunan lagu dari ponselnya dia membersihkan setiap sudut ruang keluarga.

Sebenarnya ruang keluarga tak sulit dibersihkan karena memang pada dasarnya sudah bersih. Hanya tinggal menata kembali barang-barangnya agar terlihat lebih rapi.

Jani beralih setelah mengelap televisi besar di ruangan itu dan mulai mengelap dengan hati-hati lukisan dan figura yang tertempel di rumah ini.

Sejujurnya Jani selalu suka menatap potret keluarga kecil ini. Apalagi jika melihat bagaimana Jemian kecil tersenyum lebar diantara kedua orang tuanya.

Dulu Jani kira Jemian sama seperti dirinya yang masih memiliki orang tua lengkap tetapi memang berpisah seperti keluarganya.

Jani tak enak hati saat mengetahui bahwa Mama Jemian telah mendahului mereka. Padahal niat Jani ingin menggoda Jemian seperti biasa tapi balasan anak itu membuatnya tidak bisa mengangkat suara.

"Bilangin aja sana ke Mama. Orang di tanah gak ada sinyal"

Mengetahui bahwa ternyata anak itu adalah anak piatu membuat hati Jani merasa iba. Dan entah kenapa jadi merasa sungkan menggoda Jemian.

Bad Mad ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang