26. Perasaan Rassya

2.8K 161 26
                                    

"hlo cok, kon sopo rek? Kancaku nak endi bangsat!?" *1

Seorang gadis menatap dengan bingung gadis didepannya itu, sepertinya ia seumuran dengannya.

"Lo ngomong apa sih?"

"Menengo cok! Rak omongan mbek kon aku." *2

"Gila lo ya." ucapnya pergi meninggalkan gadis aneh yang tiba-tiba menariknya pergi tadi.

Gadis yang tadi marah-marah memandang kepergian orang tadi dengan tatapan datar. Melihat bangku kosong, ia berjalan menuju kesana dengan sumpah serapah yang keluar dari mulutnya.

"Ria gila. Lo dimana monyet!?"

Hembusan pasrah keluar dari mulut Allea, ya gadis tadi adalah Allea.

Saat ini ia sedang berada di taman dekat sekolah yang biasa ia kunjungi bersama Ria. Namun, temannya itu entah pergi kemana. Tadi saja ia salah menarik orang, mengingat itu membuat malu saja.

Fyi, Allea ini keturunan asli Surabaya, bahkan ia lahir dan tumbuh besar disana. Sampai suatu saat Papa nya berpindah tugas di Jakarta. Saat itu Allea baru akan melanjutkan sekolahnya ke jenjang SMP.

Allea dan sang Mama ikut kemana Papanya dipindah tugas. Karena Arum-mama Allea juga karyawan di kantor Irfan-papa Allea bekerja.

Namun bukan itu tujuan mereka pindah,

"Allea ikut ke Jakarta saja, nanti temenin anak Om. Dia butuh teman."

Itu adalah ucapan atasan Irfan beberapa tahun yang lalu, mengingat itu membuat perutnya terkikik geli.




************

"Ada apa?" tanya Ria to the point.

Beberapa menit yang lalu seseorang mengajaknya bertemu di roftoof gedung yang tidak terpakai dekat sekolah. Dan orang itu kini berada tak jauh didepannya.

Laki-laki dengan seragam berantakan itu berbalik dan tersenyum ke arah gadis yang baru saja datang.

Tiga kerutan muncul di dahi Ria, matanya menatap penuh tanya apa yang ingin laki-laki itu ucapkan. Tetapi tidak bisa dipungkiri, jantungnya berdetak cepat dari biasanya disaat laki-laki itu tersenyum ke arahnya.

Dengan langkah perlahan ia mendekat ke arah manusia berantakan di dekat pembatas roftoof. Jantungnya masih berdetak cepat. Dan tanpa disadari ia membalas senyuman itu.

Bau yang tak asing memasuki indra penciumannya, bau ini sangat familiar. Matanya menyipit menonyorot tajam manusia didepannya itu yang masih tersenyum ke arahnya.

Grep

Dengan gerakan cepat Ria berada dipelukan laki-laki itu, baunya semakin jelas tercium.

Jantung Ria berdetak lebih cepat dari tadi, bahkan tangannya sedikit gemetar. Ada apa dengan dirinya?

"Gue beneran sayang sama lo." Ria terkejut mendengar ucapan laki-laki itu, matanya mengerjap beberapa kali untuk mencerna suara terseret barusan.

Tangan Ria terulur untuk membalas pelukannya, namun baru beberapa detik tangan itu seolah memberontak meminta untuk ia menjauh.

Tanpa pikir panjang ia semakin mempererat gadis didekapannya itu, kepalanya pusing, matanya berkunang-kunang, namun ketika didekat Ria semuanya seperti tak terasa.

"Gue cinta sama lo, jangan tinggalin gue. Please." ucapnya serak.

"Lo mabok ya?" tanya Ria dan dibalas deheman olehnya.

"Lo beneran mabok, Sya? Inget lo udah punya Alina."

Mendengar itu Rassya sedikit melonggarkan dekapannya. Dan itu digunakan Ria untuk menghirup udara sebanyak-banyaknya. Pelukan Rassya begitu kuat hingga membuatnya sedikit sulit bernafas tadi.

"Gue sayang sama lo, tapi gue juga nyaman sama Alina."

Ria menjauhkan tubuh Rassya, lalu menatap laki-laki itu datar.

Tangan Rassya terulur mengacak rambut panjang Ria. "Gue ngga mau kehilangan kalian berdua."

Gadis itu mengalihkan pandangannya dari Rassya lalu tersenyum miring. "Lo gila? Jangan plin-plan jadi orang."

Rassya mencegah kepergian Ria, tangan cowok itu menarik rambut panjang Ria. "Bangke, sakit bego!"

"Jangan pergi."

"Ihhhh jauh-jauh lo." Ria mendorong tubuh jangkung yang akan mendekatinya itu.

"Gue beneran sayang sama lo."

"Gue udah punya cowo."

Raut wajah Rassya berubah tajam, semakin menyeramkan untuk dipandang. "Cowo brengsek itu!? Gue bakal bunuh siapapun yang berani deketin lo."

"Lo mabok berat, gue telpon Kavin buat jemput lo disini."

"Gue beneran sayang sama lo."

Rassya memegang kedua pundak Ria, menyuruh untuk menatapnya.

Wajah laki-laki itu mendekat, bau alkohol semakin menyengat di indra penciuman Ria.

Plakkk...

"BRENGSEK LO."

Ria menampar pipi kanan Rassya dengan keras saat bibir mereka akan bertemu tiga senti lagi. Bahkan hidung keduanya sudah saling menempel.

"Kenapa? Gue juga pengen ngerasain bibir lo. BUKAN CUMA BARA!"

Rassya menarik tubuh Ria untuk mendekatinya paksa. Menahan kepala gadis itu, dan mendekatkan bibir keduanya cepat.

Sebelum itu terjadi, Ria mendekap tubuh Rassya dan menenggelamkan kepalanya didada bidang cowok itu.

Bibirnya terisak, satu butir air bening turun dari matanya. "Lo gila."

"Iya, karena lo."

Ria menarik menjauh tubuhnya dari Rassya. "Bara itu cowo gue, sedangkan lo cowo orang. Jadi jangan harap lo bisa kayak Bara."

"Stop talking about it. Gue ga suka."

"Itu kenyataannya. Gue pergi, Allea nungguin di taman." ucapnya berbalik mengusap bekas setetes air mata yang tadi menetes.

"Ri, jangan tinggalin gue." teriak Rassya tidak beranjak dari tempat. Bego emang😑

"Kavin bakal kesini nanti."

"Riii. AKHHHHHH."

Laki-laki itu menarik rambutnya kasar, menyalurkan segala emosi yang barusan menghampiri.



CC:
*1: "Lo siapa njir, temen gue kemana bangsat."
*2: "Diem njir, gue ngga ngomong sama lo."









((($+$-$-$($(_-_-$+$($(

Ada pesan apa nih buat mereka?

RASSYA?

RIA?

ALLEA?

KAVIN?

ALTERIO?

AMANDA?

ALINA? Btw, setelah kejadian itu Gracia and the geng gimana nasibnya ya?

Segini dulu ya, mood author tiba-tiba terbang jauh😑😑

Oiya kalian asalnya dari mana ni?

Absen yuk, siapa tau kita satu kota😁😁😁

Udah dulu yaaa, tembus 10k dibaca, Insyaallah double up😁 ngga janji tapi

Btw, Happy Ied Adha from author syuantikkkk🙏🙏🙏

Antagonis Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang