37. Penjara

2.2K 139 22
                                    

Saat ini Ajeng menjadi bahan bully an anak-anak Lima Sila, terkait mading sekolah beberapa hari lalu yang sempat menjadi trending topic di sekolah swasta elit itu. Gadis bernama lengkap Luvvi Ajeng Pramesti itu kini sedang termenung sendirian di dalam kelasnya.

Matanya terlihat sembab, bahkan air mata terkadang masih menetes dari pelupuk matanya yang indah. Perkataan para penghuni Lima Sila begitu menyakiti hatinya. Gadis yang tak pernah terlihat murung itu, akhir-akhir ini terlihat seperti orang yang telah kehilangan semangat hidup.

Tangan lentiknya mengusap air mata yang menetes, suara isakan itu begitu menyayat hati, membuktikan seberapa kacaunya dunia dari pandangannya saat ini.

Seseorang dengan tiba-tiba meletakan minuman kemasan di depannya, Ajeng menyenderkan badan pada bangku dan melihat siapa si pemberinya minuman. "Gue tau lo pasti ngga berani ke kantin kan?"

"Mau apa lo!?"

Orang itu terkekeh kecil, lalu mendudukan diri di bangku kosong samping Ajeng yang biasanya diisi oleh Amanda.

Tatapan mereka saling bertemu. "Itu yang setiap kali gue rasain kalo kalian mojokin gue seolah gue adalah yang paling jahat."

"Lo kalo benci sama gue bilang, jangan kayak gini."

"Oh." balas Ria tersenyum meremehkan. "Katanya mau buktiin kalo lo ngga bersalah, mana?"

Brak..

"Njir."

Ajeng menggebrak meja dengan keras, itu membuat Ria tak bisa menyembunyikan ekspresi kagetnya.

"KELUAR!!! gue ngga butuh lo disini."

Ria tak menggubris teriakan Ajeng, gadis itu malah bersedekap dada dan membenarkan letak duduknya, kaki kanan ia letakan di atas kaki kirinya. Lalu kekehan kecil keluar dari mulut mungilnya.

Tangan kanan mengambil minuman kemasan yang tak di sentuh Ajeng sama sekali, membuka dan meneguk hingga tinggal setengah. "Ah."

Menatap Ajeng dengan senyuman manis, membuat gadis itu semakin geram.

"Mau?" tawar Ria menyodorkan minumannya ke arah Ajeng, bukan menerima gadis itu malah menepis kasar tangan Ria hingga membuat minumannya tumpah mengotori lantai kelas yang berwarna putih.

Ria memanyunkan bibir, menatap minumannya yang tumpah. "Bukan salah gue, nanti lo yang ngepel." ucapnya mengacungkan jempol kanan pada Ajeng.

"KELUAR!!" teriak Ajeng geram, kesabarannya sedang di uji. Yang diteriaki tak beranjak dari duduk, tangannya malah mengeluarkan benda pipih yang setiap orang pasti punya. Menyalakan sebuah lagu dari benda itu.

Suara alunan musik mulai terdengar dari benda itu, Ria meletakan di atas meja. Ajeng yang melihat langsung meraih benda berwarna hitam dan melihat dengan teliti.

"Beberapa bulan lalu, gue nemu di toilet." ucapan Ria membuat Ajeng menatapnya.

"Berhubung poin penting dalam ponsel itu udah ke sebar, berarti gue harus kembalikan pada yang punya kan?"

"Mau lo apa sih? Mau buat gue gila!?" tanya Ajeng sarkas, dan dibalas gelak tawa oleh Ria.

"Engga sih, gue ngga mau apa-apa." Ria menatap Ajeng dengan serius. "Cuma mau bilang, gue juga kehilangan atas Amanda, So don't make it seem like it's all my fault."

Ajeng membalas tatapan Ria dengan senyuman remeh. "Bukan gue yang bikin semua itu, tapi lo sendiri. Lo bodoh karena udah mengusik punya Kavin."

Tatapan Ria belum berubah, lima detik lamanya ia masih menatap Ajeng seperti itu. Lalu suara gelak tawa keras keluar dari mulut gadis itu.

Antagonis Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang