Mas Duda 1

42.9K 2K 67
                                    

Assalamualaikum! Yeay akhirnya saya bisa menulis cerita baru lagi. Senang? Senanglah, karena akhir-akhir ini semangat nulis saya turun. Dan sekarang semangat itu sudah mulai kembali lagi. Doakan dan beri saya semangat agar bisa update setiap hari ya!!!

Dan jangan lupa untuk meninggalkan jejak, mau itu vote atau komentar, tinggalkan saja. Vote dari kalian mood booster untuk saya.

Seluruh alur dalam cerita ini murni dari imajinasi saya. Mohon maaf jika ada kesamaan nama alur, tokoh atau lainnya. Ini cerita murni dari pikiran saya sendiri!

Walaupun cerita ini sudah tamat, jangan lupa vote ya!! Bagi kalian yang bacanya offline tekan aja tombol bintang, nanti kalau kalian online otomatis vote-vote kalian masuk...

Semoga kalian suka dengan cerita ini!

{SELAMAT MEMBACA}

Suasana bandara siang ini terlihat cukup ramai. Seorang wanita cantik baru saja sampai di kota Bandung setelah sekian lamanya ia tidak pulang ke kota kelahirannya. Kepulangannya bukan tanpa alasan, ia harus pulang karena ayahnya sedang sakit. Dan ia memutuskan untuk tinggal di Bandung saja.

"HUWA ... AKHIRNYA PULANG JUGA!" Wanita itu berteriak, membuat beberapa pasang mata menatapnya, bukannya malu, ia malah tidak peduli menjadi pusat perhatian. Ia menyeret kopernya mencari orang yang akan menjemputnya.

"Nona Dira." Seorang pria melambaikan tangannya, wanita tadi langsung menghampirinya saat melihat keberadaan orang yang ia kenali.

"Pak Jo?! Apa kabar?" ucapnya menyalami tangan pria yang ia panggil Pak Jo

"Baik, Non. Tambah baik melihat nona muda kembali pulang. Nona tambah cantik deh."

"Ah, Pak Jo bisa aja. Aku memang cantik sejak lahir."

Jo terkekeh mendengarnya. "Sini kopernya," ucapnya mengambil dua koper besar itu.

"Makasih, Pak Jo."

"Nona mau langsung pulang?"

"Ke makam dulu, Pak." Seketika ekspresi wajahnya berubah, mengingat tujuan yang akan ia datangi.

"Baik, Non! Silakan masuk." Pria itu membukakan pintu mobil saat mereka sudah sampai di depan mobil.

Sepanjang perjalanan, ia tidak bersuara lagi. Pikirannya tertuju kepada seseorang yang nantinya akan ia kunjungi. Sampai sekarang ia masih belum percaya, orang yang ia sayangi sudah tiada bahkan saat hari dia dimakamkan pun ia tidak bisa hadir dan mengantar ke peristirahatan terakhir.

Setelah beberapa menit diperjalanan, akhirnya mobil sampai di pemakaman umum. Segera ia keluar dari mobil dan berlari menuju makam yang sudah diberi tahu oleh Jo.

"Kakak ... adik pulang." Dira terduduk di samping makam sang kakak. Air matanya mulai membasahi pipinya.

"Maafkan adik ... maafkan adik yang tidak ada saat kakak sakit bahkan saat kakak akan diantar ke peristirahatan terakhir hiks ... jangan marah ya, Kak. Adik rindu kakak ... bahkan sampai sekarang masih sulit adik terima kalau kakak sudah pergi. Maafkan adik yang baru bisa menemui kakak." Ia tertunduk, tangannya mengusap batu nisan yang bertuliskan nama sang kakak, Dara Leticia.

Sudah hampir satu tahun kakaknya pergi karena sakit yang ia derita. Saat Dara meninggal, Dira tidak ada diantara mereka. Bukan tanpa alasan, sejak usia sepuluh tahun, Dira memutuskan untuk tinggal di Maroko bersama nenek dan kakeknya. Saat Dara menikah pun ia tidak bisa hadir karena saat itu ia jatuh sakit dan tidak bisa pulang ke kota kelahirannya. Dan saat Dara meninggal, ia juga tidak bisa pulang karena harus merawat neneknya yang sedang sakit. Neneknya sudah tidak mempunyai siapa-siapa lagi, kakeknya meninggal dua tahun lalu. Dira tidak tega meninggalkan neneknya yang sedang sakit meskipun ada banyak asisten rumah tangga yang bisa saja merawat neneknya untuk sementara. Namun, Dira tidak tega meninggalkan neneknya.

I love you, Mas Duda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang