Menjenguk

2.8K 302 1
                                    

Selamat hari senin~ Semangat💪💪
Selamat membaca 💚

****

"KAU?!" Haechan mencengkeram kerah Jaemin. Nafas keduanya sama-sama memburu karena menahan amarah.

Haechan melepaskan cengkeraman tangannya pada kerah Jaemin dengan kasar. Membuat sang empu limbung dan hampir jatuh ke tanah seandainya tangannya tidak segera menyentuh tembok untuk menahan tubuhnya. Haechan berbalik memunggungi Jaemin. Mengusap kepalanya kasar sampai rambutnya berantakan tidak beraturan.

Selang beberapa menit, keduanya mulai tenang. Haechan kembali berbalik dan menatap adiknya yang kini memalingkan wajahnya.

"Jaeminie~" panggil Haechan. Jaemin pun menengok dan menatap balik Haechan.

"Eomma terus menanyakanmu. Bahkan saat aku ada disana pun, yang ia tanyakan selalu dirimu" ucap Haechan dengan nada sendu. Ia tatap dalam adiknya yang hanya diam.

"Jaeminie~"

"Hmm" balasnya hanya dengan dehaman.

"Tolong jenguk eomma. Sekali saja tidak masalah. Hanya sebentar pun juga tidak masalah yang penting eomma sudah melihatmu. Tolong... ne?" ucap Haechan memohon. 

"Hanya sekali saja. Ini sudah beberapa hari dan keadaan eomma masih sama saja. Aku berjanji untuk mengurangi pertemuan kita. Aku juga akan membujuk eomma lagi agar tidak mendatangimu terus menerus. Kumohon Jaeminie" ucap Haechan.

"Sekali. Nanti malam setelah syuting" ucap Jaemin. Ia berbalik meninggalkan Haechan.

***

Syuting Jaemin untuk hari ini sudah selesai. Dia sedang berpamitan pada staff dan berterima kasih atas kerja keras mereka. Setelahnya ia menuju ruang ganti untuk berganti pakaian serta mengambil barang-barangnya. 

"Hyung, nanti jangan antar aku ke rumah ya. Aku mau ke rumah sakit Heenim untuk menjenguk seseorang" ucap Jaemin.

"Oke. Tapi aku tidak mengantarmu" ucap manager.

"Wae?" tanya Jaemin terkejut.

"Tuh lihat" Manager itu menunjuk ke arah parkiran dimana ada seseorang yang berdiri di depan mobilnya. Mulutnya bergerak sedang berbicara dengan orang di seberang telpon. Pandangan keduanya lalu bertemu.

"Sejak kapan dia disana?" tanya Jaemin.

"15 menit yang lalu? Yah, sekitar segitu. Dia bilang kau ada urusan dengannya dan akan pulang bersamanya" jawab manager. Jaemin menghela nafas berat. Ia lalu mendekati Haechan yang baru saja menutup teleponnya.

"Sudah selesai?" tanya Haechan.

"Menurutmu?" tanya Jaemin dengan nada sewot.

"Arraseo. Kajja. Aku sudah meminta izin managermu tadi" ucap Haechan.

"Tidak percaya sekali sampai harus menjemput begini" ucap Jaemin menyindir

"Bukan tidak percaya. Tapi aku sudah terlanjur izin pada eomma untuk membawamu kesana. Kalau aku kesana duluan tanpamu pasti eomma kecewa. Kau ini negatif thingking sekali" jawab Haechan.

"Ya... ya... ya.. terserah. Aku mau tidur sebentar. Jangan berisik" ucap Jaemin. Dia menyamankan posisi duduknya untuk tidur. Perjalanan di mobil adalah waktu tidurnya.

Haechan pikir Jaemin hanya akan menjenguk saja. Maksudnya hanya datang saja hanya tubuh tanpa membawa apa-apa karena melakukannya dengan terpaksa. Namun ternyata saat sudah dekat dengan rumah sakit, Jaemin meminta Haechan mampir ke toko buah. Jaemin membeli parsel dan beberapa buah lagi. 

"Ambil jalur kiri. Di depan ada toko buah. Mampir sebentar" ucap Jaemin.

