3 | Kabar Duka

1K 111 65
                                    

Nindya ingin menyangkal bahwa kabar itu tidak buruk ataupun baik baginya.

Nindya ingin menyangkal bahwa kabar itu tidak buruk ataupun baik baginya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di Lamakera, akses internet masih tergolong sulit didapat. Tower internet dari provider pelat merah berada di Pulau Adonara, dan sinyalnya tidak sukup kuat untuk dapat dinikmati penduduk Pulau Solor. Maka dari itu, penggunaan gadget belum terlalu banyak. Internet dapat diakses cukup lancar di sarana pendidikan dan pemerintahan. Namun, di rumah-rumah penduduk, internet masih terbilang mewah dan jarang digunakan kecuali bagi anak-anak sekolah yang mulai membutuhkan fasilitas untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Orang-orang masih mengandalkan telepon manual dan SMS berbayar guna bertukar kabar penting mengingat biaya pulsa dan internet juga tidak murah.

Keadaan itu cukup menguntungkan bagi Nindya yang memang berniat melarikan diri dari sosial media. Ia tidak mau terhubung lagi dengan orang-orang yang mengetahui masa lalunya bersama Kai. Selama tinggal di Lamakera, ia hanya menggunakan internet untuk kebutuhan promosi penginapan dan juga berkomunikasi dengan para donatur dan relawan Rumah Kita.

Selain mengurus penginapan dan rumah belajar untuk para anak sekolah, Nindya terbilang cukup aktif mengikuti pelatihan keterampilan. Dia suka bepergian lintas pulau dalam rangka belajar keterampilan dan kesenian daerah, lalu membagi pengetahuannya kepada penduduk sekitar. Seiring dengan berakhirnya pandemi, geliat perekonomian mulai tumbuh lagi sehingga ia merasa harus kembali membentangkan sayap agar Lamakera dan Rumah Kita makin dikenal.

Kesibukannya itu cukup membantu untuk menghindari pertemuan dengan Kai. Lelaki itu masih menginap di tempatnya. Perseteruannya dengan Zayn tidak memberi dampak buruk pada Kai. Dia tetap menjalani perannya sebagai relawan di sekolah, sesekali ikut berjaga di klinik desa atau pergi ke Puskesmas Menanga dan ikut membantu melayani pasien. Dia seperti mahasiswa KKN yang terobsesei mengabdi pada negeri.

"Padahal dulu malesan," celetuk Nona. Mengamati sosok Kai yang bersemangat mengajari anak-anak sekolah menggambar di laptop hybrid miliknya di teras depan penginapan. Ia menoleh pada Nindya yang seolah tidak tertarik memperhatikan objek yang sama.

Nindya bukan tidak paham apa yang dibicarakan Nona. Sudah beberapa hari ini Kai selalu menyita banyak tempat di dalam kepalanya. Sama seperti Nona, ia pun cukup terkejut melihat Kai yang berbeda dengan sosok mantan kekasihnya dulu. "Udah tobat kali," ujarnya masih sambil mengetik materi presentasi.

"Berarti benar kalau kesalahan akan mendewasakan dan memperbaiki sifat seseorang." Nona mengangguk-angguk lalu menutup jendela kayu tempatnya mengintip ke luar rumah. "Tapi, bagus juga kalau dia berubah menjadi lebih baik."

Dulu, Kai adalah tipe pemarah. Dia mudah marah pada hal-hal remeh sesepele sinyal internet yang mengganggu keasyikannya bermain ponsel. Namun, beberapa hari tinggal di Lamakera, nyaris tidak terlihat merek ponsel apa yang sekarang dia miliki. Penampilannya juga terkesan lebih sopan. Tindik di telinganya sudah dilepas. Ia lebih sering mengenakan pakaian tertutup dibanding pamer otot lengan dan perut. Bagian yang paling membuat Nindya dan Nona tercengang adalah kedisiplinan Kai dalam salat lima waktu.

Dusk till Dawn [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang