Prolog - Sun In The Morning

2.2K 184 117
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

"Kak Han, bangun!"

Aku berusaha melepas tangannya yang melingkar di perutku. Erat sekali. Seolah aku akan hilang jika ia tidak melakukan itu.

Selarik garis sinar matahari masuk lewat celah gorden. Hari sudah pagi.

Aku menggeliat yang otomatis membuat pelukan dari Kak Han terlepas.

Aku sesegera mungkin bangkit dari tempat tidur. Meskipun agak terhuyung, tetapi aku lega bisa lepas dari pelukannya.

Padahal semalam aku fine-fine saja dipeluk. Tapi, saat kesadaranku sudah kembali penuh pagi ini, aku terserang rasa malu. Sungguh.

Aku masih tak menyangka sosok Kak Han yang hanya aku lihat di layar ponselku bisa berada sedekat ini denganku. Bahkan ia bisa aku jangkau. Aku peluk semalaman.

Matahari sudah tinggi. Aku membuka gorden dan jendela. Membiarkan terpaan angin dingin yang sebentar lagi masuk musim gugur menyentuh kulitku.

Aku hanya memakai kaus punya Kak Han. Lengan kaus ini panjangnya hampir sampai pergelangan tanganku. Aku seperti tenggelam karna baju ini.

Meskipun cuaca begitu cerah, aku tidak tahan berlama-lama di luar. Cuaca pagi ini dingin sekali padahal sinar matahari terik menyinari.

Pagi di Seoul selalu dingin. Aku kembali masuk ke dalam kamar dan menutup jendela.

Aku jadi rindu kotaku di Indonesia. Makan nasi uduk sebagai sarapan dan berjemur di bawah hangatnya matahari pagi. Di Seoul dingin. Matahari paginya tidak sehangat di kotaku.

Kak Han menggeliat di atas kasur. Semua sinar matahari yang masuk ke kamar lewat jendela yang gordennya aku buka jatuh tepat di wajahnya.

Ia mengerjap-ngerjapkan mata lantas mengernyit karna silau.

"Kania, bisa aku tidur sebentar lagi?" pintanya dengan suara serak. Terdengar seksi sekali.

"Aku punya dua pilihan. Satu, Kakak mau rebahan terus di kasur sampai siang atau temenin aku bikin sarapan?" Aku memberi penawaran.

"Yang ke satu." Kak Han menjawab tanpa ragu.

"Oke. Kalau itu pilihan Kakak. Aku cuma ingetin kalau dua minggu lagi aku gak bakal ada di sini."

Satu... dua... tiga...

Kak Han langsung duduk. Berdiri dan melangkah sempoyongan. Ia mendekat ke arahku dan memelukku.

"Good boy. Jadi pilih yang kedua kan?"

Kak Han mengangguk. Ia menguap lebar di ceruk leherku. Menggesekkan pipinya di kulit leherku dan bergumam tidak jelas.

"Bagus! Ayo kita masak!" seruku bersemangat. Setengah menyeretnya ke dapur yang masih diselimuti kantuk.

**

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Revisi : 15 Mei 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Revisi : 15 Mei 2023

Pacar (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang