20

47 2 0
                                    

Semalam Zayan meminta Nara untuk menemaninya membeli buku. Dan entah kenapa sebelum mereka pergi, tiba-tiba Vano datang bersama adiknya, Nata. Zayan tidak memberitahu Nara jika mereka akan pergi bersama. Yang jelas, ini pasti ide adikknya dan juga Nata.

Sejak awal perjalan hingga pulang dari toko buku, Zayan dan Nata terus saja saling jahil. Seperti sekarang ini, mereka tengah berdebat mengenai pembagian tugas presentasi besok.

"Kak Nara, liat nih Zayan ngeselin banget!" ujar Nata kesal.

Nara dan Vano hanya menggeleng karena adik mereka yang terus bertengkar hingga menyebabkan kebisingan di dalam mobil.

"Udah Zayan, bisa diem nggak?"

Seketika semuanya terdiam saat suara dengan nada tak biasa Nara terdengar. Zayan pun tak bisa berkata lagi jika nada itu telah keluar dari mulut kakaknya. Sedangkan Nata hanya menahan tawanya dan Vano tetap fokus mengemudi.

"Huuu, kena marah kak Nara," ledek Nata dengan nada kecil. Sedangkan Zayan hanya melotot padanya.

"Udah, Nata juga jangan mancing-mancing gitu," tegur Vano pelan.

"Huuu, kena marah kak Vano." Kini giliran Zayan yang meledek Nata. Nata pun melototi Zayan dan dibalas oleh temannya itu. Mereka saling melotot dan Nara hanya memperhatikan gerak-gerik mereka dari kaca depan.

"Awas copot tuh mata," canda Nara tapi nadanya tidak seperti orang bercanda.

"Tau nih Zayan, udah hampir copot tuh matanya," tambah Nata.

"Kita ke pasar malam aja yuk!" ajak Vano setelah mobilnya melaju setengah perjalanan menuju rumah Nara.

"Yukkkk!" jawab Zayan dan Nata bersemangat. Dengan segera Vano memutar balik arah.

"Van--"

"Gak apa-apa, Ra. Kapan lagi kita bisa ke pasar malem sama-sama. Selagi ada kesempatan, kenapa tidak?" potong Vano.

"Bener, tuh, kak!" celetuk Zayan.

"Iya kak Nara, lagian pasar malem jarang ada loh," tambah Nata semakin membuat Nara tidak bisa menolak.

Tidak sampai sepuluh menit mereka sampai di pasar malam dan langsung masuk.

"Kita main pistol air yuk!" ajak Nata bersemangat. Ia menarik tangan Zayan dan mereka langsung pergi menuju penjual pistor air.

"Kita main lempar gelang yuk!" ajak Nara. Ia menarik tangan Vano sebelum laki-laki itu mengangguk iya.

Nara melirik salah satu boneka melodi yang sangat lucu. Ia ingin sekali mendapatkan boneka itu untuk Nata karena Nata menyukainya.

Lemparan pertama gagal. Nara mencoba beberapa kali dan hasilnya tetap sama. Kini giliran Vano yang melempar gelang.

"Ayo Van, kita harus dapetin boneka itu." Nara menyemangati. Vano tersenyum lalu kembali melempar gelang.

"Yah." Lagi dan lagi Vano gagal. Tapi itu tidak membuatnya berhenti. Ia terus melempar gelang demi mendapatkan boneka itu.

"Ini gelang terakhir, kalau nggak berhasil...."

"Bisa! Pasti bisa!" potong Nara cepat.

"Oke," balas Vano lalu tersenyum. Ia diam sejenak, membidik sasaran agar sesuai dengan harapan. Setelah beberapa detik, ia pun kembali melemparkan gelang terakhir yang mereka punya, dan....

"Yes!" teriak Nara bahagia. "Boneka melodi!" lanjutnya meminta boneka melodi sebagai hadiah mereka.

Vano tersenyum untuk kesekian kalinya. Ia sangat senang jika Nara bahagia seperti ini.

ARKANARA (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang