36. Hot News Lima Sila

2.3K 146 31
                                    

Seminggu setelah kepergian Amanda, banyak yang masih merasa kehilangan. Begitupun dengan Ria, gadis itu kerap kali termenung dengan tiba-tiba.

Seperti saat ini, gadis itu terdiam membayangkan kebersamaannya dengan Amanda dulu. Kenangan yang tak akan bisa di ulang kembali, kenangan yang sudah pergi bersama Amanda.

Tak terasa tiba-tiba setitik air mata keluar, diikuti tetesan-tetesan berikutnya, hingga membentuk genangan sungai kecil di pipi mulusnya.

Drttt...

Drt....

Drtt..

Suara notifikasi ponsel mengalihkan atensinya, tangan lentik itu meraih sumber suara di saku baju seragam yang ia pakai.

Tertera nama Ajeng mengiriminya banyak pesan, belum sempat membuka pesan yang dikirim Ajeng, notifikasi panggilan masuk membuat Ria mengurungkan niat untuk membuka pesan-pesan itu.

Menggeser ikon hijau lalu menempelkan pada telinga.

"Dimana lo!?"

Tanya si penelfon bersuara marah.

"Taman belakang." jawab Ria santai, angin sepoi-sepoi membuat rambut gadis itu berterbangan.

Tut.

Panggilan dimatikan sepihak, tak mau ambil pusing, Ria memasukan kembali benda persegi panjang itu ke dalam sakunya.

Tangan lentiknya mengusap air mata yang masih menetes, sulit rasanya untuk tidak menangis.

Seharusnya ia merasa senang karena perusak kebahagian hidupnya telah pergi, tapi kenapa malah sebaliknya? Kenapa ia juga terlarut dalam kesedihan? Apa itu tandanya Amanda juga berarti baginya? Berarti? Bahkan setelah kepergiannya semua orang masih menyalahkan Ria tentang penyebab kematiannya. Apa itu yang dinamakan berarti?

Bayangan tadi pagi saat Kavin memaki-makinya teringat jelas dikepalanya. Tidak ada yang lebih sakit kecuali orang terdekat tak percaya pada kita.

Bukan hanya Kavin, semua orang seolah percaya di balik kejadian naas yang menimpa Amanda itu adalah ulahnya. Bahkan sang ayah ragu untuk memihaknya.

"RIA!!"

Panggilan nyaring itu membuatnya menengok, lenganya ditarik memaksanya untuk berdiri.

Plaakk....

Rasa panas menjalar di pipi bagian kiri, tangannya reflek memegangi pipi guna menghilangkan rasa perih yang baru saja ia terima. Bukan hanya sekali ia mendapat tamparan di hari ini, jika dihitung sudah empat kali.

"MAKSUD LO APA!?" Ria menautkan alis bingung.

"Apa? Bukannya lo percaya gue penyebab kematian Amanda? Kenapa masih tanya? Gue ngga bi-"

"Mading sekolah."

Ucapan Ajeng menghentikan kata-katanya, memang ada apa dengan mading sekolah?

"Maksud lo?" tanyanya penasaran.

"Gausah sok bego, lo kan yang masang di mading sekolah." gertak Ajeng emosi membuat Ria sedikit terperanjat.

Ria nampak berfikir, "gue ngga pernah ke mading."

"Akhhhh! Gausah bohong!" kesal Ajeng tertahan, gadis yang terlihat frustasi itu melempar sebuah kertas kusut ke arah Ria kasar. Membuat gadis didepannya memungut kertas yang terjatuh tepat di atas kakinya.

Mata Ria terbelalak tak kala membaca kata demi kata dari kertas yang sepertinya habis di remas kuat itu.

Mading hari ini, hot news Lima Sila.

Antagonis Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang