1/3

3.2K 331 2
                                    

Double up today~~

Selamat membaca ^^

***

Jaemin sudah berdiri di depan unit apartement Haechan. Ia sudah memencet bel dua kali dan sedang menunggu sang pemilik keluar. Tidak lama kemudian, pintu pun terbuka. Menampakkan Haechan dengan wajah yang sedikit pucat. Mungkin alasan dia tidak datang ke kantor adalah karena kesehatannya sedang menurun.

"Kita perlu bicara" ucap Jaemin.

Haechan termenung sebentar sebelum akhirnya mengangguk dan membukakan pintu untuk Jaemin. Diam-diam tersenyum kecil karena Jaemin mau mendatanginya lebih dulu. Yah, meskipun ia harus melakukan hal gila lebih dulu.

Haechan pikir Jaemin datang untuk memarahinya. Namun, ia justru melihat Jaemin yang tengah asyik menelusuri apartemennya. Haechan tersenyum melihat kelakuan tidak terduga saudaranya. Dia memilih ke dapur untuk membuatkan minum dan membawakan camilan untuk Jaemin. Beruntung badannya sudah lebih baik. Ia tidak masuk kerja karena sempat demam semalam. Mark bahkan harus merawatnya semalaman penuh. Baru siang tadi setelah ia merasa lebih baik, Mark baru bisa pulang. Haechan yang memaksa lantaran tidak enak terus menerus merepotkan Mark.

Tatapan Haechan terpaku kala ia melihat sebuah figura foto yang diletakkan di nakas dibawah televisi. Tangan Jaemin dengan pelan menyentuh figura itu. Foto di dalamnya adalah foto dua orang anak kecil yang tengah berpelukan. Terlihat keduanya tersenyum cerah kearah kamera. Yang satu menunjukkan senyum manis dan satu lagi terlihat dengan senyum meringis yang menampakkan gigi susunya yang tertata rapi. Tentu saja Jaemin mengenali keduanya. Itu adalah fotonya dengan saudaranya. Dengan orang yang saat ini menempati apartemen ini. Jaemin tersenyum kecil melihat senyum manis dua bocah kecil itu. 

Ekhem~

"Aku sedang tidak enak badan jadi aku hanya bisa membuat teh karena memang ini yang ada" ucap Haechan. Jaemin melunturkan senyumnya dan kembali menampakkan raut wajah datar. Dia berjalan mendekat dan duduk di sofa bersebrangan dengan Haechan.

"Aku kesini untuk bertanya maksudmu sebenarnya. Apa maksudmu tentang klarifikasi yang kau buat-buat itu? Aku bahkan tidak merasa memiliki urusan lagi denganmu" ucap Jaemin dingin. Dia bahkan tidak lagi menggunakan bahasa formal.

"Tidak sepenuhnya aku buat-buat. Sedikit berbohong memang. Aku mengatakan sudah pekerjaan yang bahkan belum aku ajukan saat itu. Tapi sekarang kau sudah menerimanya bukan? Proposal itu. Kau bisa memilih salah satu dari ketiganya atau bahkan ketiga-tiganya" ucap Haechan menjawab.

"Apa yang membuatmu begitu yakin aku akan menyetujuinya?" tanya Jaemin dingin.

"Aku tidak begitu yakin kau akan menerimanya. Tapi agensimu? Dengan nominal begitu, aku tidak yakin mereka menolaknya. Bukan maksudku menjelek-jelekkan agensimu. Hanya saja semua bisnis pasti membutuhkan dana untuk memutar rodanya" ucap Haechan menjawab.

"Aku juga menawarkan cek kosong jadi kau bisa mengisinya sesuai nominal yang kau mau. Berapapun itu bahkan aku rela memberikan seluruh saham perusahaanku untuk ini" tambah Haechan.

"Kau gila!" sentak Jaemin. Bahunya naik turun menahan amarah. Dia marah karena menganggap Haechan gila. Haechan mau melakukan apapun untuk hal yang menurutnya bukan perkara yang sangat penting. Haechan merelakan perusahaannya hanya untuk BA? HAH! Bukankah dia benar-benar gila. Dia bisa mencari artis lain dengan biaya standart jika itu hanya soal BA.

Yang membuat Jaemin semakin tidak bisa menahan kemarahannya adalah perasaanya sendiri. Perasaan khawatir pada kehidupan Haechan kedepannya jika ia menerima dengan nominal yang sesuai dengan proposal yang Haechan berikan. Bukan Jaemin tidak percaya diri. Ia percaya kalau seandainya ia menjadi BA lagi pun labanya juga akan meningkat dan harga saham Haechan meningkat. namun, apakah nominalnya akan setara? Tentu saja tidak.

"Aku tidak mau menerimanya. Salah satu pun aku tidak mau" ucap Jaemin memberikan jawaban.

"Berhenti bertingkah bodoh! Perusahaanmu akan failed jika kau melakukannya! Bodoh! Kau gila!" maki Jaemin dalam hati.

Haechan memberikan senyum sebagai respon dari jawaban Jaemin. Dia berdiri dan menuju kamarnya, meninggalkan Jaemin sendiri disana. Tidak lama, Haechan kembali dengan proposal yang sama dengan yang ia berikan pada agensi Jaemin. Dia mensejajarkan proposal itu dihadapan Jaemin.