Anehnya, Jaemin mengatakannya dengan mata yang masih terpejam. Posisinya pun tidak berubah sejak tadi. Haechan jadi meragukannya. Apakah Jaemin benar-benar tidur atau hanya pura-pura tidur untuk menghindari interaksi dengannya. Meski begitu, Haechan tetap menurutinya.

Jaemin masuk setelah Haechan. Dia melihat Haechan yang berbicara sebentar dengan ibunya. Jaemin mengamati bagaimana wajah pucat itu tersenyum lembut menyapa Haechan. Jujur saja Jaemin sedikit merasa khawatir. Ibunya terlihat semakin kurus dan bibirnya yang masih pucat. Tapi ingat, hanya sedikit. Tidak banyak kok.

Jaemin juga masih mengamati saat senyum di wajah wanita paruh baya itu semakin lebar dengan mata yang semakin berbinar kala Haechan menyebutnya. Tatapan keduanya lalu bertemu. Masih dengan senyumnya, ia menyapa Jaemin. Berbanding terbalik dengan orang yang tengah disapa yang hanya menunjukkan wajah datarnya.

"Jaeminie~! Bagaimana kabarmu? Sehat kan. Terimakasih sudah mau datang. Kau pasti sibuk" ucapnya. Jaemin hanya mengangguk lalu berjalan mendekat. Ia menaruh parsel dan buah-buahan di meja dekat ranjang. Haechan sengaja duduk di sofa yang ada di pojokan, membiarkan kursi di samping ranjang ibunya untuk diduduki Jaemin.

Jaemin dan ibunya akhirnya terlibat dalam pembicaraan yang cukup lama. Ibunya yang lebih sering bercerita atau bertanya sedangkan Jaemin hanya merespon seadaanya. Haechan juga beberapa kali menimbrung. Sedikit informasi yang Jaemin tahu adalah kehidupan keduanya yang tidak sebahagia seperti yang mereka inginkan ataupun seperti bayangan Jaemin. Meski begitu, Jaemin masih belum bisa menghilangkan perasaan kecewa dan sakit hatinya karena ditinggalkan dulu.

"Bagaimana dengan Jaeminie? Pasti Jaeminie kesulitan ya selama ini?" tanya ibunya.

"Begitulah" jawab Jaemin seadanya.

"Tidak mau gantian bercerita? Bagaimana Jaeminie bisa tumbuh setampan ini. Ah, aku juga penasaran bagaimana Jaeminie bisa jadi artis seterkenal sekarang. Eomma bangga sekali denganmu" ucap ibu Jaemin-Haechan.

"Tidak jauh beda dengan artis-artis yang lain" ucap Jaemin. Haechan saling bertatapan dengan ibunya kala Jaemin semakin terlihat enggan menjawab.

"Jaeminie mau makan tidak? Sebelum pergi. Kita bisa memesan" tanya Haechan.

"Tidak perlu" jawab Jaemin singkat.

"Ngomong-ngomong Jaeminie, bagaimana dengan ayahmu? Eomma tidak pernah melihatnya lagi. Selama aku mengikutimu aku juga tidak pernah melihatmu menghubungimu. Apa dia masih tinggal di desa? Bagaimana kabar kakek nenek juga?" tanya ibunya. Jika bukan ia yang memberi pertanyaan, pasti suasana akan kembali sunyi. Yah,, meski Jaemin hanya menjawab singkat.

Mendengar pertanyaan itu, Jaemin sontak menatap ibunya dengan tatapan dingin. Tangannya yang sejak tadi digenggam ibunya pun ia tarik dengan kasar. Jaemin berdiri dan melayangkan tatapan dingin pada keduanya. Tanpa kata apapun dia langsung pergi begitu saja.

"Apa pertanyaan eomma salah? Aku kan juga ingin mendengar kabar mereka" tanya ibunya pada Haechan.

"Dia terlihat tersinggung dengan pertanyaan itu" ucap Haechan.

"Apa ada sesuatu yang buruk makanya ekspresinya jadi begitu?" tanya ibunya

"Entahlah"

***

TBC

Mian typo bertebaran ^^

Votement juseyo~~

=> Bau-bau ending mulai tercium hihihi 😌

Missing you ~ Jaemin Haechan || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang