"Kamu duduk aja dulu dan dengerin lagu ini sampai selesai."
Kicau burung yang terbang rendah di atas Bukit Nuba perlahan menyadarkan Kai dari lamunan panjang. Kedua tangan yang ia tumpukan ke jendela terasa sedikit kesemutan. Angin sejuk berembus membelai wajah murungnya. Ia menghela napas kasar teringat perkataan dingin Nindya kemarin.
"Dia lagi?" tebak Daniel tanpa mengalihkan fokus matanya dari buku bersampul putih karya James Clear.
Kai menoleh. "Dia?" tanyanya dengan dahi mengerut.
"Tetangga sebelah."
"Oh." Kai mengangguk-angguk dan kembali menatap ke luar rumah. Dari kejauhan, kapal kayu beraneka warna terparkir rapi di kanan-kiri dermaga. Sayup-sayup terdengar deru kendaraan di jalanan depan rumah. Anak sekolah berduyun-duyun meramaikan pagi beraroma kopi bercampur angin laut. Ia sedikit menoleh ke arah Daniel. "Tahu dari mana?"
"Nebak aja," jawab Daniel seraya membalik halaman buku. "Walaupun kita nggak dekat meskipun tetanggaan di Jakarta, tapi gue cukup bisa bedain gimana lo di sana dan di sini."
Lelaki berkaus putih polos itu sontak membalik badan. "Emang gue gimana di sini?" tanyanya.
"Lebih sweet dikit ke cewek. Gue tahu, lo emang gampang akrab sama siapa aja, dan lo tipe peduli ke semua orang. Tapi ...." Daniel menutup buku tebal itu dan melepas kacamatanya untuk fokus menatap Kai. "Cara lo menatap Nindya, cara lo selalu senyum pas merhatiin dia, dan cara lo panggil nama dia, gue tahu dia orangnya. Cewek pemilik seluruh badan dan kalimat yang lo posting di IG."
Kai diam, tetapi tersungging senyum manis di bibirnya. Sebelum putus dengan Nindya, hanya foto perempuan itu yang memenuhi feed Instagram-nya. Ratusan foto itu perlahan ia hapus. Hanya beberapa foto yang menunjukkan bagian tubuh si mantan, seperti tangan, jemari, sepatu, foto candid yang hanya tampak bagian punggung, atau sekadar barang-barang yang pernah Nindya berikan padanya.
Sama seperti foto-foto lama Nindya yang masih tersimpan rapi di akun media sosialnya, perasan yang sama untuk perempuan berdarah Jawa itu juga masih ada di hatinya. Bertahun-tahun terlewat tanpa mengukir kenangan bersama Nindya, tetapi kenangan yang telanjur masuk ke otak sudah tidak bisa keluar. Kebersamaan itu masih ada di dalam ingatannya, dan ia tidak pernah berniat untuk menghapusnya seperti wajah Nindya yang ia hilangkan dari Instagram.
"Udah, jangan bengong mulu." Daniel beranjak untuk menepuk bahu Kai, lalu keluar kamar dan berkumpul dengan teman-teman yang sudah asyik bercengkerama di teras depan. Aroma kopi hitam, teh hangat, dan pisang goreng tercium menggugah selera. Diambilnya pisang goreng hangat menggunakan garpu dan menggigitnya pelan. "Buku-buku yang dikirim dari Surabaya jadi dateng hari ini?" tanyanya.
"Jadi," jawab Faizal, Sheli, dan Arum serempak.
"Siapa yang mau ngambil ke Adonara?" tanya Arum sembari menuangkan teh ke dua gelas untuknya dan Kai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dusk till Dawn [Selesai]
Romance1st Winner of EDITOR CHOICE at Author Got Talent 2022 by Penerbit Prospec Media. *** Nindya memutuskan tinggal di Lamakera yang jauh dari kota sejak Kai, kekasihnya, tidur dengan sahabatnya sendiri. Di Lamakera, Nindya membangun bisnis penginapan d...