"Anda bisa membacanya kembali. Jika ada yang kurang jelas, Anda bisa tanyakan langsung pada saya. Setidaknya pikirkan agensi Anda, Kim Nana-ssi" ucap Haechan.

Agensi Jaemin tidak sedang dalam masa krisis. Namun mendapat kesempatan dengan bayaran sebesar ini, belum tentu kembali mereka dapatkan. Ini kesempatan bagus dan sangat disayangkan jika dilewatkan. Jaemin menatap Haechan sengit. Perkataan Haechan benar adanya. Tentu saja perusahaannya membutuhkan bayaran besar ini. 

"Baiklah aku menerima. Hanya satu ini, tidak dengan yang lainnya" Jaemin mengambil salah satu proposal yang menurutnya membutuhkan waktu paling singkat. Dengan begitu urusannya dengan Haechan bisa segera selesai juga. Haechan tersenyum semakin lebar kala berhasil menghasut Jaemin.

"Anda masih menawarkan cek kosong bukan?" tanya Jaemin.

"Tentu. Sebentar, saya ambilkan" Haechan kembali ke ruang kerja di dalam kamarnya. Mengambik cek kosong, bolpoint, dan stempel miliknya. Memberikannya pada Jaemin dan membiarkan Jaemin menentukan nominalnya. Haechan justru dibuat mengernyit kala melihat nominal yang adiknya tuliskan.

"Huh? Kau yakin menulisnya dengan benar? Ini bahkan dibawah nominal yang tertera di proposal" tanya Haechan meyakinkan sebelum membubuhkan stamplenya.

"Ya. Ini sudah diatas gaji BA standartku dan dibawah nominal proposal. Ini sudah pas" ucap Jaemin.

"Apa agensimu akan setuju?" tanya Haechan.

"Tentu. Ini sudah lebih dari cukup" jawab Jaemin yakin. Kali ini nadanya santai. Entah sejak kapan emosinya melebur begitu saja.

"Baiklah" Haechan membubuhkan stamplenya. Dengan begitu cek itu sudah resmi.

"Silahkan dinikmati hidangannya. Kau sudah jauh-jauh kesini. Terimakasih sudah mengunjungiku" ucap Haechan. Jaemin meminum tehnya sebagai sikap untuk menghormati sang tuan rumah.

"Apa kau mau menginap? Aku tinggal disini sendiri dan hanya pulang ke rumah disaat-saat tertentu. Aku hanya ingin tau bagaimana rasanya hidup sendiri. Bagaimana rasa sepi yang sebenarnya. Aku masih beradaptasi, jadi aku sangat senang jika kau mau menemaniku malam ini. Dengan kau yang mau kesini berarti jadwalmu sedang tidak begitu padat bukan? Wajahmu pucat Jaeminie~. Setidaknya beristirahatlah sebentar disini" ajak Haechan.

"Tidak, terimakasih. Berhubung urusanku sudah selesai, aku pamit. Terimakasih untuk jamuannya Haechan-ssi"

Haechan ikut berdiri saat Jaemin mulai berdiri. Ia mengantarkan Jaemin menuju pintu keluar. Menunggui Jaemin yang sedang memakai sepatunya. Jaemin duduk untuk memakai sepatu dan saat ia berdiri, tiba-tiba kepalanya yang memang sudah pusing sejak tadi kini semakin pusing. Ia merasa tubuhnya lemas dan akhirnya pandangannya menggelap. Ia masih dapat merasakan saat tubuhnya ditahan agar menghantam kerasnya lantai. Ia juga masih bisa merasakan saat pipinya ditepuk dan seseorang yang memanggil namanya. Hanya sebentar sampai akhirnya Jaemin tidak sadarkan diri.

"Jaeminie~! Jaeminie!"

Haechan menahan kepala adiknya. Menepuk pipi sang adik untuk menyadarkannya. Wajah Jaemin semakin pucat. Haechan sebenarnya sudah tau kalau Jaemin sedang tidak baik. Saat ia mengambil proposal tadi, Haechan melihat Jaemin yang memijit kepalanya. Samar-samar dia juga mendengar ringisan darinya. Namun, Haechan tetap saja terkejut dan tidak menyangka kalau adiknya sampai tidak sadarkan diri. 

Dengan sisa tenaganya, Haechan melepaskan sepatu Jaemin lalu menggendongnya menuju kamarnya. Membaringan sang adik di kamar miliknya. Tangannya dengan gesit meraih ponsel di atas nakas disamping tempat tidurnya. Mendial nomor dokter yang juga memeriksanya semalam.

"Kau terlalu memaksakan diri dengan jadwalmu yang super padat itu. Bahkan lebih padat daripada aku yang sebagai pemilik perusahaan" gumam Haechan

Haechan duduk di sisi kasur dan menggenggam tangan adiknya. Mengusapnya dengan lembut. Tangannya yang lain menyibak rambut Jaemin yang lepek karena keringat dingin. Dalam keadaan sadar, Haechan sudah pasti mendapat umpatan dari Jaemin.

***

TBC

Mian typo bertebaran ^^

Votement juseyo~~

Missing you ~ Jaemin Haechan || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang