Ibu Haechan-Jaemin

3.1K 306 3
                                    

Haechan berangkat ke kantor dengan wajah lesu. Baru juga kembali dekat dengan adiknya, kini jauh kembali. Haechan memang yang mengabari ibunya soal kehadiran Jaemin di apartementnya. Dia yang menyebabkan ibunya hadir di apartementnya. Namun soal mengamati Jaemin diam-diam, itu adalah murni kemauan ibunya. Sebenarnya keduanya sudah menebak kalau akan begini responnya. Mereka tau kalau penolakan yang akan mereka dapatkan. 

"Kenapa murung begitu? Kan baru bertemu dengan Jaemin" tanya Mark.

"Dia pergi pagi-pagi sekali setelah bertemu eomma" lapor Haechan.

Mood Haechan pagi itu tidak baik dan Mark yang mengerti pun berusaha untuk tidak menimbulkan masalah. 

***

Siang harinya Haechan sudah bersiap mau mengajak Mark makan. Ia pikir mungkin dengan makan diluar ia bisa mengembalikan moodnya. Jujur saja bekerja tanpa mood itu sungguh sulit. Baru saja berdiri dari duduknya, Mark sudah masuk ke ruangannya. Membawa beberapa box yang entah apa isinya.

"Apa itu?" tanya Haechan penasaran.

"Buka saja. Ini ada kertas notenya. Penjaga lobby yang membawanya. Katanya ada yang mengirimkannya untukmu" ucap Mark. Ia meletakkan box itu di meja lalu keduanya duduk berhadapan di sofa. Haechan membuka boxnya. Ternyata berisi beberapa makanan korea. Ia lalu menemukan note kecil yang terlipat di box paling atas.

"Sorry and thankyou"

~Na Jaemin

Sontak saja mood Haechan kembali naik. Ia teringat cerita ibunya yang katanya bertemu Jaemin saat anak itu hendak ke dapur. Mungkin saja Jaemin berniat membuatkannya sarapan kan? Namun urung karena justru bertemu ibunya. Dan sekarang ia mengirimkan makan siang sebagai gantinya.

"Dia tau seleraku. Kau makan siang sendiri ya hyung! Aku mau makan ini saja" ucap Haechan dengan senyum lebar.

"Ku kira kau akan membaginya juga denganku. Ini banyak sekali. Kau yakin akan menghabiskannya?" tanya Mark sedikit tersinggung.

"Tidak mau berbagi karena ini spesial. Tentu saja habis. Apalagi semuanya makanan kesukaanku" ucap Haechan

"Arraseo. Karena ini spesial. Kalau begitu aku izin keluar makan siang" ucap Mark dan diangguki Haechan. 

Haechan menggerak-gerakkan sumpitnya memutar diatas box yang sudah berjejer rapi. Menimang-nimang makanan mana dulu yang harus ia cicipi. Entah karena lapar, doyan, atau karena itu spesial, Haechan mampu menghabiskan semuanya dalam waktu 15 menit.

"Ini enak sekali. Aku harus tanya padanya dimana dia membelinya. Masakannya sangat cocok dengan lidahku" gumam Haechan senang. Ia pun membereskan mejanya kembali.

***

Setelah pertemuan hari itu, ibu Haechan jadi sering muncul di hadapan Jaemin. Entah memang ia berubah pikiran atau dimotivasi oleh Haechan. Ia secara terang-terangan menunjukkan diri dihadapan Jaemin. Dia juga selalu menyapa dan mengajak bicara Jaemin walau sering kali diabaikan. 

Jaemin pikir itu hanya akan berlangsung selama beberapa saat saja. Namun sudah tiga minggu dan ibunya masih saja terus muncul dihadapannya. Jujur saja Jaemin merasa sedikit terganggu akan kehadirannya. Pertemuan dengannya membuat semua memori masa lalunya kembali dan itu akan mempengaruhi ke suasana hati Jaemin. Ia jadi harus berusaha ekstra untuk tetap bersikap professional.

Tidak hanya di Seoul, ibu Jaemin juga selalu menemui Jaemin saat dia ada jadwla di luar kota. Dia akan menyapa dan mengajak Jaemin ngobrol walau hanya mendapat sedikit balasan saja. Sering kali hanya balasan sapa. Setiap ada staff uang bertanya, ia akan mengaku sebagai kenalan Jaemin dan Jaemin selalu meminta staff selain managernya untuk membiarkannya. Jika Jaemin sedang syuting ada photoshoot, ibunya akan mengamati dari jauh. Terus menerus memuji kemampuan dan wajah Jaemin yang begitu rupawan.

"Dia masih disana?" tanya Jaemin pada managernya. Dia baru saja menyelesaikan photoshoot untuk projenya dengan Haechan. Kehadiran ibunya tentu saja menarik perhatian para staff. Namun tidak ada kecurigaan yang berlebih sebab mereka semua mengenal bahwa ia adalah ibu atasannya. Ibu Jaemin-Haechan juga diperlakukan baik. Bukan berarti yang sebelumnya tidak, namun kali ini lebih. Seperti diberi tempat untuk berisitirahat dan mengamati jalannya photoshoot. Juga disediakan makanan untuknya.

"Ya. Wajar saja itu. Ini kan produk dari mereka. Dia bisa memanfaatkan waktunya" jawab manager. 

"Kenapa dia berpakaian tertutup begitu? Padahal cuacanya sedikit panas" ucap Jaemin.

"Kalau tidak salah tadi ada staff yang bilang kalau beliau sedang tidak enak badan. Mungkin karena itu" jawab manager Jaemin. Jaemin masih berdiri dan mengamati ibunya dengan jarak yang lumayan jauh. Ibunya sedang berbicara dengan salah satu staff. Jaemin segera memutuskan pandangannya begitu mata keduanya saling bertemu. Jaemin bergegas menuju ruang ganti agar bisa segera pulang.

***

Tiga hari ini Jaemin tidak melihat kehadiran ibunya. Padahal jadwalnya sedang ada di Seoul sekarang. Jaraknya pun tidak begitu jauh dari kantor Haechan. Ia sedang syuting drama sekarang.

"Dia tidak hadir lagi? Ini sudah hari ketiga" gumam Jaemin. Matanya masih celingukan mencari-cari kehadiran ibunya. Dasar, kalau ada saja diabaikan giliran tidak ada dicari-cari.

Bukan ibunya, Jaemin justru menemukan Haechan yang berjalan cepat kearahnya. Haechan memakai kemeja yang ia gulung hingga lengan dan celana kerjanya. Ia datang sendiri tanpa Mark.

"Boleh minta waktumu sebentar?" tanya Haechan. Jaemin mengangguk dan mengkode managernya untuk meminta izin. Mereka berjalan menjauhi lokasi. Berada dibalik tembok yang dapat menutupi mereka dari pandangan para staff disana.

"Ada apa?" tanya Jaemin.

"Eomma selalu mengikutimu kemanapun jadwalmu selama beberapa minggu ini kan?" tanya Haechan dan dijawab anggukan oleh Jaemin.

"Kau beberapa kali ada jadwal ke luar kota. Aku sudah melarangnya namun ia tetap nekat selalu mengunjungimu dimanapun kau berada. Staminanya tidak sekuat dirimu yang masih muda" ucap Haechan melanjutkan.

"Lalu?" tanya Jaemin.

"Eomma sakit karena kelelahan. Dia juga mengabaikan jadwal makannya. Dia dirawat di rumah sakit Heenim. Ruang VVIP 3" ucap Haechan lagi. Jaemin menganggukkan kepala tanda mengerti. Pertanyaannya tentang kemana ibunya sudah dijawab Haechan tanpa dia tanya. Dia masih menatap Haechan yang juga menatapnya.

"Bisakah kau datang menjenguknya? Setidaknya sebagai balasan karena saat kau sakit hari itu, ia juga membantuku merawatmu. Dia sakit juga karena selalu mengikuti jadwalmu" ucap Haechan meminta.

"Tapi kan aku tidak memintanya untuk melakukannya" jawab Jaemin enteng. Wajahnya tidak menampakkan rasa khawatir sama sekali. Haechan terpancing emosinya.

BUGH~

"Begitukah caramu menghargainya? Dia merelakan semua waktu bahkan kesehatannya untukmu. Dan begini responmu? Menjawab dengan wajah tanpa rasa bersalah sedikit pun. Kau juga tidak terlihat khawatir sama sekali. Ah, jangankan khawatir, kau kan memang tidak mempedulikannya" ucap Haechan dengan nada dingin.

"Kenapa menyalahkanku? Dia yang melakukannya sendiri. Aku tidak pernah memintanya. Aku sudah menolak tapi tetap saja dia melakukannya. Lalu itu salahku?" tanya Jaemin yang juga mulai terpancing emosinya. Sudut bibirnya sedikit berdarah padahal syutingnya belum selesai semuanya. 

Yang dikatakan Jaemin juga tidak sepenuhnya salah bukan? Dia tidak memintanya. Dia sudah mengabaikannya berharap ibunya berhenti, namun tetap saja melakukannya. Dia sudah beberapa kali menanggapi berharap ibunya merasa cukup puas dan mengakhiri kegiatannya itu, namun hasilnya pun masih sama saja. Ibunya tetap melakukannya lagi dan lagi.

"KAU?!" Haechan mencengkeram kerah Jaemin. Nafas keduanya sama-sama memburu karena menahan amarah.

***

TBC

Mian typo bertebaran ^^

Votement juseyo~~

Missing you ~ Jaemin Haechan || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang