41. Kartu As

2.4K 150 26
                                    

Rassya berjalan menuju parkiran dengan santai, kedua temannya entah kemana, kalo Alterio ia tak terlalu mempedulikan, karena cowo hiperaktif itu selalu menghilang usai pelajaran berakhir. Berbeda dengan Kavin, manusia sedingin kulkas itu pergi kemana hari ini? Ah sudahlah mungkin ia punya urusan yang harus diselesaikan.

Tiba-tiba cowo itu berhenti berjalan, otaknya secara random memikirkan Alina, mantan pacarnya.

Memang dulu ia bersama gadis itu adalah sebuah keterpaksaan, sekalian ia menebus kesalahan waktu menolak Alina, apa itu salah?

Mengenai hati, sebenarnya ia masih mengharapkan seorang Ria, namun bukan gadis itu yang sekarang, ia menginginkan Ria yang dulu, Ria yang selalu memberikan hal positif bagi orang-orang yang berinteraksi dengannya.

Kenapa hubungan mereka bisa berakhir? Itu karena Ria yang mengakhirinya, dia cemburu setiap kali Rassya bersama Amanda, itulah sebabnya hubungan kedua gadis itu tidak baik sampai salah satu dari keduanya pergi untuk selamanya.

Bukan tanpa alasan dulu ia sering bersama Amanda, gadis itu memiliki riwayat penyakit dalam, setiap kambuh pasti disaat bersama Rassya, pemuda itu tentu saja tak tega membiarkan temannya menahan kesakitan.

Kenapa jadi membahas masa lalu? Sudahlah biarkan masa itu berlalu.

"RIA."

teriakan nyaring itu membuat Rassya reflek menoleh, matanya menangkap Ria yang berjalan sendirian di tengah lapangan dan seorang pemuda menghampirinya.

Mata Rassya menyipit, kedua manusia itu tidak pernah saling tegur sapa sebelumnya, namun kenapa tiba-tiba pemuda itu menghampiri Ria?

Hampir saja Rassya berjalan menuju keduanya di saat pemuda yang tadi menghampiri Ria menarik tangan gadis itu paksa, Ria seperti ingin dilepaskan namun pemuda itu masih terus menariknya hingga masuk ke dalam sebuah mobil dan berlalu meninggalkan area sekolah.

"Mereka mau kemana?"

🦕🦕🦕🦕🦕

Ria memperhatikan taman pusat kota yang tidak begitu ramai, tentu saja ini bukan weekend dan juga hari ini begitu panas, hanya orang psikopat yang mau berada di taman tempat ini, termasuk pemuda tadi yang dengan paksa mengajaknya kemari.

Beberapa kali Ria membuang nafas kesal, padahal hari ini ia ada janji pergi bersama seseorang.

Matanya menatap seorang pemuda yang memakai seragam sama sepertinya, namun ia menggunakan seragam itu dengan amat sangat berantakan. Baju keluar, semua kancing terbuka, menampilkan kaos putih bolos dibaliknya, celana yang seharusnya sampai lutut, dilipat sampai melewati bagian kaki yang bisa ditekuk itu, pemuda itu tersenyum ke arahnya, membuat ia memalingkan wajah.

"Nih." ucap pemuda tadi menyodorkan coklat kemasan.

Ria menatap wajah pemuda tadi dengan sengit, suasana hatinya masih berantakan perkara Gracia tadi pagi, dan apa ini? Pemuda di depannya ini mau membuatnya gemuk?

"Apaan!?" tanya Ria tak santai.

"Biar lo ngga bete terus, mau ngga? Kalo ngga gue kasih ke cewe gue ntar." tawar pemuda itu, masih menyodorkan coklat tadi.

"Mau bikin gue gemuk? Lagian kenapa ngga sama cewe lo aja kesininya?"

"Nah, sini deh." pemuda itu kembali menarik tangan Ria.

"Ihhh Danu lo apaan sih!? Lepasin ngga?" ucap Ria berontak, sampai akhirnya ia duduk dibangku taman berhadapan dengan Danu. Bersama meja taman yang menjadi pembatas antara keduanya.

"Apa?" ucap Ria menyorot tajam Danu.

Danu mengatur nafasnya perlahan.

"Gue percaya bukan lo yang bunuh Amanda." ucap Danu menatap manik mata Ria dalam, menyorot penuh keseriusan.

Antagonis Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang