32. Ria diinfus?

2.6K 157 28
                                    

Latar saat ini masih sama, rumah sakit. Yang membuat beda adalah ruangan yang akan menjadi pembahasan. Seorang gadis masih belum sadarkan diri di atas ranjang rumah sakit. Beberapa menit yang lalu sempat pingsan di koridor.

Seorang remaja laki-laki menunggu di sampingnya, menatapnya dalam diam, bekas darah mimisan masih terlihat diwajah gadis itu.

Kata dokter tidak ada yang serius, mungkin dia hanya kelelahan, dan sepertinya gadis itu tidak tidur beberapa hari. Ia masih bertanya-tanya apakah yang membuat gadis itu kelelahan. Apa yang membuatnya sampai tidak tidur berhari-hari?

Ceklekkk...

"Sya, gimana?"

Rassya menoleh, Kavin menghampirinya dengan berjalan cepat dari arah pintu. Kaos putih polos laki-laki itu sedikit kemerahan. Membuatnya mengerutkan kening. "Baju lo kenapa?"

Kavin melihat arah yang ditunjuk Rassya. "Kayaknya bekas mimisannya Ria, soalnya tadi dia peluk-peluk gue gitu."

"Jadi kalian sempet ketemu tadi?"

"Iya, dia diruangan Amanda." ucap Kavin, memegang kening Ria, hangat yang lebih menjerumus ke panas.

"Keruangan Amanda?" tanya Rassya lagi dengan nada cemas.

"Dia ngga ngapa-ngapain kok."

Rassya mengangguk kan kepala lega, matanya menatap Kavin yang masih sibuk memperhatikan Ria, sepertinya laki-laki itu sangat khawatir.

"Khawatir banget ya?" Rassya menahan senyum.

Kavin mendongak, menatap Rassya yang berada di depannya. "Menurut lo? Biar gimana pun dia juga adek gue."

Ria mengerjap, tangannya bergerak sedikit. Rassya yang melihat itu heboh sendiri.

"Heh, Vin! Vin! Ria sadar!"

"Iya, dia sadar, gue harus gimana?"

"Yaudah tungguin aja sampai dia bangun."

"Ngga manggil dokter?"

"Gausah! Kata dokter kalo Ria sadar gausah panik kayak di sinetron-sinetron, soalnya dia cuma kecapekan."

Kavin mengangguk, dan menunggu hingga Ria membuka mata sepenuhnya.

Ria mengedipkan mata beberapa kali, untuk menormalkan pandangan. Kepalanya masih berdenyut nyeri.

Kepalanya menoleh ke samping kanan, Rassya duduk di kursi, lalu mengarah ke samping kiri Kavin berdiri dengan tenang disana. "Kalian ngapain?"

"Lo yang kenapa? Kenapa lo sampai mimisan?"

Ria menggeleng dengan lemah, mulutnya tersenyum getir hatinya bertanya-tanya apakah pertanyaan tadi ditujukan padanya? Atau hanya basa-basi?

Matanya menatap Kavin yang juga menatapnya, kejadian beberapa waktu lalu masih teringat jelas. Baju putih laki-laki itu juga masih ada noda bekas mimisannya. "Vin?" panggilnya lirih.

"Hm?" balas Kavin berdeham, memperhatikan semua pergerakan Ria.

"Lo masih sayang kan sama gue?"

"Ngomong apa sih?"

"Gue tanya Vin."

"Menurut lo?"

Ria menggeleng tak tahu, kepalanya berpaling ke samping kanan, matanya terpejam erat dan saat itu juga setetes air mata bening keluar dari pelupuk matanya. Tangan gadis itu terkepal kuat, menyalurkan segala emosi yang ada. "Gue pengen sendiri, jadi bisa kalian keluar dulu?"

"Kenapa? Siapa yang nemenin lo nanti? Kita disini tu khawatir sama lo! Tau ngga sih!?" ucap Rassya bertubi-tubi.

"Gue ngga butuh diperhatiin sama lo, apalagi Kavin. Gue pengen sendiri!!"

Antagonis Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang