Tak terasa waktu berjalan cukup cepat. Hari ini adalah hari kedua Nara menjalani perkuliahan di semester 4. Nara berjalan dengan penuh keceriaan. Ia sangat senang karena Pak Dhika akan mengajar lagi di kelas mereka pada semester ini. Tidak hanya Nara, mahasiswi lainnya pun ikut senang.
"Morning bestie," sapa Retha yang ikut berjalan di samping Nara.
"Cie, berangkat bareng ya bestie?" tanya Nara karena Genan muncul tak lama setelah Retha menghampirinya.
"Hehe, nggak sengaja ketemu tadi dijalan."
"Ya udah bestai, yuk masuk kelas!" sahut Genan lalu ia berjalan menuju kelas.
"Tunggu!" teriak Nara. Ia berlari kecil lalu menarik tas punggung Genan hingga laki-laki itu hampir terjatuh.
"Eh, eh, ada magnet ya?" ucap Genan kaget. "Eh, Nara, kenapa bestai?"
Nara terkekeh. "Tolong ulangi kata terakhir biar jadi tiga kali."
"Bestai."
Secepat kilat Nara meninju Genan tanpa mengenai sedikitpun hingga membuat laki-laki itu kaget.
"Kaget gue, kalau kena hidung bisa patah kali ya," gumam Genan, ia mengelus dada lalu melirik Retha yang menahan tawa. "Gue salah apa?"
"BESTIE bukan BESTAI," jawab Retha. Ia menekankan pada kata besti dan bestai.
"Oooh." Genan mengangguk. "Jadi salahnya disitu. Okedeh bestai, eh, maksud gue bestie." Genan tersenyum lebar lalu masuk ke dalam kelas diikuti dengan Retha.
"Good morning, my best friend and my--"
"Vano?" ucap Nara bingung akan kehadiran sahabatnya. "Kok--" Nara diam sejenak, "pagi banget lo datang. Mau ketemuan ya?"
Vano tersenyum kecil. "Surprise! Mulai hari ini, gue menjadi bagian dari anggota kelas manajemen pagi."
"Hah?!" Nara seolah tak percaya dengan apa yang telah Vano ucapnya. "Lo nggak lagi bercanda, kan?" tanyanya dan Vano mengangguk sebagai jawaban.
"Menurut lo?"
"Beneran?" tanya Nara untuk kedua kalinya dan jawaban Vano tetap sama. Sontak, Nara langsung memeluk Vano karena gembira.
Disisi lain ada Arkan dan Zella yang hendak masuk ke kelas. Tentunya mereka melihat Nara memeluk Vano dengan kebahagiaannya.
"Oh, maaf, gue terlalu seneng," ucap Nara setelah melepaskan pelukannya. Ia menoleh kesamping, lebih tepatnya pada dua orang yang telah memerhatikannya.
"Zella?" batinnya.
Mata Arkan bertemu dengan manik indah milik Nara. Disaat itu juga ia menggenggam tangan Zella dan langsung masuk ke kelas.
"Zella juga pindah ke kelas pagi."
***
Suasana perpustakaan tidak terlalu ramai saat ini. Nara menghampiri Arkan yang tengah duduk sembari membaca buku."Arkan." Nara mengambil tempat di depan Arkan.
Arkan menghentikan bacaannya. Sebenarnya, ia tidak membaca, ia hanya melihat-lihat saja. Pikirannya saat ini bukanlah pada buku yang ia pegang melainkan pada gadis yang ada di hadapannya.
"Kenapa?"
"Gue mau nanya sesuatu."
Arkan diam sejenak. Ia mengerutkan dahinya. "Bukannya kita nggak ada tugas ya?"
"Bukan tentang tugas, tapi tentang kita." Nara menatap mata Arkan. Begitupun sebaliknya. "Akhir-akhir ini gue ngerasa lo berusaha buat jauhin gue. Dan sikap lo juga agak berbeda dari biasanya. Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKANARA (✓)
Teen FictionArkan Narandra Putra, mahasiswa program studi manajemen yang berhasil membuat seorang gadis membencinya, Zanara Axelyn Pricillia. Nara membenci Arkan karena baginya laki-laki itu seringkali mencari perhatian dosen, apalagi jika nilai Arkan lebih bai...