Nara keluar dari gedung yang telah menjadi saksi kelulusannya hari ini. Ia dan kedua orangtuanya menghampiri Zayan, Nata, Dea dan juga Dimas yang telah menunggu sejak tadi.
Nata tersenyum bahagia ketika melihat Nara tengah berjalan menghampirinya. "Congratulation kak Nara," ujar Nata lalu tersenyum lembut. Ia memberikan buket snack pada Nara.
"Congratulation kak, jangan lupa traktirannya," ujar Zayan. Ia memegang buket photocard idola Nara lalu memberikannya kepada kakaknya.
"Terima kasih," balas Nara lembut.
"Seandainya kak Vano masih ada, pasti dia juga pakai baju yang sama kayak kakak." Nata tersenyum samar. Seketika ia teringat dengan Vano. Nata benar, jika saja Vano masih ada, pasti ia juga akan menjadi salah satu wisudawan hari ini.
"Kak Vano udah bahagia disana, jangan sedih ya," bisik Zayan tapi terdengar oleh Nara. Zayan merangkul Nata seolah memberikan kekuatan untuk sahabatnya.
"Nara!" panggil Arkan, ia menghampiri Nara kemudian memberikan sebuah buket bunga pada Nara. "Selamat, lo berhasil menjadi lulusan terbaik."
"Terima kasih." Nara tersenyum lembut lalu meraih buket dari Arkan.
"Bestie! Yuk!" teriak Retha dari ujung sana. Terlihat Retha, Genan, Lisa, dan Venia yang telah berkumpul, menunggu Arkan dan Nara untuk berfoto bersama.
Setelah mendapatkan anggukan dari kedua orangtuanya, Nara dan Arkan pun bergabung dengan yang lainnya. Mereka mengambil foto bersama. Setelah melewati masa-masa yang indah dan juga sulit, akhirnya mereka berhasil mencapai titik ini.
"Happy graduation bestie!"
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Setelah acara wisuda selesai, Arkan, Nara dan yang lainnya sepakat untuk mengunjungi makam Vano.
Nara berjongkok, menatap batu nisan yang tertulis nama sahabatnya. Potongan-potongan memori kecil yang mereka ciptakan bersama kembali teringat. Kepala Nara sedikit tertunduk tapi ia yakin bisa menahan untuk tidak menangis di hari bahagia ini.
"Van...." Suara Nara terdengar sangat pelan. "Gue berhasil," lanjutnya seolah memberitahu Vano jika ia berhasil mendapatkan gelar lulusan terbaik.
Arkan ikut berjongkok lalu mengusap pundak Nara pelan. Ia menatap Nara dan Nara membalas tatapan itu lalu tersenyum samar. Arkan menoleh ke Retha, Genan, Lisa dan Venia. Merekapun langsung ikut berjongkok dan mereka mulai berdoa menurut kepercayaan masing-masing.
Setelah berdoa, Nara meletakkan buket bunga mini di atas makam Vano sebagai ucapan kelulusan mereka hari ini. Ia tersenyum, menatap kembali nama sahabatnya yang tertulis di batu nisan itu. Ia menghela napas lalu pamit untuk pulang bersama yang lainnya.
***
Nara menghela napas, perhatiannya teralih ke sebuah foto yang terletak di atas meja belajarnya. Foto yang menunjukkan dia dan sahabatnya, Vano.Nara beranjak dari kasur lalu beralih untuk mengambil foto itu. Ia tersenyum lembut seraya mengusap pelan foto yang telah ada di tangannya. Sejenak, Nara diam seolah mengingat kembali momen bersahabat sahabat yang sangat ia sayangi.
Satu setengah tahun tanpa kehadiran Vano adalah salah satu hal sulit untuk dijalani bagi Nara. Sosok laki-laki yang seringkali ada dan melindunginya kini telah lama pergi. Nara tersenyum lagi, berusaha untuk menahan kesedihannya. Tapi matanya tidak bisa menyembunyikan itu. Genangan air telah memenuhi kelopak mata Nara hingga akhirnya satu tetesan air murni berhasil lolos.
"Van...." lirihnya, ia memeluk foto itu, dadanya terasa sakit. Dalam hati Nara berdoa, jika kelak Vano terlahir kembali di kehidupan selanjutnya, semoga laki-laki itu mendapatkan kebahagiaan yang belum ia dapatkan.
