**
Kami berdua berakhir tertidur di sofa ruang tamu.
Aku terbangun saat ponselku terus berbunyi nyaring. Aku berdecak dan mengerang pelan. Saat membuka mata sudah tidak ada Jeonghan di sisiku.
Pintu kamarku terbuka. Jeonghan dengan muka basah keluar dari sana.
"Udah bangun?"
"Heem," jawabku sembari duduk.
"Masakan lo enak. Gue udah makan banyak di sini. Sekarang waktunya gue pulang."
"Pulang? Gue kira Kakak bakal nginep di sini."
"Lo ngarep gue nginep di sini ya?" tanyanya sembari mengerlingkan mata.
"Nggak kok!"
"Lo ngarep bisa pelukan sama gue kayak tadi ya?" Jeonghan tersenyum nakal.
"ENGGAK!"
"Yah, padahal gue mau semaleman pelukan sama lo," sahutnya seraya menghela napas.
Pelukan? Semalaman? Apa Jeonghan sudah tidak waras setelah aku pergi?
"Gak usah kaget gitu. Biasa aja dong," sahutnya santai.
Seolah apa yang dia ucap barusan bukanlah apa-apa. Padahal sudah sukses membuat jantungku berdebar kencang.
"Maaf ya, gue gak bisa nginep. Masih banyak kerjaan gue di sana."
"Yaudah."
"Yaudah? Gak ada kata-kata lain? Gue kayaknya gak bisa nemuin lo lagi sampai awal bulan besok."
Awal bulan besok? Itu artinya tiga minggu lagi kan? Lama juga.
"Terus gue harus bilang apa?" tanyaku polos.
Jeonghan menghela napas panjang. Ia tampak kesal.
"Gak usah bilang apa-apa!" serunya marah.
Jeonghan lantas mendekati ac di samping sofa ruang tamu. "gue udah isi jawaban dari pertanyaan yang lo kasih. Gue tinggalin di meja belajar lo. Semoga skripsi lo lancar dan gak direvisi terus. Kalau gitu gue pergi dulu. Bye Kania."
Sosok Jeonghan pun hilang.
Ruang tamu pun lengang.
Rasanya hampa.
Aku tidak memberi kesan baik untuk Jeonghan sebelum dia pergi. Padahal dia sudah begitu baik menjawab pertanyaan untuk skripsiku.
Aku jadi menyesal.
**
Hari ini adalah hari terakhir acara tahunan Organisasi UKM Bahasa. Hari ini pekerjaan Humas tidak ada sama sekali. Yang memegang kendali semuanya adalah Divisi Acara. Aku bisa santai-santai dan cuci mata di bazar.
Untuk penutupan acara, diundang grup band yang akhir-akhir ini naik daun. Pentas sudah ramai dipenuhi mahasiswa yang antusias dengan penampilan mereka.
"Gimana? Ganteng kan? Dia semester dua jurusan teknik. Juniornya Fikri," sahut Kristi di sebelahku menunjuk salah satu cowok yang lewat di depan kami.
Aku hanya mengangguk. Merasa tidak tertarik.
"Kok respon lo gitu doang sih?"
"Emang gue harus ngasih respon kayak gimana?"
"Seneng kek. Minta dikenalin kek. Apa kek gitu. Atau jangan-jangan lo bener-bener udah punya pacar ya?"
Aku menghela napas lelah. Kemudian menoleh pada Kristi. "Kalau gue cerita, lo juga gak bakal percaya Kris."
"Apa ini ada kaitannya sama orang yang pake masker waktu itu?"
"Lo masih inget aja."
"Jadi bener dia pacar lo?"
"Bukan!"
"Terus dia siapa?"
"Ada deh."
"Kasih tau dong. Gue udah susah payah cari alasan yang masuk akal buat Kak Nita tau."
"Oh, jadi kemaren lo gak ikhlas nolongin gue ya?"
"Bukan gitu! Gue penasaran siapa orang yang lo bawa masuk ke mobil lo itu."
"Dia sepupu gue. Kan udah gue bilang."
Kristi berdecak kecil. "Yaudah kalau lo gak mau cerita. Ke sana yuk, ada cron dog kentang yang enak," tunjuk Kristi ke truk makanan di sudut pentas.
Aku mengangguk. Mengikuti langkah Kristi melewati kumpulan mahasiswa yang semakin ramai. Tiba-tiba ada yang menahan lenganku.
Aku berbalik dan melihat Pak Ardi dengan setengah wajah tertutup bucket hat. Penampilan Pak Ardi sudah seperti mahasiswa lainnya dengan kemaja warna cerah dan jeans hitam serta sneakers.
"Ngapain Pak?" tanyaku bingung.
"Ssstt! Jangan panggil saya Pak dong. Saya udah susah payah nyamar jadi mahasiswa masa kamu manggil saya Pak!" Pak Ardi berbisik penuh penekanan.
Aku mengulum bibir menahan tawa. "Oke deh. Ada apa Kak Ardi?"
Pak Ardi tersenyum. "Objek kamu lagi sakit. Sebaiknya kamu jenguk dia. Dia ngerengek sama saya minta saya buat bawa kamu ke sana. Tapi, kerjaan saya masih banyak. Ini saya kasih alamat rumah sakitnya sama nomor bus yang harus kamu naiki. Sudah ada tulisan hangeul serta artinya. Saya tahu kamu pintar dan bisa mengerti ini dengan cepat." Pak Ardi memberikan lembar kertas hvs padaku. "Nah, sudah kamu terima ya. kalau gitu saya pergi dulu."
Setelahnya Pak Ardi menghilang di antara kerumunan mahasiswa.
**
Anggap aja ini ekspresi seneng Jeonghan pas jailin Kania
Date : 20 Juli 2022
Revisi : 16 Mei 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar (✔)
Fanfiction(Completed/Tamat) [Fanfiction About Yoon Jeonghan] Menjadi mahasiswa tingkat akhir, mengharuskan Kania untuk berkutat dengan skripsi. Namun, ia mendapat judul yang di ACC oleh pembimbing sangat amat tidak masuk akal. Karenanya skripsi Kania tidak...