Kim Nana

4.4K 462 19
                                    

Jaemin masih hidup dengan sederhana di desa kelahiran ayahnya. Hidup dan dibesarkan oleh ayah, kakek dan neneknya. Kesederhanaan mereka membuat Jaemin tumbuh menjadi sosok yang mandiri. Nenek dan kakeknya berperan besar untuk membangun karakternya menjadi lemah lembut diluar dan keras di dalam. Sedangkan sang ayah bertugas untuk mencari nafkah.

Soal pendidikan, Jaemin hanya mampu menyelesaikan pendidikan sampai jenjang SMA saja. Itu pun ia dapatkan dari beasiswa serta sedikit tabungan dari ayahnya. Sekolahnya pun bukan di kota, hanya sekolah biasa di pinggiran kota yang tidak begitu terkenal namun memiliki fasilitas yang masih memadai.

Jaemin yang saat itu masih duduk di kelas 2 SMP harus rela ditinggal ayahnya. Ayah Jaemin meninggal saat Jaemin masih SMP karena kecelakaan kerja. Sempat dirawat di rumah sakit selama satu minggu sampai akhirnya sudah tidak bernyawa. Jaemin tentu saja sedih bukan main saat kehilangan ayahnya, satu-satunya orangtua yang membersamainya. Saat itu ia hanya bocah SMP dari desa yang tidak mengetahui banyak soal dunia pekerjaan. Dia menerima saja kala diberitahu bahwa ayahnya meninggal karena kecelakaan kerja. Kakek dan nenek Jaemin juga tidak banyak menuntut dan memilih ikhlas. Menganggap ini memang sudah jalan takdirnya. Baik Jaemin maupun kakek dan neneknya, mereka tidak ada yang mau menerima uang bantuan baik dari tempat kerja ayahnya maupun dari pihak pemerintah desa.

Tidak hanya sampai disitu. Satu tahun setelahnya, kakek Jaemin menyusul. Jaemin harus kembali merasakan kehilangan sosok yang begitu menyayanginya. Kakek Jaemin memang sudah cukup tua dan memang sering sakit-sakitan sebelum akhirnya meninggal dunia. Kejadian itu berlangsung sehari sebelum kelulusan Jaemin dari SMPnya. Kini hanya tinggal Jaemin dan neneknya.

Awalnya Jaemin sendiri tidak ingin melanjutkan pendidikannya dan memilih untuk langsung bekerja saja. Tapi neneknya menolak mentah-mentah. Beliau ingin cucunya tetap melanjutkan pendidikan paling tidak sampai jenjang SMA. Pada akhirnya Jaemin menurut dan memilih mencari beasiswa. Meskipun neneknya menyanggupi untuk membiayainya sekolah dari hasil kebunnya, tapi Jaemin merasa tidak enak sehingga ia memilih mencari beasiswa.

Hasil didikan kakek, nenek, dan ayahnya membentuk karakter Jaemin dengan baik. Ia tidak menyia-nyiakan kesempatannya selama sekolah. Ia benar-benar belajar dengan sungguh-sungguh. Jaemin berhasil meraih dan mempertahankan peringkat 1 pararel selama 3 tahun berturut-turut.

"Nenek bangga padamu Jaeminie. Ayah dan kakekmu pasti juga bangga padamu" ucap nenek Jaemin setiap ia menerima raport Jaemin dan melihat catatan prestasinya.

Hari kelulusan Jaemin tiba. Menandakan ia sudah selesai dengan pendidikan SMAnya.

"Nenek dirumah saja ya? Bukan maksudku melarang nenek tapi aku tidak mau nenek lelah karena sekolahku cukup jauh dari sini. Nanti pinggang dan lutut nenek sakit lagi" ucap Jaemin yang pagi itu sudah siap dengan pakaian terbaiknya untuk menghadiri wisudanya.

"Apa tidak apa?" tanya nenek Jaemin.

"Tidak apa-apa. Aku kan pergi dengan paman Min. Dia yang menggantikan nenek untuk mendampingiku. Nenek tenang saja. Guru-guru disana kan baik semua" ucap Jaemin.

"Baiklah kalau begitu" ucap nenek Jaemin."Sebelum berangkat, ayo kita berfoto dulu nenek. Paman, tolong fotokan kami ya?" pinta Jaemin pada paman Min yang sudah menunggunya. Paman Min adalah salah satu tetangga mereka. Dia yang dari dulu membantu Jaemin dar pendaftaran sekolah sampai kelulusan sekarang.

"Hati-hati di jalan. Min~ jangan ngebut ya? Aku titip cucuku" ucap nenek Jaemin berpesan.

"Siap bos! Aku pergi dulu nenek. Aku janji segera pulang nanti" ucap Jaemin. Ia lalu pergi bersama paman Min dengan mobil yang biasa Paman Min gunakan untuk mengangkut sayur.

Acara kelulusan Jaemin berlangsung dengan baik. Jaemin menerima penghargaan sebagai siswa terbaik. Ia juga mendapat penghargaan karena meraih nilai sempurna di mata pelajaran matematika. Jaemin sedang menunggu Paman Min sambil memainkan kalung wisudanya. Paman Min meminta Jaemin untuk menunggunya di depan sekolah karena ia harus mengambil mobil di parkiran belakang yang pastinya akan macet karena banyaknya mobil disana.

Missing you ~ Jaemin Haechan || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang