Bukan update, hanya kesan-pesan dan ungkapan terimakasih. Dari author untuk kalian semua ❤
Pertama yang ingin kukatakan, selamat jalan untuk Dean Abimana Putra. Terimakasih telah menjadi bagian terpenting dalam cerita ini. Terimakasih telah memberikan banyak pelajaran berharga untukku, dan semua pembaca tentang perjuangan dan ketulusan. Selamat tinggal, kamu pantas untuk ending ini.
Untuk Arisha, aku harap ini mengajarkanmu sesuatu pada akhirnya. Tentang bagaimana cara menghargai sekecil apapun perjuangan seseorang. Allah SWT menciptakan penyesalan, supaya kita sadar bahwa tak semua hal bisa diulang. Sama seperti Eliza, aku juga tidak ingin meminjamkan pundakku untukmu. Supaya kamu tahu betapa berharganya pundak kokoh Dean yang selalu ada di ujung harimu yang melelahkan. Supaya di masa depan, kamu tidak akan menyia-nyiakan hal itu jika kamu mendapatkannya kembali.
Teruntuk Eliza, kamu adalah definisi wanita hebat menurutku. Titik mencintaimu mungkin sudah sampai di titik tertinggi. Titik dimana kau hanya berharap orang yang kau cintai bahagia bersama yang dicintainya. Walau terkadang kau sedikit egois dengan menginginkan Dean, aku bisa mengerti semuanya. Terimakasih telah menjadi layaknya sebuah penginapan untuk Dean ketika rumahnya sedang tak mau menerimanya. Walaupun kamu tahu, pada akhirnya dia akan pulang ke tempat seharusnya, kamu tetap menerimanya dengan baik. Semoga nanti, kamu juga akan mendapatkan pria yang baik, yang membalas perasaanmu lebih baik dari yang Dean bisa lakukan.
Rafa, apa kalian tahu apa yang terjadi padanya setelah melarikan diri pada malam dimana Dean mengalami kecelakaan? Siapa yang tahu dia akan bertemu Mila di tengah aspal basah malam itu. Apa mungkin garis takdir yang akhirnya mempertemukan mereka kembali? Entahlah. Tapi aku tahu pasti, setelah mengetahui hal itu, kalian mungkin tak puas dengan ending Rafa yang justru bertemu Mila dan terkesan bahagia padahal dialah yang membuat semuanya jadi begitu kacau sejak awal. Tapi mungkin kalian lupa, karma akan kembali pada pelakunya.
Jadi sekarang, Rafa Qahir Shahzaib, jalani hidupmu sendiri tanpa harus menghancurkan kehidupan orang lain seperti dulu.
Dan untuk Arumi, kamu pasti sangat kehilangan sosok Kakak terbaik. Tapi menangislah secukupnya, berkabunglah seperlunya. Setelah itu, bangkit lagi. Sebab ada impianmu dan impian Kakak mu yang belum sempat terwujud di sini-dan harus kau tanggung. Lepaskan yang pergi, dan dekap erat yang masih ada dengan dekap terbaikmu. Mungkin tak akan sehangat dulu, sebab salah satu dari kalian tak ada untuk melengkapi bagian kosong itu. Tapi bukan berarti kalian tidak bisa saling menguatkan dan mendekap selayaknya sebelum ini, bukan?
Juga untuk kalian semua, aku harap kalian belajar sesuatu dari karya ini. Karya ini memang belum se-sempurna karya tulis yang lain, tapi aku harap ini cukup untuk memotivasi kalian dan menyalurkan pelajaran-pelajaran positif untuk semuanya. Selalu jaga komunikasi dengan orang yang kalian sayang. Jangan sampai apa yang terjadi pada Dean dan Arisha terjadi pada kalian juga. Jangan, sungguh, aku selalu mendoakan itu untuk kalian.
Aku baca di kolom komentar, banyak yang berharap bahwa semua yang terjadi hanya mimpi buruk di siang bolong alias tidak nyata. Terutama waktu dimana Dean harus mengalami hal yang memilukan.
But you know? Jika apa yang kalian senangi tidak terjadi, maka senangilah apa yang terjadi. Aku ingin kalian belajar tentang poin itu.
Aku paham betul bagaimana rasa kecewa kalian. Aku paham betul bagaimana ekspektasi kalian tentang akhir. Tapi sejak awal-bahkan di chapter pertama, aku sudah berusaha membuat kalian mengerti. Bahwa cerita ini bukanlah cerita yang akan berakhir dengan baik-baik saja.
Aku juga paham betul bagaimana rasanya menghabiskan semua rasa cinta kalian pada satu orang hingga akhirnya kalian tidak bisa lagi menerima orang baru. Sebab pada orang sebelumnya, kalian sudah terlalu mencurahkan semua perasaan. Walaupun kalian tahu, kisah kalian bisa saja berakhir tak baik seperti work ini.
Dean tidak naif, Arisha juga tidak jahat. Sama sekali tidak. Arisha mencintai Dean, begitu pula sebaliknya. Jangan salah paham. Keadaan sulit membuat mereka berdua bertingkah layaknya kepingan koin. Bukankah tak ada yang tau apa yang akan keluar pada sebuah lemparan koin? Apakah angka atau gambar, tak ada yang bisa menebak. Dan walaupun rumus rumit matematika berusaha memecahkannya, semua yang bisa ditentukan hanyalah peluang. Benar, kan?
Pada dasarnya mereka berdua layaknya bulan dan bintang pada jumantara malam. Bagi Dean, Arisha adalah bintang yang begitu banyak, yang indahnya memenuhi langit malam. Sebagian besar ceritanya di isi oleh sosok Arisha. Sementara bagi Arisha, Dean adalah bulannya. Dean hanya satu, tapi ia bersinar begitu terang dan menjadikan itu istimewa bagi Arisha.
So, jangan membenci siapapun karakter disini. Ada alasan dibalik semua keputusan yang mereka ambil. Mereka harus menghadapi pilihan sulit sehingga ada banyak keputusan yang tidak memuaskan bagi kalian. Karena bagaimanapun kita tak bisa memenuhi ekspektasi semua orang, bukan?
Jadi, terimakasih dan sampai jumpa lagi. Terimakasih juga untuk semua atensi kalian pada cerita ini. It's time to say good bye!
-----
Note : Sudah, hanya itu. Kini benar-benar selesai. Terimakasih sekali lagi.
Love,
Risma Hanim Mazida
YOU ARE READING
COIN || Dean Abimana Putra
Romance"Zy, kamu tau warna Coin?" Gadis itu hanya diam sambil menggelengkan kepala lucu mendapati pertanyaan tiba-tiba seorang Dean. "Coin itu sejenis abu-abu, dia sering dibilang warna abu-abu, padahal dia ngga seabu-abu itu buat dilihat", yang laki-laki...