28

43 1 0
                                    

Devano Arkana, laki-laki yang telah berteman dengan Nara sejak kecil hingga mereka dewasa. Devano telah Nara anggap sebagai kakaknya sendiri begitupun sebaliknya.

Vano sangat menyayangi dan ingin selalu melindungi gadis bernama Nara dimanapun dan kapanpun. Bagi Vano, Nara adalah gadis cantik yang seringkali mengomelinya. Tidak hanya itu, terkadang Nara juga bersikap manja padanya.

Seketika Nara kembali teringat dengan kalimat yang pernah Vano ucapkan. Kalimat itu bukanlahlah kalimat biasa, melainkan sebuah janji yang telah ia tepati.

Nara memutar sedotan dengan asal. Menatap kosong apapun yang ada di depannya. Satu minggu telah berlalu sejak Vano dimakamkan dan itu terasa baru saja terjadi bagi Nara.

"Minumannya habisin," suruh Arkan pelan. Ia meraih gelas minuman milik Nara lalu menyodorkan ujung sedotan ke bibir Nara. Gadis itupun tak dapat menolak dan langsung meminumnya.

"Makasih," balas Nara lalu tersenyum.

Nara mengalihkan pandangannya ke arah taman yang tak jauh dari tempat mereka berada. Disana ada Zella yang tengah duduk di kursi rodanya seraya menatap langit yang cerah.

Nara pun beranjak dari tempatnya kemudian menghampiri Zella bersama dengan Arkan tentunya. Nara menyentuh pelan pundak Zella. Gadis itupun menoleh dan langsung membuang pandangannya ketika tahu Nara ada di sampingnya.

"Pergi lo!"

Nara menghela napas pelan. Ia mengerti, Zella pasti sangat kehilangan. Apalagi ia mengalami kecelakaan itu bersama Vano.

"Kita pergi aja," bisik Arkan. Ia langsung menggenggam lembut tangan Nara lalu menuntunnya untuk pergi.

Nara dan Arkan kembali ke kelas dan bersiap untuk kelas selanjutnya. Sebuah kertas terjatuh saat Nara hendak meletakkan buku di atas meja. Nara meraihnya, ternyata itu adalah foto dirinya dan sahabatnya, Vano. Nara tersenyum, foto itu diambil saat mereka berada di sebuah toko baju.

"Foto itu diambil pasti pas lagi jahil ya?" ujar Arkan setelah melihat foto itu.

"Em, enggak," balas Nara singkat. Ia mengerti, yang Arkan maksud adalah tas yang ada di pundah Vano. Arkan benar, saat itu ia sedang jahil.

"Kalian kayak kakak sama adek," ucap Arkan lagi. Nara tersenyum lalu menyimpan Foto itu di dompetnya.

"Selamat siang semuanya."

***


Disebuah toko buku, Arkan tengah memperhatikan Nara yang sedang mencari buku titipan adiknya.

"Ketemu," ucap Nara seraya menunjukkan buku pada Arkan. Kini telah ada dua buku yang sama digenggaman Nara. Satu untuk Zayan, dan satunya untuk Nata. Setelah berhasil menemukan buku pelajaran adiknya, Nara beralih ke bagian alat tulis. Kebetulan alat tulis miliknya sudah lumayan lama tidak diganti dengan yang baru, jadi Nara ingin membeli beberapa.

"Biru muda," tebak Arkan sebelum Nara meraih sebuah pena berwarna biru muda. "Bener, kan," lanjutnya.

"Arkan sotoy, ah!"

"Sotoy apaan?"

"Sok tahu!"

"Sota atau sohu, kalau sotoy itu nama makanan yang pake kuah terus ada ayamnya."

"Itu Soto, Arkan," balas Nara masih dengan nada biasa. Arkan pun terkekeh, ia senang karena Nara tersenyum setelahnya.

Arkan meraih salah satu pulpen dengan hiasan bunga di atasnya. Ia pun meletakkan pulpen itu di sela telinga Nara.

"Ngapain sih?" tanya Nara bingung.

"Diem sebentar." Arkan mengeluarkan ponselnya lalu memotret Nara. Arkan menunjukkan hasil fotonya pada Nara lalu kembali menyimpan ponselnya.

"Cantik, kan?" tanya Arkan.

"Iya dong, pacarnya Chanyeol gitu loh!" balas Nara dengan percaya diri. Mendengar itu Arkan kembali tersenyum karena sejak Vano pergi Nara seringkali diam dan murung.

"Lucu nih, buat Nata." Nara mengambil sebuah pulpen berwarna marah mudah dengan desain bunga kecil yang sangat lucu.

"Notebook itu bagus tuh." Arkan menunjuk sebuah notebook dengan cover polos. "Covernya bisa tempel stiker Cahyo biar makin emangat kuliahnya."

"Chanyeol," Nara memperbaiki.

"Oh iya, itu maksudnya."

Setelah memilih beberapa pulpen dan notebook, kini waktunya Nara membayar semua yang telah ada digenggamannya.

Sebelum pulang kerumah, Arkan dan Nara mampir ke rumah Dea terlebih dahulu. Saat sampai Nara langsung bertemu dengan Dea.

"Mama, Natanya ada?"

"Kebetulan kamu dateng, Ra. Dari semalem Nata nggak keluar kamar, kayaknya dia ngurung diri lagi, dia juga nggak mau makan. Kamu tolong bujuk dia ya," pinta Dea penuh harapan.

"Oke, Ma. Nara ke kamar Nata ya." Nara langsung pergi ke kamar Nata yang berada di lantai atas setelah mendapatkak izin dari Dea, sedangkan Arkan menunggu di ruang utama.

Tok tok tok

"Nata, ini kakak." Dengan cepat Nata membuka pintu dan langsung memeluk Nara. "Nata kenapa? Kata Mama Nata nggak keluar kamar dari semalem? Nata juga nggak mau makan, kenapa sayang?"

"Nata kangen sama kak Vano." Nara diam sejenak, ia mengerti, Nata pasti sulit untuk menerima jika kakaknya telah pergi.

"Nata sayang, kan sama kak Vano?" tanya Nara dan Nata mengangguk sebagai jawaban. "Kalau Nata sayang sama kak Vano, Nata nggak boleh mengurung diri kayak gini, apalagi nggak makan, nanti kak Vano marah loh." Nata menundukkan pandangannya. "Kak Vano sayang banget sama Nata, kalau dia tahu Nata gini kak Vano jadi sedih."

"Nata minta maaf, kak," ucap Nata pelan. Nara tersenyum lalu mengusap lembut pucuk kepala Nata. "Sekarang Nata makan ya, Mama Dea udah nungguin Nata tuh." Nata mengangguk lalu pergi menemui Dea. Melihat Nata bersama Nara tiba, Dea sangat bahagia. Nara memang selalu bisa membujuk gadis kecil itu.

Nara menemani Nata hingga ia selesai makan lalu memberikan buku, pulpen serta notebook untuk Nata.

"Kakak pulang dulu ya," pamit Nara, ia mencium punggung tangan Dea kemudian memeluk Nata sejenak lalu pulang bersama Arkan.

***

Nara meraih sebuah kertas kosong beserta pulpen hitam dan mulai menuliskan kata demi kata yang sangat ingin ia sampaikan pada sahabatnya.

Dear, Sahabatku, Devano Arkana.

Van, apa kabar?
Van, terima kasih karena telah menjadi sahabat sekaligus kakak buat gue. Terima kasih karena selalu berusaha untuk buat gue bahagia. Gue bahagia dan beruntung banget bisa punya sahabat sekaligus kakak kayak lo. Dan gue mau minta maaf karena gue sering ngegas dan juga jahil. Tapi gue salut sama lo, lo selalu sabar ngadepin sikap gue.

Van, sekali lagi makasih ya. Gue sayang lo, Van. Tenang disana ya, sahabatku.

From, sahabat lo, Nara.

Nara melipat kertas menjadi beberapa bagian. Setelah itu Nara mengumpulkan semua foto yang berhubungan dengan Vano. Nara ingin menyimpan semua itu di dalam sebuah kotak berwarna biru muda. Cukup banyak hingga ia merasa tak sanggup untuk melihat semuanya.

"Lo akan selalu jadi sahabat gue, Van. Selamanya."

Nara menutup tutup kotak lalu meletakkan di lemari bagian bawah. Setelah itu Nara merebahkan tubuhnya di atas kasur, menatap langit-langit lalu memejamkan mata secara perlahan.

•••

Kok nyesek banget sih?

Van, lo beneran pergi?

Selasa, 8 November 2022

ARKANARA (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang