Usai sudah pertandingan kedua membuat Nara, Vano, Bagas, Gea, dan Nando lega karena mereka hampir saja kalah. Tapi, karena kemampuan mereka yang hebat, mereka bisa memutarbalikkan kemenangan itu.
"Kerjasama yang baik," ujar Gea senang.
"Siapa dulu tank nya," sahut Vano sedikit sombong.
"Seru juga ya liatin kalian, jadi pengen ikut main juga," ujar Viera.
"Yaudah, yuk! Ntar gue ajarin," sahut Nando bersemangat dan Viera tersenyum malu.
Nara kembali menyeruput es cappucino lalu menyantap pisang nugget dengan toping coklat. Sedangkan Vano tersenyum geli karena ada sedikit coklat di ujung bibir Nara. Ia pun mengambil sehelai tisu lalu memberikannya pada gadis itu.
"Eugh?" Nara bingung lalu menyadari saat Vano menunjuk ke arah bibirnya. Nara mengambil tisu lalu membersihkan coklat yang menempel di bibirnya.
"Dasar caper!" pekik Zella tertahan. Ia menggerakkan meja dengan kakinya hingga gelas berisi es terjatuh dan membuat pakaian Nara kotor.
"Zella!" bentak Vano tanpa sadar. Ia menatap Zella dengan emosi.
Gea dan Viera sigap mengambil tisu lalu membersihkan kaos serta jeans Nara yang telah kotor karena tumpahan es.
"Maaf Van, gue nggak sengaja," balas Zella pelan lalu menatap Nara, "Ra, maaf ya."
Nara tersenyum dan menggeleng. "Nggak apa-apa kok," balasnya lalu menoleh pada Vano yang pergi menuju kasir.
Tidak sampai lima menit, Vano telah kembali. Ia mengambil ponselnya, ponsel Nara, serta tas Nara lalu menarik tangan Nara. "Maaf, gue pulang duluan ya," ucapnya pada teman-teman.
"Pulang?" tanya Nara bingung dan Vano sama sekali tidak berkata lagi. Ia terus menggenggam pergelangan tangan Nara hingga mereka masuk ke mobil.
Vano memberikan ponsel dan tas Nara lalu melajukan mobil. Selama diperjalanan, Nara dan Vano hanya diam hingga mereka tiba di suatu tempat.
"Katanya mau pulang? Kok kita--"
"Baju lo basah, lo bisa sakit karena itu," potong Vano cepat lalu keluar dari mobil.
Nara menghela napas. Ia tidak bisa menolak Vano, apalagi jika ia sedang kesal seperti ini. Nara keluar dari mobil lalu menyusul Vano yang telah berada di dalam toko.
"Mau pilih sendiri atau gue yang pilih?" tanya Vano santai.
"Terserah deh," balas Nara pasrah.
"Nggak ada baju terserah."
"Gue terima apapun yang lo pilih."
Vano memperhatikan Nara dari dari atas kepala hingga ujung kaki. Ia pun segera mencari pakaian yang sesuai dan akhirnya mengambil kaos putih serta jeans dark.
"Gimana?"
"Ter-se-rah."
Tanpa berkata lagi, Vano langsung menuju kasir. Setelah itu ia kembali menemui Nara dan meminta gadis itu untuk mengganti pakaiannya.
Nara meraih kaos dan jeans dari Vano. Ia menggantungkan tasnya di bahu Vano lalu pergi ke toilet.
Ddrrt ddrrt
Vano merasakan getaran yang berasal dari tas Nara. Vano bingung, apa yang akan ia lakukan. Tidak mungkin jika ia membuka tas dan menjawab panggilan dari ponsel Nara.
Ddrrr ddrrttt
Kali ini ponsel Vano yang bergetar. Terlihat jelas nama Bagas di layar ponselnya. Vano menggeset tombol hijau lalu mengarahkan ponselnya ke samping telinga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKANARA (✓)
Teen FictionArkan Narandra Putra, mahasiswa program studi manajemen yang berhasil membuat seorang gadis membencinya, Zanara Axelyn Pricillia. Nara membenci Arkan karena baginya laki-laki itu seringkali mencari perhatian dosen, apalagi jika nilai Arkan lebih bai...