Nara mengusap pipinya pelan lalu kembali menatap foto ini. Ia beralih ke lemari lalu mengambil sebuah kotak berwarna biru muda. Foto yang ada ditanganya sekarang adalah satu-satunya foto yang masih berada di kamarnya. Kini waktunya untuk menyimpan foto itu dengan yang lainnya. Dengan begitu, ia tidak akan terlalu larut dalam kesedihan. Karena jika foto itu masih terlihat, Nara pasti akan merasa sedih, jadi inilah waktunya.
"Bahagia disana ya, Van," ucap Nara sebelum benar-benar meletakkan foto itu di dalam kotak. Ia menutup rapat kotak lalu mengembalikannya ke tempat semula. Sekarang, sudah tidak ada lagi foto dirinya dan sahabatnya. Sekarang, Nara telah mengikhlaskan kepergianmu, Vano.
Tok tok tok
"Kak, ada kak Arkan," ujar Zayan yang baru saja tiba.
Nara mengangguk lalu segera memakai gardigan dan tas selempang karena mereka akan pergi ke suatu tempat yang Nara sendiri belum mengetahuinya.
"Arkan," panggilnya, Arkan menoleh lalu menghampiri Nara.
Laki-laki itu menatap mata Nara yang masih memerah. Terlihat sangat jelas jika gadis itu baru saja meneteskan air matanya. Arkan meraih tangan Nara lalu menggenggamnya erat, laki-laki itu mengangguk pelan. Merekapun pergi setelah mendapatkan izin dari Lia.
Setelah menempuh perjalanan sekitar dua puluh tujuh menit, akhirnya mereka sampai di sebuah tempat yang sangat indah. Tempat ini seperti sebuah taman tapi dilengkapi dengan ayunan serta kursi di beberapa sudut. Lampu-lampu kecil yang sangat indah menerangi setiap sudut danau buatan yang berbentuk oval.
Arkan menggenggam tangan Nara lalu menuntunnya ke arah sebuah kursi kosong yang berada di dekat danau. Mereka duduk menghadap ke arah danau seraya menikmati indahnya bintang di langit.
Kata orang, tempat ini sangat cocok untuk orang-orang yang lagi sedih karena dengan datang ke tempat ini mereka akan merasakan ketenangan di hati. Seolah tersihir, Nara merasakan itu meski baru beberapa menit berada di tempat ini.
Nara tersenyum lalu menoleh pada Arkan. "Arkan," panggil Nara, Arkan menoleh dan mata mereka saling bertemu. "Makasih ya. Makasih karena selalu ada buat gue."
Arkan tersenyum lembut. "Gue akan berusaha untuk selalu ada untuk lo. Gue sayang sama lo."
Nara tersenyum lalu menyandarkan kepalanya di pundak Arkan. "Gue juga sayang sama lo, Arkan. Jangan pernah berubah ya, gue nggak mau kehilangan lagi."
Arkan diam. Ia sedikit menunduk lalu menghela napas. Jika bicara tentang kehilangan, siapapun tidak akan mau dan tidak akan siap dengan hal itu.
"Van, gue akan selalu menjaga dan melindungi sahabat lo. Gue janji!" batin Arkan.
END
•••
HUAAA AKHIRNYA END :)
MAAF YA KALAU ENDING NYA TIDAK SESUAI DENGAN HARAPAN KALIAN.GIMANA UNTUK KISAH MEREKA?
Author mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh tokoh yang ada dalam cerita terutama untuk Arkan, Nara, dan Vano. Terima kasih untuk orang yang menjadi inspirasi aku dalam menciptakan karakter Arkan dan Vano❤️ Dan tentunya terima kasih untuk para pembaca setia ARKANARA, kalian hebat!!! Lopeee sekebon buat kaliannnnn!!!! LOVE!!!
THANK YOU SO MUCH SEMUANYA!!!
TUNGGU CERITA BARU DARI AUTHOR YA.
LOVE
AUTHOR❤️Jum'at, 11 November 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKANARA (✓)
Fiksi RemajaArkan Narandra Putra, mahasiswa program studi manajemen yang berhasil membuat seorang gadis membencinya, Zanara Axelyn Pricillia. Nara membenci Arkan karena baginya laki-laki itu seringkali mencari perhatian dosen, apalagi jika nilai Arkan lebih bai...